Chapter 3

Irresistible

Sore hari ini terasa begitu terik. Aku menemui Kim di Pinkberry. Kami sudah membuat janji sebelumnya. Aku memarkir mobilku di tempat parkir. Aku dapat melihat Kim sudah menungguku. Kim yang mengajakku untuk menikmati froyo disini, dan kebetulan aku juga sangat ingin menceritakan semua kejadian pagi ini.

Aku duduk di depan Kim. Kim memanggil pelayan dan menyebutkan pesanan kami. Aku baru saja mau bercerita tentang yang tadi pagi tapi terlambat. Kim sudah bercerita terlebih dahulu.

"Payne dan kawan-kawannya masuk kelasku hari ini. Tadi siang lebih tepatnya."

"Oh ya? Aku baru saja mau cerita hal yang sama. Mereka juga masuk kelasku pagi ini."

"Tiga sahabatnya juga?"

"Iya, dan dua orang lainnya. Dan kamu pasti tidak percaya apa yang terjadi!"

"Tell me!"

Aku bercerita lengkap setiap detail kejadian pagi tadi pada Kim. Di tengah-tengah aku bercerita pesanan kami datang. Aku melanjutkan cerita sambil menyantap froyoku. Kim tertawa saat aku selesai bercerita.

"Apa yang lucu?" Tanyaku sebal.

"Tidak... Aku hanya senang akhirnya kamu bisa berbicara dengannya..." Kim kembali tertawa. "Aku seperti tidak bisa membayangkan gimana ekspresimu. Coba saja aku disana waktu semua itu terjadi."

"Biarpun kau ada disana, pasti kau kan pergi meninggalkanku berbicara berdua dengan Liam."

Kim tertawa lagi. Dia seperti sangat bahagia tentang hal ini. Aku pun ikut tertawa.

"Sepertinya ini awal yang bagus kok. Oh iya, aku butuh bantuanmu..."

"Name it."

"Sepertinya aku butuh pinjam mobilmu besok malam. Kalau kau tidak memakainya. Aku perlu untuk membawa barang-barangku ke main hall kampus. The Robotic Exhibition. Kau ikut saja bersamaku. Kemungkinan Liam ada disana. Mereka pasti diundang untuk hadir dan mereview."

"Robotic? Aku tidak yakin aku akan betah disana." Aku tertawa kecil. "Tapi bagaimana aku bisa menolak? Aku akan membantumu."

"I know you will. Dan asal kau tau, robotic itu hal yang menyenangkan! Seperti bermain game."

Seberapapun menyenangkannya hal itu bagi Kim, tidak akan pernah berlaku sama untukku. Kalau Kim sedang asik membuat suatu program atau apapun yang sejenis termasuk merangkai robot serta merancang logikanya, tidak akan ada satupun, seorangpun, dan apapun yang dapat mengganggunya. Mungkin jika ada kebakaran pun Kim akan diam saja. Kalau Kim nantinya menjadi model terkenal dapat kukatan she'll be the most nerd model in the world. Makanya, kalau aku tidak ikut membantunya pasti aku akan merasa bersalah dan Kim akan sedih karena itu adalah hal yang paling dia sukai. Tidak apa, siapa tau aku bisa bertemu Liam lagi.

Aku terbangun dari tidur siangku. Hari ini hari Sabtu. Aku berusaha sebisa mungkin jika tidak ada kegiatan untuk membuat diriku tidur siang di hari Sabtu. Aku merapikan tempat tidurku dan bersiap-siap untuk berangkat ke rumah Kim. Aku memarkir mobilku di garasi rumah Kim. Pintu rumah terbuka dan sudah ada beberapa kardus di teras. Aku turun dari mobil dan mencari Kim ke dalam rumahnya.

"Kardus-kardus yang di teras akan ku masukkan ke dalam mobil." Kataku tiba-tiba saat aku menemukan Kim di lab nya dan terlihat masih sibuk memeriksa beberapa kardus besar.

"Cammy!" Aku rasa aku sudah membuat Kim terkejut.

"Kau membiarkan pintu depan terbuka dengan kardus-kardusmu yang berada di teras. Untung aku bukan orang jahat."

"Aku pasti lupa melepaskan ganjal pintunya. Ya, kau bisa memasukkan kardus-kardus itu ke dalam mobil. Mungkin agak sedikit berat. Thank you! Aku akan mengangkat sisanya sebentar lagi."

Semua kardus-kardus barang Kim sudah tertata rapi di dalam mobilku. Aku berikan kunci mobilku kepada Kim dan kami berangkat ke kampus.

Masih ada beberapa mobil saja di tempat parkir. Memang acaranya masih akan dimulai sekitar satu jam lagi. Aku membantu Kim menurunkan barang-barangnya. Kim memanggil tim nya untuk membantu membawa barang-barang ini ke dalam main hall.

Wow. Satu kata yang bisa aku gunakan untuk mewakili perasaanku saat memasuki main hall. Aku rasa aku akan menarik kembali kata-kataku sebelumnya tentang Robotic. Ini sangan keren. Mereka benar-benar menyulap main hall seperti menjadi dunia baru. Dunia robotic. Seperti dunia yang berbeda di masa yang akan datang mungkin. Orang-orang ini apa tidak mempunyai hal yang lain yang dikerjakan? Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Robot-robot ini bergerak dan berperilaku seperti manusia. Setiap robot focus pada keahlian yang berbeda. Robot pembersih rumah, robot penjaga yang berbentuk anjing, robot yang bisa memasak air, dan masih banyak lagi. Inikah yang mereka lakukan setiap harinya? Termasuk Kim? Aku hanya tersenyum sendiri melihat semuanya. Aku berjalan kembali ke stand Kim dan kulihat tim Kim sudah selesai mempersiapkan semuanya. Kim dan tim nya membuat robot perawat. Robot yang bisa mendeteksi rasa sakit setiap pasiennya dan memberikan solusinya. Keren.

"Kalian... Dasar orang-orang aneh. Apa sih yang ada di dalam pikiran kalian semua?" Aku tertawa tidak percaya melihat semua karya-karya ini.

"Beginilah kami." Kim menjulurkan lidahnya padaku dan tersenyum bangga.

Akhirnya acara ini dibuka oleh Prof. Davis dengan menyampaikan sambutannya. Beliau merupakan professor robotic di kampus. Sudah terlihat dari penampilannya. Setelah beliau mengakhiri sambutannya, beliau mempersilahkan para wakil dari perusahan-perusahan terkemuka untuk dapat berkeliling melihat stand-stand robotic yang ada. Mereka diundang untuk menilai dan siapa tau mereka tertarik untuk melakukan kerja sama. Dan tidak menutup kemungkin mereka merekrut mahasiswa pilihan mereka untuk langsung bekerja bersama mereka.

"Apa kau sudah melihat semuanya?" Tanya Kim sambil mempersiapkan robotnya yang sebenernya sudah terlihat sempurna. Entah apalagi yang dilakukan Kim pada robot itu.

"Hanya beberapa saja. Mungkin aku akan melihat yang lainnya sebentar lagi."

"Di bagian belakang ada pertandingan robosoccer. Semua boleh ikut bertanding. Hadiahnya cukup menarik loh. Kau bisa pergi kesana kalau kau tertarik."

Aku rasa aku akan kesana. Aku meninggalkan stand Kim dan mulai menyusuri stand-stand yang belum kulihat. Sepertinya aku sudah berada di bagian belakang. Aku dapat melihat keramaian yang sepertinya merupakan arena pertandingan yang Kim maksud. Aku mendekati arena da nada seorang yang menghampiriku.

"Hi! Kau bukan dari fakultas kami ya? Apa kau ingin mencoba?" katanya sambil menjulurkan formulir pendaftaran pertandingan. Aku membaca nametagnya, 'A. Richard – Robosoccer Section'. Sepertinya dia panitia perlombaan ini.

"Aku sama sekali tidak pernah mengendalikan robot dalam bentuk apapun. Apa akan sangat susah jika aku ikut?" aku bertanya padanya.

"Cara mengendalikannya sangat mudah. Sebelum sesi dimulai akan diberi tahu cara-caranya. Dan tentunya orang-orang robotic sendiri dilarang mengikuti lomba, seluruh mahasiswa fakultas kamu tidak boleh ikut. Jadi semuanya dari fakultas diluar kami seperti kamu. Ikut saja untuk bersenang-senang."

Orang ini seperti memaksa. Tapi aku sepertinya tertarik untuk mengikuti. Daripada aku hanya duduk dan lihat-lihat stand keliling, lebih baik aku ikut saja.

"Okay then." Aku menulis data yang diperlukan di form tersebut. Ada beberapa nama yang sudah lebih dulu di kolom-kolom sebelumku. Tentu saja, saat ini sudah ada yang bertanding.

Aku berjalan ke dekat arena dan menunggu namaku dipanggil. Aku melihat pertandingan-pertandingan yang sedang berlangsung sambil sedikit demi sedikit mempelajari cara-caranya. Aku mengeluarkan handphoneku dan mengetik teks untuk Kim.

To : Kimmy

Aku mendaftarkan diriku ikut pertandingan. Come here if u're not busy! :P

Arena semakin penuh. Sepertinya seru. Semua yang bertading seperti mempunyai pendukung. Hanya aku saja yang sendirian. Aku harap Kim dapat kemari supaya aku tidak tampak bodoh. Beberapa menit kemudian sepertinya namaku dipanggil. Tapi sedikit kurang jelas jadi aku tetap diam di tempat aku berdiri sekarang.

"Cameron Drama & Music. Are you here?"

Ternyata memang namaku. Sangat ramai aku hampir tidak dapat mendengar dengan jelas. Aku segera berjalan ke depan. Aku tidak mendengar juga tadi siapa lawanku. Tapi aku rasa dia sudah ke depan karena hanya namaku yang dipanggil ulang. Aku dapat melihat lawanku sudah berdiri disana bersama pembawa acara. Aku sepertinya mengenalnya dari belakang. Dan benar, aku mengenalnya saat dia membalikkan badannya. Tomlinson. Louis Tomlinson. Salah satu sahabat Liam. The football's captain guy. Tidak heran dia mengikuti lomba ini. Sepak bola. Dengar cara yang lain. Hanya satu yang ada dipikiranku sekarang. Apa Liam juga ada disini bersamanya? Aku mencoba melihat sekeliling untuk mencarinya. Belum sempat aku mengetahui apakah dia ada disini atau tidak, sang pembawa acara sudah mulai memberi tahu cara dan aturan main pertandingan dan pertandinganpun dimulai. Aku merasa tampak bodoh. Kenapa aku tidak bisa mengendalikan robot-robotku dengan benar. Pikiranku melayang kemana-mana. Louis terus menerus mencoba menyerangku. Tetapi aku ternyata tidak terlalu bodoh untuk menahan bola-bola yang diarahkan ke gawangku. Ternyata banyak juga yang mendukung ku dibelakang biarpun mereka tidak mengenalku mungkin. Aku terus bermain sambil tertawa jiki aku membuat salah satu robotku terjatuh. Seru sekali rasanya. Sampai akhirnya waktu pertandingan habis dengan hasil akhir 1 – 2 untuk Louis. Paling tidak aku mendapatkan skor biarpun hanya 1. Aku berjalan meninggalkan arena. Aku melihat Kim berlari ke arahku.

"Kim!" aku mendekatinya.

"Aku baru saja membaca teks mu. Kau sudah bertanding?"

"Baru saja selesai." Aku tertawa dan menceritakan pertandingaku tadi. Kim ikut tertawa dan dia minta maaf tidak bisa melihatku bertanding dan tergesa-gesa kembali ke standnya. Sibuk sekali kelihatannya.

"Hi gymnast lady!" seseorang menepuk pundakku dari belakang.

Aku menoleh. "Payne? Kau disini juga?" Aku sebisa mungkin terlihat tetap santai. Apa dia melihatku bertanding melawan Louis tadi?

"Not bad." Liam bertepuk tangan dan tersenyum. Aku menaikkan satu alisku. "Pertandingan tadi. Aku melihatnya. Aku bersama Louis disana." Liam mencoba menjelaskan padaku.

"Kau melihatnya?" Aku menutup wajahku malu. Tangannya menurunkan tanganku dari wajahku dan tertawa. Aku menarik tanganku dari genggamannya. Aku merasakan banyak sekali kupu-kupu di dalam perutku. "Tidak lucu!" bantahku sambil kembali berjalan menjauhi arena pertandingan menuju arena stand. Liam mensejajarkan langkahnya dengan langkahku dan berjalan mengiringku.

"Wajahmu merah sekali." Liam kembali tertawa. "Apa semalu itu? Kenapa harus malu? Permainanmu cukup bagus. Bisa mencetak 1 skor di gawang Louis. Kau sudah pernah mencobanya sebelumnya?"

"Tidak. Ini pertama kalinya aku mengendalikan robot. Dan aku memang malu, aku berulang kali membuat robotku terjatuh. Bodoh sekali." Untuk kesekian kali nya Liam kembali tertawa.

"Kau lucu sekali saat mengendalikan robot-robot tadi. Aku malah memperhatikan robot-robotmu bukan Lou." Katanya dan kembali tertawa.

"Kenapa kau terus tertawa? Kau mengejekku?" tanyaku sebal. Lagi-lagi aku merasakan jantungku berdegup lebih kencang. Aku berjalan beriringan berdua dengan seorang Liam Payne mengelilingi stand-stand yang ada. Aku merasa semua mata tertuju ke arah kami.

"Mengejekmu? Tentu saja tidak." Jawab nya. Pandangannya lurus kedepan. Dia seperti tidak peduli keadaan di sekitar kami. Apa aku saja yang berlebihan berasa semua perhatian kearah kami? Aku dapat melihat beberapa gadis-gadis menyapanya saat mereka berpapasan. Liam menjawab sapaan setiap gadis yang menyapanya dengan sangat ramah. Aku seperti tak terlihat oleh gadis-gadis itu. Mereka sama sekali tidak melihatku dan menyapaku, memang sih aku tidak kenal dengan mereka tetapi aku sekarang lagi berjalan bersama Liam. Oh tidak, apa yang kupikir? Memangnya mereka harus menyapaku juga? Tidak Cam, tidak. Kami melewati beberapa stand tanpa berbicara satu dengan yang lain.

"Kau haus? Ayo kubelikan minum. Di depan hall ada yang jual minuman dan snack. Mau?"

Apa-apaan ini? Kenapa hari-hariku semakin tidak normal. Seorang Liam Payne menawariku minuman. Kenapa mendadak keadaan seperti berubah? Kenapa tiba-tiba dia mau mengajakku? Berjalan beriringan bersamaku di depan mahasiswa-mahasiswa lain dari berbagai fakultas? Aku sangat tidak percaya ini.

"Cam? Kau dengar aku kan?"

"Oh iya maaf.. aku hanya memperhatikan robot-robot itu. Keren sekali."

"Jadi? Mau minum?"

Ya ampun, kenapa sih aku ini. Semoga dia tidak menyadari aku yang salah tingkah ini. "Tentu! Aku haus sekali." Aku tertawa kecil. Liam membalas senyumanku dan meraih tanganku. Dia menggandengku berjalan ke arah pintu depan main hall. Telapak tanganku terasa berkeringat, aku malu sekali. Aku tidak mau dia sadar kalau aku gugup seperti ini. Kenapa dia harus menggandengku di depan banyak orang seperti ini. Sangat ingin kulepaskan tanganku dari genggamannya. Dan tanpa kusadari aku benar-benar melapaskannya sebelum kami sampai di pintu depan. Liam menoleh ke arahku dan melihat ke arah tanganku dan kembali melihat kearahku. Liam menghentikan langkahnya dan akupun ikut menghentikan langkahku.

"Sorry. Aku hanya.."

"Oh iya tidak apa-apa kok." aku langsung memotong perkataannya dan kembali berjalan. Aku melipat tanganku. Liam berjalan disampingku.

"Tidak usah disembunyikan. Aku janji tidak akan melakukannya lagi." Katanya sambil tertawa memecahkan suasana yang ada. Aku pun ikut tertawa dan menoleh mengangkat wajahku melihat kearahnya dan dia membalas tatapanku dan kami pun tersenyum satu sama lain. Kami pun tiba di stand minuman. Kami sama-sama membeli orange juice dan Liam memberikan isyarat kepadaku untuk duduk di salah satu kursi yang disediakan di depan stand makanan dan minuman dengan tangannya. Aku pun duduk dan meletakkan orange juice ku di meja. Liam duduk di kursi sebelah kananku.

"Kau suka robotic?" Tanya Liam memecah keheningan diantara kami.

"Sebenarnya aku tidak mengerti apa-apa tentang robot. Aku kira semuanya membosankan tapi ternyata aku salah. Ini semua keren."

"Kalau begitu, apa yang membuatmu kemari?"

"Oh itu... Sahabatku. Aku hanya membantunya. Dia ada di salah satu stand di dalam." Aku meneguk tegukan terakhir orange juiceku dan kuletakkan kembali gelas yang sudah kosong itu di atas meja.

"Oh I see. Acara ini merupakan salah satu acara yang sangat menguntungkan bagi kampus kita. Banyak pengusaha yang tertarik dan melakukan kerja sama dan tidak sedikit juga mahasiswa kita yang sudah tanda tangan kontrak kerja dengan beberapa perusahan-perusahaan ternama. Apa sahabatmu termasuk dalam mereka yang sangat ingin kontrak kerja itu?"

"Aku rasa tidak. Kami tidak pernah membicarakan itu. Sebenarnya kami sudah memiliki kontrak kerja lain. Jadi aku pikir Kim tidak termasuk salah satu dari mereka."

"Kim? Sahabatmu bernama Kim? Barker or not?"

What? Kenapa Liam tahu tentang Kim. "Kau kenal? Ya, Kimberly Barker."

"Tidak. Aku hanya sering mendengar namanya." Liam tersenyum kearahku. "Kau bilang tadi kalau kau sudah memiliki kontrak kerja lain?"

Aku terdiam sejenak berpikir bagaimana bisa Liam sering mendengar nama Kim? Ah sudah lah, tak perlu dipikirkan. "Model. Aku memiliki kontrak dengan agen modelling. Aku dan Kim."

"Kau serius?" Liam bertanya dengan ekspresi tidak percaya dan terkejut.

"Kenapa? Tidak terlihat seperti model?" Aku tertawa. Liam pun ikut tertawa.

"Jadi karena modelling kau tidak lagi menekuni gymnastic?"

"Tentu tidak. Dari kecil aku dan Kim memiliki tujuan yang sama, menjadi model. Aku memang tidak ingin focus ke gymnastic."

"Sudah berapa runway? IMG? Storm?"

Aku tertawa mendengar pertanyaan Liam. Entah apa yang lucu. "Aku baru saja tanda tangan kontrak. Jadi aku belum mulai apa-apa. IMG? Storm? Lucky me, IMG." Aku tersenyum bangga.

Aku tidak menyadari aku bisa mengobrol santai seperti ini dengan Liam. Mungkin ini awal yang baik walaupun aku masih agak pesimis.

"Keren. Kalau begitu, kau bisa saja bergabung di fashion club. Membantu mereka berkembang. Sepertinya sudah mulai vakum."

"Oh iya? Kau mengerti perkembangan setiap klub disini ya? Tidak bisa ku bayangkan. Materi-materi perkuliahan saja sudah hampir membuat otakku penuh. Apalagi harus memikirkan hal-hal lain diluar akademis."

"Semua orang pasti berpikir sama denganmu di awal. Tapi ketika kau sudah mulai terjun ke dalamnya, semua berbeda. Yang pentung sih harus pandai mengatur waktu saja. Coba saja."

"Aku rasa dari awal pertama kita mengobrol kau selalu mengajakku untuk bergabung ya? Mulai dari membentuk Gymnastic Club sampai bergabung di Fashion Club."

"Oh iya? Aku lupa aku mengajakmu membentuk Gymnastic Club waktu itu. Kau masih mau beli yang lain? Minum? Snack?"

"Tidak, sudah cukup. Aku rasa aku harus kembali ke dalam sebelum Kim kebingungan mencariku."

"Okay." Kami beranjak dari kursi dan berjalan bersama masuk ke dalam main hall. Aku merasa semua orang kembali memperhatikan kami. Aku hanya menunduk dan terus berjalan ke stand Kim. Kira-kira 4 – 5 langkah lagi kami akan berada di stand Kim tetapi langkah kami terhenti. Seseorang memanggil Liam dari belakang. Sedikit berteriak sehingga membuat kami berhenti dan menoleh ke belakang. Harry Styles. Sangat mudah dikenal. Salah satu lagi sahabat Liam, dan Styles selalu terlihat yang paling tidak rapi diantara mereka berempat entah kenapa. Apa karena rambut keriting panjangnya yang selalu dibiarkan terurai menyentuh pundaknya dan seperti tidak pernah disisir?

"Dari mana saja kau? Aku mencarimu ke setiap stand." Kata Harry dengan nafas yang tidak teratur. Sepertinya dia tadi berlari ke arah kami saat akhirnya dia menemukan Liam. "Kenapa kalian tiba-tiba pergi dari arena? Aku juga tidak tahu kemana Lou dan Niall."

Aku seperti ingin tertawa tetapi sebisa mungkin aku tahan. Lucu sekali melihat wajah Harry yang seperti anak kecil ditinggal sama teman-temannya. Tetapi Liam tidak bisa menahan, dia langsung tertawa spontan.

"Aku tidak tau kalau mereka juga pergi. Aku pikir kalian masih bertiga disana."

"Hai, kau yang di kelas Drama & Music kan? Gymnastic?" Sapa Harry yang sepertinya baru sadar akan keberadaanku disini. Aku mengerutkan keningku ke arah Liam. "Liam memberi tahuku." Jelas Harry sambil menngulurkan tangannya. "Aku rasa kau sudah tau namaku. Harry Styles."

"Cameron DeLonge." Aku menjabat tangan Harry. "Aku harus kembali ke stand." Baru saja aku mau meninggalkan mereka berdua, Liam menahanku. Untuk sekali lagi, Liam kembali merain pergelangan tanganku. Oh Tuhan, kenapa ini terjadi lagi. Kembali kurasakan kupu-kupu di dalam perutku.

"Tunggu. Aku tadi sempat bilang kalau aku sering mendengar nama Kim sahabatmu itu."

Aku melepaskan tanganku dari genggamannya. "Iya? Kenapa?"

"Ini dia yang sering menyebut nama sahabatmu itu. Aku rasa kau bisa membawanya ke stand dan memperkenalkannya pada Kim."

"Kau kenal Kim? Kimberly Barker? Aku membutuhkan dia untuk beberapa programku. Tetapi dia seperti tidak menghiraukanku waktu aku coba memanggilnya setelah sosialisasi di kelasnya."

Liam tertawa keras dan langsung menyembunyikan wajahknya di balik pundak kiri Harry dan tangan kananya memegang pundak Harry.

"Okay...." Aku sedikit heran melihat tingkah mereka. "Jadi kalian ikut ke stand Kim?" Tanyaku dengan wajah heran.

"Tentu aku ikut! Liam tidak. Ayo!" Harry langsung berjalan mendahuluiku. Aku menoleh ke arah Liam. Liam hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum dan berjalan di belakang kami menuju stand Kim.

Aku tidak dapat menemui Kim di standnya. Hanya ada satu orang dari teamnya yang lagi serius dengan laptopnya sambil mengenakan headset tanpa menyadari kehadiran kami.

"Mungkin Kim lagi mengurus sesuatu. Kau mau menunggu atau bagaimana?" Tanyaku pada Harry.

Harry seperti berpikir sejenak dan mengambil acak kertas yang sepertinya tidak digunakan di meja yang berada di stand Kim, dan mencari pulpen yang untungnya ada juga di atas meja. "Aku titip pesan saja. Tolong minta Kim untuk menghubungiku kalau dia sedang dalam waktu luang. Aku menunggu kabarnya. Aku harus pergi sekarang." Harry berkata sambil menuliskan nomer teleponnya aku rasa di kertas itu dan memberikannya padaku.

"Okay. Akan kusampaikan."

"Come on, Li!" Harry merangkul pundak Liam dan mengajaknya pergi. Aku dapat melihat Liam berusaha menoleh ke arahku sambil terus berjalan bersama Harry. Liam tersenyum dan melambaikan tangannya ke arahku dan menghilang di tengah keramaian. Aku hanya bisa tersenyum sendiri. Aku tidak sabar untuk menceritakan semuanya pada Kim. Aku duduk di salah satu kursi yang ada dan menunggu Kim. Lagi-lagi aku senyum-senyum sendiri.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet