Chapter 4

Irresistible

Sudah seminngu berlalu sejak terakhir kali aku bertemu Liam. Tepatnya di pameran Robot itu. Aku memang tidak begitu berharap adanya kelanjutan dari aku dan Liam. Aku tidak ingin kecewa. Aku tau Liam memang sangat ramah dengan semua gadis, termasuk aku. Jadi aku tidak berharap lebih. Aku menatap bayanganku di cermin. Aku mengikat satu rambutku. Mengambil tasku dan keluar dari kamarku menuju meja makan. Aku melihat dad membaca koran sambil menunggu sarapan yang masih disiapkan oleh Mom. Aku duduk di kursi sebelah dad.

"Ava dan Jo masih tidur, Dad? Biasanya sabtu pagi mereka sudah siap untuk kau ajak berjalan-jalan dan bermain."

Aku menaruh tasku diatas meja dan melihat mom meberikan isyarat untuk tidak menaruh tasku disana. Aku pindahkan tasku di kursi sebelahku. Memang sudah berkali-kali mom mengingatkanku kalau dia tidak suka aku menaruh tasku diatas meja. Tidak pada tempatnya katanya. Tapi aku selalu saja lupa.

"Dad harus ke studio ada hal yang harus diurus. Jadi libur dulu bermainnya. Giliran mom yang mengajak mereka bermain dirumah. Atau kau? Kau ada kelas di hari sabtu?"

Dad memiliki studio music yang cukup ternama dan sangat laris di kota ini. Tidak jauh rumah tempatnya. Aku kadang suka mampir kesana kalau ingin mendengar orang-orang bermain music. Cukup menyanangkan.

"Tidak Dad. Tidak ada kelas. Aku hanya mau bermain di rumah Kim."

"Bermain?" Dad tertawa. "Bermain apa? Apa lagi yang bisa kalian mainkan di usia sekarang ini?"

"Dad..." aku tidak begitu menanggapi pertanyaan konyolnya. Memang aku rasa kata bermain tidak tepat.

Mom menaruh tumpukan pancake yang masih hangat di atas meja. Tiba-tiba aku menjadi sangat lapar melihatnya. Aku segera menyantap nya dan meminum teh yang sudah mom buatkan juga.

"Dad, Mom, aku pergi dulu." Kataku sambil berjalan meninggalkan ruang makan dan keluar dari rumah.

Aku melihat Kim duduk di kursi teras rumahnya sambil berbicara dengan seseorang di handphonenya. Dia melambaikan tangan dan tersenyum saat melihatku datang dan melanjutkan obrolannya. Aku turun dari mobil dan berjalan ke arah Kim. Kim beranjak dari kursi dan memberikan isyarat untuk masuk ke dalam rumahnya. Aku masuk ke dalam rumah Kim dan mengikuti Kim ke kamarnya. Sepertinya dia sedang berbicara dengan adiknya di telepon. Kim masih melanjutkan pembicaraanya sambil duduk di atas tempat tidurnya. Perhatianku beralih ke secarik kertas yang sangat kusut seperti habis di remat-remat di atas meja lampu tidur Kim. Sepertinya aku mengenal kertas itu. Aku mengambilnya dan benar aku tau kertas itu. Kertas yang dititipkan Harry kepadaku untuk kuberikan pada Kim.

"Kau sudah telpon dia, Kim?" tanyaku pada Kim yang baru saja selesai telepon dengan adiknya sambil menunjukkan kertas dari Harry.

"Oh!" Kim beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan ke arahku. Kim mengambil kertas itu dari tanganku. "Aku lupa." Kim memandang kertas itu beberapa saat dan meletakkannya kembali di atas meja.

"Kau tidak akan meneleponnya, benar kan?"

Kim hanya mengangkat bahu dan alisnya.

"Aku tidak pernah bertemu Liam lagi sejak minggu lalu di acaramu." Aku duduk disamping Kim dan merebahkan diriku di atas tempat tidurnya. Aku mengambil boneka Mickey Mouse milik Kim yang ada di dekat bantalnya dan memeluknya.

"Memang susah mau bertemu dengannya, kan dia sibuk. Tapi kau tidak pernah bertemu meskipun saat kelas Musik?" Kim membalikkan badannya kearahku, masih duduk di ujung tempat tidurnya.

"Tidak. Saat aku ke gedung Musik aku tidak pernah sekalipun melihatnya." Aku memainkan boneka Mickey Mouse milik Kim. "Kau tidak ingin telepon Harry Styles?"

Kim tersenyum. "Aku rasa aku mengerti maksudmu. Kau ingin aku menelponnya? Kalau itu bisa membantu, akan aku telepon dia." Kim beranjak dari tempat tidur dan mengambil kertas yang bertuliskan nomer telepon Harry tadi dan memain-mainkannya kearahku sambil tersenyum licik.

"Kim..." aku menyembunyikan wajahku di bantal Kim. Aku tidak tahu apa ini perlu? Aku memang berpikir siapa tau Kim bisa tau sesuatu tentang Liam ketika dia berinteraksi dengan Harry. Dan Kim dapat membaca pikiranku itu dengan jelas. Aku bingung harus meng-iya-kan atau tidak pertanyaan Kim. Tetapi tiba-tiba aku mendengar Kim berbicara di telepon. Aku dengan sekejap terduduk dan memperhatikan Kim.

"Hai.. Apa aku berbicara dengan Harry Styles?... Iya, ini aku, Kimberly Barker.. Aku mendapat pesanmu dari temanku Cameron. Maaf mungkin kau menunggu lama teleponku. Aku lupa dan baru saja menemukan kertas yang kau titipkan pada Cam.. Jadi, apa yang kau perlukan?.. Oh.. Iya.. Aku bisa melakukannya.. Tentu.. Tentu kita harus bertemu untuk membicarakan semua kebutuhanmu.. Tidak bisa besok, Senin mungkin?.. Okay, aku tunggu.."

Aku mendengarkan dan memperhatikan Kim dengan wajah bertanya-tanya. "Kim? Kau meneleponnya? Itu Harry?"

"Kau dengar sendiri kan?" Kim menunjukkan layar handphonenya. Kim benar-benar menelepon Harry. Kim duduk disebelahku. "Dia butuh web developer untuk programnya. Katanya beberapa orang merekomendasikan aku untuk membuatkan web yang dia butuhkan. Mungkin Senin aku akan bertemu dengannya untuk membicarakan lebih lanjut. Apa yang harus aku lalukan sekarang?" Kim kembali tersenyum licik.

"Kim.. aku pun tidak tahu apakah ini perlu? Bagaimana jika dia tidak menyukaiku? Bagaimana jika kemarin itu dia hanya iseng denganku?"

"Apa salahnya mencoba? Kau ikut saja kalau aku jadi bertemu Harry nanti."

"Pasti akan sangat aneh. Ngapain aku ada disana bersamamu?" Aku kembali merebahkan tubuhku di tempat tidur Kim.

"Well.. kita lihat saja nanti.." Kim merebahkan tubuhnya disampingku sambil memainkan handphonenya. "By the way, ayahku dan Landon akan datang minggu depan."

"Seriously?" Aku sangat senang mendengarnya. "Bersama mobilmu?"

"Aku harap iya." Kami berdua tertawa.

Tidak terasa sudah hari senin lagi. Aku beranjak dari tempat tidurku. Hari ini kelasku agak siang jadi aku tidak perlu bangun pagi-pagi untuk bersiap-siap. Aku memeriksa handphoneku. Ada satu pesan.

From : Kimmy

I'll meet up with Styles after lunch at Music Cafetaria tomorrow. Be There too! Xo.

Kelasku hari ini memang di music, tapi apa aku harus ikut bertemu Harry dengan Kim? Rasanya agak ganjil. Jangan-jangan Kim sengaja menentukan setelah makan siang karena tau kelasku hari ini berakhir setelah jam makan siang. Ah sudahlah, tak usah dipikir.

Aku berjalan bersama Blanca keluar kelas music. Handphoneku bergetar, aku mengambilnya dari saku celana jeans ku.

From : Kimmy

I'm with Styles. No Payne. But I guess he'll be here soon. Horan and Tomlinson are here too, separate table. Come here!

Aku memasukkan handphoneku kembali ke dalam saku celanaku tanpa membalas teks dari Kim. Rasanya aku ingin langsung pulang saja. Tetapi entah kenapa Blanca menarikku menuju Cafetaria.

"Hei, ada apa? Kau mau beli sesuatu?" Aku melepaskan tanganku dari genggaman Blanca.

"Lihat disana." Blanca menunjuk lorong menuju parkiran dan gerbang depan. "Stella Maxwell. Aku tidak mau berpapasan dengannya."

Blanca sangat membenci Stella. Stella ada mahasiswi dari Fashion Design. Memang karakternya kurang menyenangkan, wajahnyapun begitu. Tapi aku tidak kenal dengannya. Blanca yang mengenalnya dan sepertinya mereka sempat bermasalah. Makanya Blanca selalu menghindarinya dengan alas an malas berargumen.

"Oh. Apa yang dia lakukan di gedung music?" tanyaku sambil mengikuti Blanca memasuki cafeteria. Memang ada jalan lain menuju prakiran dan gerbang, tapi harus melewati cafeteria dulu. Sebisa mungkin terus melihat kebawah atau ke Blanca. Aku tidak ingin Kim menyadari aku ada disini. Aku pun tidak berusaha mencari dimana Kim dan Harry.

"Dia kan emang suka jalan-jalan ke semua gedung di kampus. Entah apa yang dia cari." Jawab Blanca sinis.

Kami terus berjalan dan aku sangat lega kami sudah berada di depan pintu keluar café menuju lorong ke gerbang depan. Langkah kami terhenti bersamaan karena tiba-tiba ada seseorang yang masuk cafeteria dari pintu itu dan kami hampir bertabrakan. Liam Payne. Oh My God. Aku tidak tahu harus merasa lucky atau unlucky. Kami bertiga terdiam sesaat.

"Hai, Cam!" Liam menyapaku dan melihat ke arah Blanca dan kembali melihatku. "Kau tidak bersama Kim? Dia di dalam bersama Harry bukan?"

"Oh.." aku menoleh kea rah Blanca dan kembali menatap Liam. "Kami baru selsai kelas."Aku tersenyum.

"Ayo ikut ngobrol disana." Ajak Liam sambil menunjuk ke satu arah yang aku yakin itu tempat Kim dan Harry. Aku tidak menolah kebelakang sekalipun.

"Cam, aku duluan ya. See you tomorrow!" Sahut Blanca seketika sebelum aku menjawab ajakan Liam. Blanca langsung pergi meninggalkanku.

"Come on!" Lagi-lagi Liam menggandengku dan berjalan ke arah Kim dan Harry. Aku dapat melihat Louis dan Niall di meja sebelah Harry dan Kim.

Aku segera melepaskan tanganku ketika aku tepat berdiri di hadapan Kim.

"Cam..my?" Kim melihat kearahku dengan senyumnya yang berbeda, mengalihkan pandangannya pada Liam dan kembali kearahku. "Aku kira kau masih ada kelas. Teks ku bahkan tidak kau balas."

Aku duduk di kursi di sebelah Kim dan Liam duduk di kursi di sebelah Harry. "Oh aku baru saja selelsai kelas dan bertemu Liam saat aku berjalan kesini."

Harry memanggil Louis dan Niall untuk duduk bergabung di meja yang sama. Louis duduk di sebelahku dan Niall duduk di sebelah Liam. Aku merasa sangat tidak nyaman entah kenapa. Harry melanjutkan pembicaraannya dengan Kim yang sama sekali tidak aku mengerti. Aku tidak bisa berkata-kata hanya duduk diam sambil menundukkan kepalaku, mengutak-ngutik handphoneku tanpa arti. Aku sangat merasa asing. Harry dan Kim terus membicarakan proyek mereka sementara Liam asik mengobrol dengan Lou dan Niall. Aku hanya diam diantara mereka semua.

"Hei, kau yang bertanding robosoccer denganku kan?" Suara Lou tiba-tiba mengagetkanku. Aku mengangkat wajahku dan menoleh kearahnya. Lou tersenyum menatapku.

Aku membalas senyumannya. "Iya, kau masih mengingatku." Aku tertawa kecil.

"Tentu saja. Kau hampir saja mengalahkanku!" Jawabnya bersemangat dan diakhiri dengan tawa. Lou tampan juga. Ah tapi tentu saja bagiku Liam yang paling tampan diantara mereka. Tetapi saat ini Liam sama sekali tidak mengajakku bicara, dia seperti membicarakan sesuatu yang serius dengan Niall. Semakin lama aku duduk diantara mereka semakin aku ingin pergi dari sini.

Aku berbisik memanggil Kim. Kim memberi isyarat dengan tangannya kepada Harry untuk menghentikan pembicaraan mereka sejanak lalu menolah ke arahku dengan wajah bertanya ada apa.

"Apa kau masih lama disini?" tanyaku dengan suara sepelan mungkin agar yang lain tidak mendengarku.

Kim hanya tersenyum kepadaku sambil melirikkan matanya ke arah Liam dan melanjutkan pembicaraannya denga Harry. Aku sebal sekali. Aku duduk disini seperti tidak ada artinya.

"Sebentar lagi ada latihan klub sepak bola. Aku akan berjalan ke lapangan, apakah kau mau ikut? Atau mau tetap disini mendengar pembicaraan mereka?" Tanya Lou tiba-tiba. Ya, dia bertanya kepadaku. Sepertinya.

Aku menoleh ke arahnya. "Aku?"

"Ya, tentu saja! Kau mau ikut?" Lou tersenyum.

Tiba-tiba aku merasakan hal yang berbeda setalah melihatnya tersenyum kepadaku untu kesekian kalinya hari ini. Aku menoleh kearah Liam yang terus asik ngobrol dengan Niall. Sedikit kesal juga karena dia yang mengajakku untuk duduk disini tetapi dia sama sekali tidak mengajakku bicara. Aku kembali menatap Lou. "Kenapa tidak. Aku belum pernah melihat kalian latihan." Aku tersenyum pada Lou.

Aku dan Lou beranjak dari kursi bersama-sama yang membuat Kim, Harry, Liam, dan Niall menghentikan pembicaraan mereka dan melihat kerah kami.

"Aku mau ke lapangan sebentar." Kata Lou sebelum salah satu dari mereka sempat bertanya mengapa kami beranjak dari kursi. "Bersama Cam." Tambah Lou. Aku hanya tersenyum kepada mereka dan melihat kearah Kim yang menatapku dengan mimik wajah bertanya-tanya.

Lou merangkulku mengajak pergi dari cafeteria. Aku semakin merasakan hal yang berbeda. Lou sangat baik dan aku tidak pernah memperhatikan itu. Aku seperti hanya terfokus pada Liam.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet