Chapter 9

Irresistible

From : Kimmy

“Our faces are all over Oxford St!”

Aku tertawa membaca teks dari Kim. Yang benar saja? Aku sangat ingin kesana. Toko Topshop terbesar disini ada di Oxford St. Terdiri dari tiga lantai. Topshop dan Topman. Sangat keren. Ditambah ada wajahku disana, lebih keren. Aku pun tidak sabar melihatnya. Aku langsung keluar kamar dan mencari kunci mobilku yang tidak ada di tempat kunci. Aku keluar ke garasi dan melihat mobilku tidak ada. Mobil Dad juga tidak ada. Mom pasti pergi dengan mobilku. Aku berjalan menuju kamar Ava dan Jo dan tidak menemukan mereka. Bagus. Aku ternyata sendirian di rumah. Memang aku baru bangun tidur, dan aku bangun terlalu siang aku rasa. Biasanya Mom meninggalkan pesan. Aku kembali ke pintu depan dan benar aku menemukan secarik kertas tulisan Mom.

Cam Honey, Dad seperti biasa ada di studio. Mom pinjam mobilmu untuk acara pentas seni di sekolah Ava. Jo ikut bersamaku.

Aku menghela nafas dan berjalan kembali ke kamarku. Aku mencoba menelepon Kim tapi tidak ada jawaban. Aku membuka laptopku dan mekases website resmi Topshop. Keren. Wajahku sudah ada disana juga. Tiba-tiba aku mendengan suara klakson mobil dari luar rumahku. Aku berjalan kea rah jendela dan melihatnya. Kim. Aku segera keluar kamar dan berjalan menuju pintu depan. Aku tidak lupa untuk meninggalkan pesan untuk Mom kalau aku pergi dengan Kim. Aku membuka pintu Range Rover hitam milik Kim.

“Hai. Kau datang di saat yang tepat.” Kataku lalu naik dan duduk di kursi mobilnya.

“Aku sudah di sekitar sini waktu kau menelepon. Kau yakin akan memakai itu?” Tanya Kim sambil melihat kearah pakaian yang aku pakai. Ya ampun, aku lupa. Aku masih memakai tank top dan celana yoga.

“Oh, ya ampun…” Aku turun dari mobil dan kembali masuk ke rumah untuk ganti baju. Aku dapat mendengar Kim tertawa. Aku masuk ke kamarku mencuci muka dan menggosok gigi. Aku mengambil crop tee putih dan celana pendek denim dari lemariku dan mengganti bajuku.

Now I’m ready.” Kataku sambil naik ke mobil Kim.

“Jadi, kemana tujuan kita?”

“Oxford for sure.” Kim melaju. Kim memarkir mobilnya di Oxford St. Kami turun dari mobil dan berjalan ke arah Topshop. Aku merasa beberapa orang memandangi kami sepertinya mereka tau wajah kamu yang terpampang di Topshop. Padahal kami sudah memakai kaca mata hitam. Kami memasuki toko seperti orang-orang yang ingin berbelanja lainnya. Tapi kami tidak belanja hanya bermain-main saja.

“Kim, aku rasa aku lapar. Aku bangun siang dan tidak sarapan.”

“Kebetulan sekali sudah jam makan siang. Yuk!” kami pun berjalan keluar dari Topshop. Kami berjalan menuju Vintage Salt. Sebuah restoran rooftop, masih di Oxford St. kami memeilih tempat duduk di pinggir dinding kaca yang membuat kami bisa melihat ke bawah ke sepanjang Oxford St. Aku memesan Vegetable Risotto dan Orange Juice. Kim memesan House Smoked Chicken Salad dan Apple Juice.

“Bagaimana makan malammu kemarin? Kau berkenalan dengan keluarga rekan bisnis ayahmu? Apa dia punya anak laki-laki?” Kim bertanya penasaran sambil sedikit bercanda.

“Kau pikir aku akan dijodohkan?” Kami pun tertawa. Tiba-tiba aku teringat Louis. “Kim, apa Lou bertanya tentangku tadi malam? Aku lupa bilang padamu kalau aku rasa yang menantiku itu Lou, lebih tepatnya aku tidak sempat bilang padamu. Aku lupa untuk berpamitan dengannya saat aku pulang kemarin.”

“Lou? Kau yakin? Dia hanya bertanya kau dimana dan aku jelaskan.” Jawab Kim sambil mengikat tinggi rambutnya. “Tunggu, kau yakin Lou yang dimaksud Harry?”

“Aku tidah tahu. Sepertinya. Harry tidak bilang apa-apa saat aku pulang?”

“Dia selalu mengalihkan pembicaraan, Cam. Jadi aku malas mau bertanya terus. Percuma.” Kim menghela nafas.

“Harry menjengkelkan. Kim, tapi aku bertemu Liam saat aku mau pulang. Dia mengantarku ke mobilku.”

“Seriously? Dan kau masih mengira Lou yang menantimu?”

“Kim, aku tidak sengaja bertemu Liam di pintu keluar. Lou menghampiriku langsung setelah mereka turun dari panggung. Menemaniku dan sempat mengajakku duduk bersama.”

Pesanan kami datang. Aku meneguk Orange Juice ku. “Apa benar Lou menyukai ku?”

“Aku tidak bisa memastikannya. Tapi kalau menurut apa yang kau ceritakan, mungkin sih Lou memang ada maksud tersendiri. Dia seperti terus mendekatimu, Cam.” Jawab Kim lalu menyantap salad nya.

“Apa kau melihat Liam? Bersama Melanie mungkin?”

Kim menatapku heran masih mengunyah saladnya. “Maksudmu? Aku bahkan tidak memperhatikan disana ada Melanie.” Jawabnya setelah menelan makanannya. “Liam bersama kami waktu makan malam. Liam bersama Niall dan Lou, aku bersama Harry. Kami bersama-sama sih. Sayang sekali kau harus pulang lebih dulu.”

Aku sedikit iri tapi aku juga lega. Liam hanya mengobrol di awal acara bersama Mel setelah itu tetap bersama teman-temannya.

“Aku harap ada acara semaca itu lagi yang bisa membuat aku bertemu Liam.”

“Oh, kemarin aku dengar Niall mau mengadakan pesta. Pesta di rumahnya. Tapi waktunya belum pasti.”

Kami menghabiskan makanan dan minuman kami. Kami kembali berjalan di sepanjang Oxford St. kami melewati Disney Store. Kim mengajakku masuk. Aku menyuruh Kim untuk masuk duluan. Aku ingin berada di luar sebentar. Aku memperhatikan jalan, toko-toko, orang-orang berjalan, keluar masuk pertokoan.

“Hai, Topshop face.” Suara dari belakangku mengagetkanku. Aku menoleh dan uhh… dia lagi. Harry Styles. Kenapa dia selalu ada di tempat yang sama saat aku berjalan-jalan dengan Kim? Menyebalkan.

“Kau lagi.”

“Keren. Bagaimana rasanya seluruh kota dapat melihat wajahmu?” Tanya Harry sambil mengamati orang-orang di dekatku. Pasti dia mencari Kim.

“Dia di dalam.” Kataku sambil menunjuk ke arah Disney Store. Harry tertawa.

“Dia siapa?”

“Kau mencari Kim kan?” Harry kembali tertawa dan tidak menjawabku. “Kau sendirian?”

“Kau berharap aku bersama siapa?” Tanyanya sambil tersenyum licik dan sedikit mengangkat wajahnya, melipat kedua tangannya.

“Cukup, Harry.” Aku memutar 90 derajat tubuhku sehingga aku tidak menatapnya.

“Payne.” Satu kata yang keluar dari mulut Harry membuatku kembali menatapnya. Harry tersenyum kepadaku. Aku memberikan wajah ‘apa maksudmu?’ kepada Harry. “Liam Payne. Liam James Payne?” Harry berkata-kata lagi. Tetapi aku tidak dapat berkata-kata. Aku terus memandan Harry dengan heran. “Cam?” Harry melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku. “Ada yang salah?”

“Maksudmu?” Aku masih tidak yakin apa maksudnya. Apa pada akhirnya dia memberikanku nama setelah semua sudah berlalu kemarin malam?

“Kau butuh nama kan?” Tanya Harry sambil menyisir ke belakang rambut panjangnya dengan tangannya. Angin membuat rambutnya berantakan hampir mau menutupi wajahnya.

“Jadi yang kau maksud?” Aku masih heran, bingung, tidak percaya, campur aduk.

“Liam. Ya, Liam yang menyuruhku memastikan itu.”

“Tidak. Tidak mungkin. Aku bertemu dia saat aku pulang, tetapi dia tidak terlihat seperti…”

“Cam.” Harry memotong kata-kataku. “Aku sudah bilang padamu, dia bukannya ingin kau datang. Dia hanya ingin memastikan apa kau datang atau tidak.”

“Terus untuk apa?”

Harry tertawa kecil. “Aku tidak tahu, Cam. Aku sedikit terkejut juga waktu kau pertama kali menyebutkan namanya.” Harry tertawa lagi. “Kau merasa? Jadi kalian semacam dekat atau bagaimana?”

“Harry.” Aku seperti tidak bisa berkata-kata.

Harry mengeluarkan handphonenya. Dia tersenyum melihat layar handphonenya dan menjawab panggilan itu.

“Hai. Tidak apa-apa. Keluar saja, aku di depan bersama Cam.”

Apa? Kim yang menelpon Harry? Aku menoleh ke belakang ke arah Disney Store dan menunggu Kim keluar dari sana. Sekitar 5 detik kemudian Kim keluar dari toko dengan membawa satu tas belaja berjalan ke arah kami.

“Hai… Harry.” Kim tersenyum pada Harry dan aku rasa ada yang aneh disini. Aku menarik lengan Kim dan membawa Kim menjauhi Harry.

“Kau menelpon Harry?” Tanya ku penasaran.

“Ya, dia meneleponku tadi tapi aku tidak menjawab. Mungkin aku lagi memilih barang di dalam toko. Kau kenapa, Cam?”

“Lebih baik kita pergi saja dari sini, Kim.”

“Um… Okay. Tapi kita pamit dulu dengan Harry. Dia masih menunggu kita disitu.”

Fine.” Kami pun berjalan kembali dan berpamitan dengan Harry. Harry terlihat tampak bingung sepertinya karena kita cepat sekali langsung berpamitan dengannya. Mungkin dia ada perlu sesuatu dengan Kim. Tapi aku tidak peduli. Saat ini aku hanya ingin menceritakan pada Kim tentang apa yang Harry katakana tadi.

Aku menceritakan persis dengan yang Harry katakan padaku dijalan kami pulang.

“Aku bingung, Kim. Aku tidak mengerti maksudnya. Liam? Louis?”

“Fokuslah pada Liam. Pertanda bagus kan kalau yang dimaksud Harry itu Liam?”

“Tapi kau percaya? Maksudku, Liam tidak menunjukkan apa-apa. Tidak seperti Louis.”

"Cam, come on. Dia mengantarmu sampai ke mobil? Buat apa? Dan Liam bukan Louis. Jadi sangat jelas Liam tidak seperti Louis.”

“Tapi untuk apa dia memastikan kedatanganku pada Harry? Aku penasaran. Andai saja aku tidak harus meninggalkan pesta, mungkin aku tau.”

“Sudahlah, Cam. Tidak usah terlalu dipikir. Biarkan saja mengalir.” Kim menoleh tersenyum ke arahku dan kembali melihat ke arah depan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet