Chapter 20

Irresistible

Knock... Knock...

"Temanmu sudah datang."

Suara Ava terdengar di balik pintu kamarku. Ya, ini sudah hari Sabtu. Liam sudah menjemputku untuk ke pertandingan final UL Trophy di lapangan Birkbeck. Kim sudah memberi tahuku sebelumnya kalau dia sudah berangkat bersama Harry dan Niall. Aku mengenakan jaket denimku dan berjalan keluar dari kamarku. Aku dapat melihat Liam yang sudah menungguku di ruang keluarga bersama Dad. Mereka seperti sedang membicarakan sesuatu.

"Hai." Liam menoleh ke arahku. "Aku sudah siap."

Liam berpamitan dengan Dad dan kamipun keluar dari rumah dan masuk ke mobil Liam. Liam parkir tepat di sebelah mobil Harry. Pas sekali ada yang kosong.

"Mereka sudah disini."

"Iya, Kim bilang padaku tadi kalau mereka berangkat lebih dulu."

Kami turun dari mobil. Sudah ramai sekali tempat ini. Kami berjalan ke tribun. Aku membuka kembali teks dari Kim yang memberitahukan dimana mereka duduk. Sisi RH, blok B, baris ke 8. Kami langsung menuju posisi tersebut. Aku dapat melihat Kim duduk di antara Niall dan Harry. Dua kursi kosong sudah disiapkan untuk kami di samping Harry. Liam menyuruhku untuk duduk terlebih dahulu yang membuatku jadi duduk di sebelah Harry. Aku hanya berharap dia tidak mengajakku bicara yang aneh-aneh.

"Hey, kalian akhirnya datang juga." kata Kim sambil sedikit membungkukkan badannya agar dapat melihatku yang terhalang oleh Harry.

Pertandinganpun dimulai. Birkbeck memang lebih kuat dibandingkan dengan Goldsmiths. RH sangat susah untuk menembus pertahanan mereka. Pada menit ke 30 Birkbeck berhasil mencetak gol di gawang RH. Kami pun bersorak memberi semangat pada RH. Dan akhirnya di menit ke 40 RH mencetak satu gol di gawang Birkbeck. Pemandu Sorak RH dan Birkbeck tidak berhenti untuk bersorak di pinggir lapangan. Babak pertama pun berakhir dengan skor 1-1.

Saat babak kedua dimulai, kembali suara penonton memenuhi lapangan. Para pemain memasuki lapangan dan mulai bermain. Kedua tim saling melawan dan bertahan. Aku yang melihat mereka saja seperti ikut lelah. Sampai pada menit ke 40 tidak ada yang menambah skor. Tepat beberapa detik sebelum menit ke 45 Louis berhasil mencetak gol di gawang Birkbeck. Kami semua pendukung RH beranjak dari kursi dan bersorak. Akhirnya UL Trophy berakhir dengan RH menjadi juaranya.

Kami dan pendukung lain RH, tetapi tidak semuanya, turun ke lapangan untuk memberi selamat kepada tim RH. Dapat aku lihat juga pendukung Birkbeck yang turun ke lapangan. Kami menemui Louis dan memberinya selamat. Wajah Louis sangat ceria dengan keringatnya yang terus mengucur di wajahnya. Louis dan anggota tim nya menerima ucapan selamat dari kami semua.

Di tengah-tengah lapangan yang ramai ini tiba-tiba aku baru menyadari kalau Kim sudah tidak bersamaku lagi. Aku masih bersama Liam, Harry, dan Niall yang masih berbincang-bincang dengan Louis. Aku melihat-lihat sekitar dan akhirnya menemukan Kim bersama dengan seorang gadis. Aku tidak mengenalnya. Gadis dengan tubuh kurus tinggi, sedikit lebih tinggi dari Kim, tingginya sepertinya hampir sama denganku. Rambutnya yang berwarna pirang disisir dengan garis belahan di tengah. Bola matanya yang besar dengan warna matanya yang biru sangat kontras dengan bentuk wajahnya yang berdagu lancip. Kim terlihat sangat akrab dengannya. Aku berusaha mengingat-ingat mungkin aku juga mengenalnya, tapi aku tidak mengingat apapun. Aku benar-benar belum pernah mengenalnya. Aku mencoba menghapiri mereka.

"Kim, aku mencarimu."

Kim menoleh ke arahku. "Cam, hai, kenalkan, ini Jessica. Jess, ini Cameron."

"Hai!" Jess menjabat tanganku dan wajahnya sangar ceria. "Aku teman Kim waktu di LA. Kami bersekolah di sekolah yang sama."

"Dan dia tidak memberi tahuku kalau kuliah di London juga."

"Kim! Aku mencoba mencari cara untuk menghubungi mu. Tapi aku kehilangan semua kontakmu." Mereka berdua pun tertawa. Terlihat akrab sekali.

"Kalau Cam ini adalah sahabatku. Aku rasa aku pernah bercerita tentangnya dulu."

"Iya, aku rasa aku mengingatnya." Jess tersenyum ke arahku.

"Kau di Birkbeck?" aku bertanya pada Jess.

Jess menganggukkan kepalanya. "Kim, ayo antar aku menemui Louis." Jess menarik tangan Kim menuju Louis dan tim nya. Aku mengikuti mereka. Aku semakin bingung. Ada apa dengan Louis?

"Lou, kau ingat dia?" tanya Kim sesampainya kami di tempat mereka berkumpul. Harry, Liam dan Niall juga ada disitu.

Jess melambaikan tangannya. "Hai, Lou!"

Lou menoleh heran ke arah kami, memandang Jess seperti mengingat-ingat sesuatu tetapi Lou tidak mendapatkan apa-apa.

"Kau tidak ingat?" Jess membentuk garis lengkung ke bawah dengan bibirnya.

Louis tertawa kecil dan beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di depan Jess. "Sorry." Louis tertawa.

"Kau benar-benar tidak mengingatku? Aku Jessica. Jessica Lianne Hoppus. Masih tidak ingat?" Jess melipat kedua tangannya dan menaikkan satu alisnya pada Louis.

"Oh..." Louis memutar bola matanya. "Jess..." Louis tertawa. "Maafkan aku Jess, mungkin ada hal-hal lain yang bisa membuatku ingat padamu?"

Jess menghela nafas. "By the way, selamat untuk kemenangan kalian atas Birkbeck." Jess berlalu meninggalkan kami.

"Siapa dia, Lou?" tanya Niall.

Louis hanya mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum. Aku menoleh ke arah Kim. Kim hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Lapanganpun semakin sepi. Kami akhirnya meninggalkan lapangan bersama Louis dan tim RH.

"Jangan lupa besok malam akan ada pesta kemenangan di rumahku." Kata Louis sebelum kami berpisah dengannya. Louis dan tim nya berjalan menuju Bus RH dan kami berjalan menuju tempat mobil kami di parkir. Aku dan Liam berpamitan dengan Kim, Harry, dan Niall dan masuk ke dalam mobil Liam. Kami lebih dulu meninggalkan lapangan.

Liam mengendarai mobilnya di sepanjang Malet St dan melewati Tottenham Court Rd. "Disana tempat kerjamu kan? Gedung IMG." Kata Liam sambil menunjuk ke arah gedung di sebelah kanan kami.

"Iya, dan aku besok harus kesana. Aku hampir saja lupa."

"Hari Minggu? Seharusnya kau bersantai di rumah."

"Aku rasa tidak untukku." Aku tertawa.

"Tapi kau besok hadir di pesta Louis?"

Aku menganggukkan kepalaku. "Kita mau kemana?" Tanyaku setelah menyadari Liam mengambil jalan memutar melewati Charlotte St.

"Carpenter's Arms. Kau pasti lapar dan haus setelah menyoraki tim RH selama kurang lebih satu setengah jam. Tidak apa-apa kan? Atau kau harus pulang?"

Aku menggelengkan kepalaku dan tersenyum. Liam memarkir mobilnya dan kami keluar dari mobil memasuki Carpenter's Arms. Aku hanya memesan Caesar Salad dan Liam memeasan Southern Fried Chicken.

"Kau yakin hanya makan salad? Tidak lapar?" Liam meyakinkanku.

"Mungkin aku akan tambah dengan Truffle Mac and Cheese Bites."

"Okay."

Pelayan restauran meninggalkan meja kami.

"Jadi bagaimana dengan Fashion Week? Akan di mulai satu minggu setelah Trophy berakhir kan?" tanyaku.

"Oh iya." Liam melipat kedua tangannya di atas meja. "Apa Stella sudah mengabari mu? Tentang runway?"

Aku menaikkan satu alisku. "Ada apa dengan runway?"

"Stella belum bilang padamu? Masing-masing kampus harus mengutus minimal 5 orang untuk ikut berjalan di runway. Dan aku bilang pada Stella untuk mengikutkan kau."

Aku tertawa. "Mungkin dia tidak mau aku ikut. Kau lihat sendiri kan bagaimana sikapnya padaku?"

"Iya Cam, tapi itu kan karena kau ikut bersamaku dan bukan dia. Sekarang kau sudah tidak ikut lagi. Dan aku lihat dia menulis namamu di form yang dibagikan oleh UL Student Union."

"Mungkin dia hanya belum sempat bilang padaku. Atau dia menghapus namaku tanpa sepengetahuanmu." Aku kembali tertawa. "Biarpun nanti dia memang tidak menghubungiku, aku harap kau tidak mempermasalahkan itu dengannya. Aku tidak apa-apa kok."

"Bukan begitu, Cam..."

Perkataan Liam terpotong karena seorang pelayan datang membawa pesanan kami.

"Thanks." Kataku dan Liam secara bersamaan pada pelayan itu.

"Bukan begitu, Cam." Liam mengulangi kata-katanya. "Aku sangat ingin kau ikut di dalamnya." Liam menyantap makanannya.

Aku mengambil garpu dan mulai memakan saladku. "Sudahlah, Liam." Aku mencoba mengakhiri pembicaraan tentang hal ini. Aku jadi menyesal menyakan tentang ini tadi.

"Jadi kau kerja besok?" tanya Liam. Aku bersyukur Liam membahas hal lain.

Aku hanya menganggukkan kepala karena aku masih mengunyah makananku.

"Kau pergi ke pesta Lou besok bersama Kim?"

Aku menelan makananku. "Ya, aku rasa. Kecuali Harry mengajak Kim hanya pergi berdua dengannya." Kami pun tertawa.

"Kalau begitu aku akan bilang pada Harry untuk pergi bersama-sama."

Kami kembali menyantap makanan kami sampai habis.

"Cam, berjanjilah padaku. Kalau Stella memberitahumu tentang Runway Model kau akan berkata iya padanya."

Aku tidak dapat menahan tawaku. "Liam. Ada apa denganmu? Kenapa kau..."

"Seperti yang aku bilang, aku ingin kau ikut berjalan di runway." Liam memotong kata-kataku. "Apa aku terdengar terlalu memaksamu?"

Aku kembali tertawa. "Oh, Liam..."

"Kenapa kau tertawa? Apa ada yang lucu dengan apa yang baru saja aku katakan?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Ekspresi wajahmu sangat lucu ketika kau mengatakannya."

Liam pun tertawa saat mendengar kata-kataku. "Jadi, kau akan berjanji padaku?"

Aku menggigit bibir bawahku dan menggelengkan kepalaku. "Aku tidak tahu."

Liam pun membentuk bibirnya melengkung ke arah bawah. Ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih bercampur dengan memohon kepadaku tetapi aku hanya membalasnya dengan senyuman dan gelengan kepala.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet