Chapter 8

Irresistible

Kami bersiap-siap akan berkunjung ke rumah Kim. Mom menyiapkan Fish and Chips dan English Triffle untuk dibawa kerumah Kim. Mom memang membuatnya untuk makan malam bersama di rumah Kim. Dari dulu kami memang sering seperti ini. Tetapi kali ini ibu Kim tidak ada. Kami masuk ke mobil dan Dad mulai menyetir ke rumah Kim. Setelah sampai di rumah Kim, Landon langsung membuka pintu rumahnya dan menyambut kami. Aku dapat lihat betapa senangnya Landon bertemu Ava dan Jo. Dad juga sangat senang bertemu kembali dengan Ayah Kim. Aku membawa Triffle dan Mom membawa Fish and Chips. Kami menuju ruang makan dan menata nya disitu.

“Hai!” Aku menyapa Kim yang lagi menyiapkan appetizer di atas meja. Pantas saja dia tidak ikut menyambut kami di pintu. “Apa yang kau buat, Kim?” tanyaku.

“Cam! It’s called Tiny Tomato Tarts. Semoga saja rasanya tidak mengecawakan.” Kami pun tertawa.

“Tentu saja tidak, Kim. Kau pandai memasak.” Kata Mom sambil menepuk pundak Kim.

Thanks, Mrs. DeLonge.”

Kami berdelapan duduk makan malam bersama di ruang makan Kim. Kami saling bercerita berbagai pengalaman selama kami tidak bersama. Kami menyantap satu demi satu makanan yang sudah tersedia. Setelah selesai makan Landon, Ava, dan Jo langsung menuju ruang keluarga dan bermain. Mom menyusul Jo ke ruang keluarga. Dad dan Mr. Barker menuju teras belakang dan duduk-duduk mengobrol disana. Aku dan Kim membereskan meja makan.

“Jadi besok bagaimana?” Tanya Kim.

“Seperti yang kita bicarakan kemarin, Kim. tapi aku belum bilang ayahku.”

“Aku rasa tidak apa-apa yang penting kau datang dan tidak sangat terlambat.”

“DImana mobilmu? Hari ini kan?”

“Terlambat, Cam. Ada sedikit masalah di pelabuhan entah apa. Tapi ayahku tadi pagi sudah mengecek kesana. Katanya besok pagi akan dikirim ke rumah.”

“Besok kita perginya sama-sama ya, Kim. Eh, tapi kan aku harus pulang lebih dulu. Kalau aku datang sendiri nanti aku aneh datang sendiri kesana.” Aku pun tertawa.

“Tidak apa-apa, kita janjian saja. Aku juga aneh kalau datang sendiri kesana. Harry memaksa untuk menjemputku tapi aku tidak mau.”

“Kenapa sih, Kim? Kan enak kau tidak harus menyetir.” Aku tertawa melihat ekspresi wajah Kim.

“Tidak apa-apa, aku hanya tidak mau saja.”

Kami pun selesai membereskan semuanya. Setelah itu kami semua berkumpul di ruang keluarga, Dad dan Mr. Barker juga. Kami mengobrol bersama kurang lebih 30 menit setelah itu kami berpamitan pulang.

“Dad, aku rasa aku bisa hadir di acara makan malam besok. Tapi aku mungkin sedikit terlambat karena aku harus hadir di pesta di kampus sebentar saja, ada sedikit keperluan. Bagaimana?” tanyaku di perjalanan kami menuju ke rumah.

“Okay. Jadi kau menyusul?”

“Iya, aku janji hanya terlambat sedikit saja.” Aku dapat melihat Dad tersenyum kepadaku dari kaca spion.

Aku membuka lemari ku. Entah kenapa aku sangat bingung dengan apa yang akan aku pakai nanti malam. Kim meberikan rekomendasi untuk memakai open back dress warna hitam milik Kate Spade yang aku beli bersamanya. Aku mengambil nya dari dalam lemari dan berjalan menuju cermin yang memantulkan bayangan seluruh tubuhku. Aku menempelkan dress itu di tubuhku dan mengamatinya di cermin. Aku rasa cocok aku memakai ini untuk dua acara. Aku menaruh baju itu diatas tempat tidurku dan berjalan menuju rak sepatu dan lemari tasku. Karena aku memakai dress milik Kate Spade, otomatis mataku terforkus pada justine heels hitam dengan hiasan pita di depan milik Kate Spade juga dan evening bells lucinda clutch milik Kate Spade.

Setelah aku selesai mandi aku menge-roll rambutku dan mulai mengaplikasikan sedikit make-up di wajahku. Sentuhan terakhir untuk bibirku aku memakai All Fired Up milik Mac yang sangat cantik. Warna fuschia terangnya membuat wajahku terlihat lebih fresh. Aku membuka roll rambutku dan menata nya menjadi gelombang besar yang terlihat anggun. Aku mengecek handphoneku dan membaca teks dari Kim yang memberi tahuku bahwa dia sudah berangkat. Aku mengecek sekali lagi penampilanku di cermin. Perfect. Aku berpamitan dengan Mom dan Dad yang lagi bersiap-siap untuk makan malam, Ava dan Jo juga.

Aku berjalan dari parkiran mobil ke arah main hall. Aku sedikit gugup. Aku memasuki main hall yang sudah di dekor sedemikian rupa sehingga tidak terlihat seperti main hall biasa lagi. Aku seperti masuk ke dalam Café yang elegan dengan nuansa warna hitam dan emas, juga sedikit sentuhan warna merah di beberapa tempat. Desain panggung nya juga juga sangat bagus. Ada beberapa alat music disana dan beberapa kursi juga stand mic. Aku teringat bahwa Liam dan teman-temannya akan menyanyi di acara ini. Apakah aku sempat melihat mereka? Aku hanya berharap mereka bernyanyi saat pembukaan acara sebelum aku pergi ke acara makan malam nanti. Aku berusaha mencari Kim dan aku melihatnya berdiri di samping panggung dengan ukulele stella dress milik Little Black Dress warna hitam dengan kerah putih. Kim mengikat tinggi rambut pirangnya. Kim lebih suka gaya yang simple dibanding denganku. Aku berjalan menghampirinya. Kim langsung melihatku saat aku mendekat dan dia melambaikan tangannya.

“Wow, kau sangat cantik.”

“Kau yang memilih baju nya. Thanks. Apa yang kau lakukan disini?” Aku baru sadar Kim hanya berdiri sendirian disini sambil mengamati pesta.

“Aku menunggu Harry memanggilku. Dia ada di backstage, sebentar lagi dia akan membuka acara lalu aku akan dipanggil untuk presentasi proyek.”

“Kau lihat mereka? Sahabat-sahabat Harry?” tanyaku penasaran.

“Ya, mereka ada di backstage bersama Harry. Aku rasa mereka akan bernyanyi untuk acara awal. Latihan yang kau ceritakan waktu itu.”

“Sungguh? Aku dapat melihat Liam bernyanyi sebelum aku pergi ke acara ayahku.”

Tiba-tiba lampu di dalam ruangan mati dan lampu sorot menyala menyorot empat kursi yang sudah di atur rapi di atas panggung. Niall keluar dari backstage diikuti Liam, Harry, dan Louis. NIall mengambil gitar dan mereka duduk di kusi. Niall mulai memainkan gitar akustiknya dan mereka mulai menyanyikan lagu yang mereka nyanyikan di studio waktu itu. Aku tidak dapat mengalihkan pandanganku dari Liam. Aku suka sekali melihatnya bernyanyi. Aku menyenggol lengan Kim saat Harry menyanyikan bagiannya.

“Aku akui suaranya keren.” Kata Kim tiba-tiba. Aku hanya tertawa kecil dan kembali memperhatikan Liam sampai lagu yang mereka nyanyikan selesai. Niall, Liam, dan Lou masuk ke backstage. Harry tetap di panggung membuka acara dengan berterima kasih kepada semua yang hadir dan sumbangan-sumbangan yang sudah diterima. Harry mulai mejelaskan tujuan acara dan sampai pada penyampaian tentang proyek yang dikerjakan Kim untuk mendukung kegiatan-kegiatan mereka. Kim pun naik ke atas panggung dan mulai menjelaskan proyeknya dengan beberapa slide presentasi. Aku tidak begitu mengerti tapi aku pura-pura tetap memperhatikan. Pikiranku tidak disana.

“Cam.” Suara seseorang mengagetkanku. Aku menoleh ke sebelah kananku dan melihat Lou berdiri disitu menoleh kearahku dan tersenyum. Apa dia yang menungguku? Kenapa Lou? Dimana Liam?

“Oh, Hai Lou. Kalian keren.” Aku tersenyum padanya.

Thanks. Aku harap semua orang berpendapat yang sama denganmu.”

“Pasti! Aku dapat menjaminnya. Karena kalian memang keren di atas panggung itu. Dimana yang lainnya?” tanyaku. Sesungguhnya aku hanya ingin tau dimana Liam.

“Di atas panggung dan masih di backstage. Kau mau duduk? Atau mau tetap berdiri disini?”

Lou mengajakku duduk bersamanya? Ternyata Lou yang menungguku disini. Bukan Liam. Aku tidak ingin bersama Lou. Aku ingin bertemu Liam.

“Aku disini aja menunggu Kim turun.” Jawabku sambil terus melihat ke arah panggung.

“Okay kalau begitu, aku akan menemanimu disini.”

Apa? Aku hanya diam. Aku berharap Niall dan Liam keluar dari backstage dan bergabung bersama kami. Apa aku jahat kalau aku tidak ingin bersama Lou saat ini? Apa benar Lou menyukai ku seperti yang Kim bilang? Aku hanya ingin menjauh dari Lou saat ini.

“Lou, aku ke rest room dulu ya.” Lou tersenyum dan mengangguk.

Aku hanya diam memandang wajahku di cermin. Aku berdandan seperti ini, memakai baju yang cantik, semua karema aku ingin bertemu Liam. Tetapi aku salah. Bukan Liam yang Harry maksud, makanya Harry heran waktu aku menyebutkan nama Liam pertama kali saat itu. Salah pintu bilik terbuka. Dan aku melihat Melanie keluar dari sana.

“Melanie?”

“Cam! Kau datang? Kau cantik sekali.”

“Iya aku datang. Harry yang menyuruhku untuk datang bersama Kim.”

“Harry mengonsep dengan sangat bagus acara ini. Kau hanya berdua dengan Kim?”

“Sebenarnya aku datang sendirian karena aku harus pulang lebih cepat. Ada acara yang lain. Jadi aku dan Kim hanya janjian saja.”

Okay Cam, aku duluan ya. Bersenang-senanglah!” Mel berjalan keluar. Sekitar setengah menit kemudian aku berjalan keluar juga. Aku penasaran Mel datang dengan siapa. Entah kenapa aku berpikir Liam bersamanya. Aku harap aku salah. Aku berjalan sambil mencari dimana Mel dan dengan siapa dia. Akhirnya aku melihat Mel, dia duduk bersama teman-teman perempuannya. Aku lega.

Kim turun dari panggung saat aku berjalan mendekati panggung. Harry mempersilahkan untuk makan malam dan acara bebas. Harry turun dari panggung mengikuti Kim. Sekelompok orang naik ke atas panggung dan mulai bernyanyi dan bermain music. Yang lainnya mulai menyantap makan malam yang sudah di sediakan.

“Hai, Cam.” Sapa Harry saat aku menghampirinya dan Kim. Aku dapat melihat Lou berdiri beberapa langkah dariku, masih sama di tempat kami berdiri tadi.

“Hai.” Jawabku sinis.

“Sudah dapat apa yang kau cari?” Tanya Harry lalu dia sedikit tertawa.

“Tidak lucu. Bagaimana aku bisa tau kalau kau tidak mau memberikanku nama.”

“Kau tidak hadir ke acara yang lebih penting itu?” Aku semakin sebal dengan Harry.

“Ya, aku akan pergi sebentar lagi. Oh, aku rasa aku akan pergi sekarang.”

“Kau pergi sekarang?” kali ini Kim yang bertanya padaku.

“Iya, aku berjanji pada ayahku hanya sedikit terlambat.”

Okay, hati-hati ya, Cam!”

Aku berjalan menuju pintu keluar dan seseorang menghentikan langkahku. Lebih tepatnya aku sengaja menghentikan langkahku karena aku melihat Liam. Bersama Melanie? Tidak mungkin. Mereka mengobrol sekitar lima langkah di sebelah kiri dari pintu keluar. Kenapa aku harus melihat mereka. Akhirnya aku kembali berjalan dengan menundukkan kepalaku.

“Cameron!” kali ini seseorang benar-benar menghentikan langkahku. Aku menoleh ke arah datangnya suara itu. Liam? Liam memanggilku? Aku berusaha mencari Melanie dan aku menemukannya sedang berjalan dari tempat dia mengobrol dengan Liam tadi ke arah tempat duduknya bersama teman-temannya yang aku lihat sebelumnya.

“Pulang sangat cepat?” Liam mendekatiku yang hanya terdiam melihatnya.

“Liam. Iya, aku harus pergi.” Aku gugup sekali.

“Sayang sekali. Kami masih akan bernyanyi satu lagu lagi setelah makan malam selesai.”

“Oh ya? Tapi aku sungguh harus pergi.”

“Paling tidak kau sudah melihat kami bernyanyi di awal tadi.” Liam tersenyum. “Dan kau juga sudah lihat lebih dulu saat kami berlatih.” Liam tau aku melihatnya bernyanyi di awal tadi? Apa dia memperhatikanku? Atau dia hanya sekedar melihatku berdiri di samping panggung.

“Iya, aku melihatnya tadi. Bagus sekali, Li.” Aku tersenyum dan aku rasa wajahku memerah. Tiba-tiba aku tidak ingin pergi dari sini. Aku tidak ingin menyusul Dad. “Maaf Liam, aku harus pergi.” Apa? Kenapa aku mengatakannya? Tidak, aku tidak pingin pergi dari sini. Aku berharap Dad menelpon ku untuk memberitahukan bawah makan malamnya ditunda, aku tidak harus menyusul. Tetapi itu tidak mungkin terjadi.

Okay Cam. Aku akan berjalan bersamamu keluar.” Aku terdiam mendengarnya. Aku tidak bisa menjawab. “Ada apa? Ayo, jangan diam saja. Aku kira kau terburu-buru.” Liam tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumannya dan berjalan bersamanya.

“Kenapa kau mengantarku? Jalan dari sini ke parkiran tidak jauh.” Aku merasa bodoh tapi aku benar-benar bertanya itu padanya.

“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin. Kau mau kencan?”

Aku pun tertawa. “Kencan? Tidak, Li. Seperti acara keluarga, ayahku tidak ingin aku melewatkannya.”

“Aku hanya mengira.”

Akhirnya kami sampai di samping mobilku.

“Kemana tujuanmu?”

“Hawksmoor Spitalfields.”

Oh I see.” Liam tersenyum padaku. “Hati-hati, Cam. Jangan ngebut.” Katanya sambil tertawa. Aku sangat suka melhatnya tertawa. Tawanya membuat matanya seperti terpejam, lucu sekali.

I won’t. Bye, Liam. Terima kasih sudah menemaniku.” kataku sambil mengarahkan tanganku ke pintu mobil tetapi Liam lebih cepat dan dia mebukakan pintu mobil untukku. Wow.

Aku naik dan dia menutup pintu mobilku. Aku dapat melihatnya dari kaca mobilku tersenyum dan melambaikan tangannya. Aku membalas senyumannya dan melaju. Aku dapat melihat dari kaca spionku Liam berjalan kembali ke dalam gedung. Aku senyum-senyum sendiri di sepanjang aku menyetir menuju restaurant. Sampai aku teringat aku tidak berpamitan dengan Lou. Pasti dia mencariku, aku jadi merasa bersalah. Tapi disana ada Kim yang akan menjelaskan kalau dia bertanya. Ya, dia pasti akan bertanya pada Kim. Aku kembali berpikir. Apa mungkin Liam yang menungguku? Kenapa dia sampai ingin mengantarku ke mobil? Tetapi kalau memang dia, kenapa dia tidak langsung mencari dan mendatangiku seperti Lou?

Aku sudah sampai di Hawksmoor Spitalfields. Aku memarkir mobilku dan berjalan memasuki restaurant. Aku memberitahu pelayan yang menjaga kalau aku bersama dengan keluarga DeLonge. Aku diantar ke meja mereka. Aku dapat melihat rekan bisnis Dad dan keluarganya. Dua anak, laki-laki dan perempuan. Yang perempuan aku rasa seusiaku dan yang laki-laki terlihat lebih tua, mungkin itu kakaknya. Mereka menyambut kedatanganku. Dad dengan senyumnya yang terlihat sangat bahagia melihatku dan memperkenalkanku pada rekan bisnisnya. Aku pun duduk bersama dengan mereka dan ikut menyantap makan malam.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet