Chapter 5

Irresistible

Beep... Beep... Beep...

Aku terbangun dan mematikan alarmku. Pukul 08.00. Aku mengambil handphoneku dan melihat ada beberapa teks masuk. Salah satu teks dari Blanca memberi tahukan bahwa kelas pagi ini di jadwal ulang menjadi nanti sore. Lumayan, bisa istirahat dulu. Aku menutup wajahku dengan selimut. Aku masih mengingat-ingat kejadian kemarin siang, kemarin sore.

Aku menemani Lou melihat latihan klub bola nya. Aku duduk di kursi stadium paling bawah mengamati Lou yang banyak berbicara dengan pelatihnya dan mengikuti latihan sekali-sekali. Keren sekali kalau aku memperhatikannya bermain di lapangan. Dan saat kami kembali ke cafeteria, mereka sudah tidak ada disana. Kami pun saling tertawa dan berjalan bersama ke parkiran dan berpisah. Kenapa aku jadi memikirkan Lou? Tidak, apa yang terjadi? Apa karena Lou mengajakku bicara dan Liam hanya membiarkanku duduk diam di cafeteria? Mungkin hanya kesenangan sementara.

Handphoneku berdering.

Kimmy's Calling...

C : Kimmy...

K : Kau kemana saja?

C : Sorry Kim, kemarin sampai di rumah aku langsung ketiduran.

K : Di Cafetaria? Kalian lama tidak datang. Kami coba telepon kau dan Lou tidak bisa dihubungi.

C : Oh ya? Mungkin di lapangan sinyal nya jelek.

K : Iya, akhirnya kami pulang saja.

C : ...

K : Kenapa pergi sama Lou? Liam kebingungan waktu kamu tidak bisa aku hubungi.

C : Seriously?

K : Iya. Mungkin dia ngerasa tanggung jawab aja karena dia yang ajak kamu ke cafeteria katanya.

Kim tertawa. Aku pun tertawa. Tetapi senang mendengarnya.

C : Ya, sebenarnya dia yang mengajak, aku hampir saja tidak ingin ke cafeteria.

K : Semoga dia tidak kecewa kau malah pergi dengan Lou.

C : OMG Kim. Aku yang kecewa duluan sebenarnya karena dia hanya membiarkanku duduk diam sementara dia asik berbicara dengan Niall. Aku malah bersyukur Lou mengajakku pergi dari cafeteria.

K : Oh ya? Aku tidak memperhatikan.

C : Tentu saja. Kau hanya memperhatikan Styles.

K : Kau tahu tidak? Anak itu jadi teks aku hampir setiap jam. Tidak tahu kenapa. Aku jadi risih.

Aku tertawa. Tertawa lepas. Aku tidak dapat menahan tawaku mendengar Kim berbicara seperti itu. Entah kenapa aku merasa Kim berbeda. Dia tidak mengagumi Liam dan kawan-kawannya seperti gadis-gadis lain di kampus termasuk aku. Menurut Kim mereka sama saja dengan yang lainnya.

K : Kenapa kau tertawa? Lucu?

C : Lucu saja. Mungkin dia hanya ingin lebih dekat sama kamu biar lancar proyeknya.

Aku kembali tertawa.

K : Eww... Okay aku mau berangkat ke kampus. Aku hanya bingung apa yang terjadi kemarin.

C : Okay Kimmy, Bye!

K : Bye, see ya!

Aku menaruh handphoneku di sampingku. Pikiranku mulai melayang. Liam kebingungan karena aku tidak bisa dihubungi? Aku mulai tersenyum sendiri. Aku mulai tidak berpikir tentang Lou dan senyumnya dan kebaikannya. Liam kembali mendominasi pikiranku. Seperti biasanya.

Tidak terasa hari sudah semakin sore. Aku segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Sesampainya aku di kampus, aku memarkir mobilku di are parkur gedung Drama. Saat berjalan menuju gerbang depan gedung aku melihat sosok yang aku kenal berdiri di depan gerbang seperti sedang menunggu seseorang. Semakin aku mendekati gerbang semakin aku mengenalnya. Liam, ya itu Liam yang berdiri disana. Apa yang dia lakukan disana? Apa dia menungguku? Semakin aku mendekat dia menyadari keberadaanku disini yang sedang berjalan menuju gerbang. Dia tersenyum kearahku dan melambaikan tangannya. Dia benar-benar menungguku? Aku membalas senyumannya dan mengangkat rendah tanganku dan melambaikannya kearahnya. Aku merasakan wajahku memerah.

"Hai. Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku saat aku sampai di depan gerbang dan menghampiri Liam.

"Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja." Jawabnya dan seketika aku merasakan kupu-kupu itu di dalam perutku.

"Tentu aku baik-baik saja." Aku menjawabnya dengan wajah heran sambil mulai melangkahkan kakiku. Liam pun berjalan beriringan denganku.

"Aku sempat mencemaskanmu kemarin. Kim tidak bilang apa-apa padamu?"

"Ya, Kim telepon aku tadi pagi."

"Maaf ya Cam, kemarin aku yang mengajakmu tapi aku malah asik ngobrol dengan Niall dan membiarkanmu duduk diam. Ada sedikit masalah di Polo Club dan Niall butuh banyak pendapat dan masukan dariku."

Kata-katanya sama persis dengan yang aku rasakan. Permintaan maaf nya sedikit membuat aku tersipu malu. Dia benar-benar memikirkanku? Apakah mungkin dia memperlakukan aku berbeda dengan gadis-gadis yang lain? Atau dia memang selalu seperhatian ini terhadap semua gadis?

"Oh kau tidak perlu minta maaf. Aku mengerti kok. Dan aku juga baik-baik saja. Dan ada Lou yang mengajakku ngobrol disana."

"Oh.." Liam terdiam.

Ah bodohnya aku! Apakah aku perlu menyebut Lou? Apakah aku perlu berkata seperti itu? Kenapa Liam langsung terdiam dan tidak berkata-kata lagi? Dia hanya terus mengikuti aku berjalan menuju kelas.

"Oh iya tentu saja. Untung ada Lou. Dan seharusnya aku tidak perlu cemas karena kau bersama Lou. Kau pasti akan baik-baik saja." Kata Liam tiba-tiba.

Aku tidak tau apakah ini baik atau buruk? Aku merasakan nada bicaranya yang menjadi sedikit berbeda. Apakah dia cemburu dengan Louis? Ah tidak mungkin! Liam tidak memiliki perasaan yang khusus terhadapku, atau dia memang benar-benar memiliki perasaan itu. Aku jadi merasa bodoh. Ingin kutarik kembali kata-kataku tadi. Tak terasa kami sudah sampai di depan kelasku.

"Kau ada kelas disini?" Tanya Liam saat kami menghentikan langkah kami.

"Iya, disini kelasku. Aku masuk dulu ya, Liam." Aku tersenyum padanya.

Liam membalas senyumanku. "Sekali lagi maafkan aku soal kemarin ya Cam. Aku pergi dulu ke gedung Musik." Liam pun berlalu. Aku tetap memandanginya berjalan sampai aku tidak bisa melihatnya lagi lalu aku masuk ke dalam kelas.

Aku tidak dapat konsentrasi di dalam kelas. Pikiranku melayang-layang dari Liam ke Louis. Getar handphoneku mengagetkanku.

From : Kimmy

I'll meet up with Styles. Music building 6pm. Please come with me! :(

Aku tersenyum sendiri membaca teks dari Kim. Pasti dia tidak ingin berduaan dengan Harry. Pas dengan waktu kelasku yang selesai sekitar jam 6 nanti.

To : Kimmy

Be there, darl!

Aku merasa bosan sekali mendengarkan professor menjelaskan teori. Akhirnya professor mengakhiri kelas juga. Aku melihat jam tanganku. Jam 6 kurang 10 menit. Pas saja 10 menit untuk menuju gedung music dan menemui Kim.

Aku dapat melihat Kim menungguku di depan gerbang gedung music. Aku mempercepat langkahku mendekati Kim. Tetapi ada seseorang yang menghampiri Kim lebih dulu daripada aku. Harry Styles, dengan rambutnya yang digulung menjadi cepol di kepalanya. Aku rasa dia lebih pintar membuat cepol rambut daripada aku yang seorang perempuan. Aku ingin tertawa melihat tingkah Kim yang seperti memberi tahu Harry kalau dia menunggu orang lain saat Harry sepertinya mengajaknya masuk ke dalam gedung. Kim tidak menyadari aku yang berjalan kearahnya.

"Hai!" aku menyapa Kim dan Harry sesampainya aku di depan gerbang bersama mereka.

"Nah.." Kim terlihat lega. "Ini dia yang kutunggu."

"Hai, Cam!" Harry menyapaku dengan senyumnya yang lebar sehingga lesung pipi nya terlihat. Lucu sekali. Bagaimana bisa Kim risih didekati pria seperti ini.

"Hai, Styles!" balasku.

"Yuk kita ke cafeteria aja. Aku sudah siapkan semua dokumen-dokuman yang kau perlukan, Kim." Harry dan Kim pun berjalan masuk gedung dan aku mengikuti Kim berjalan disampingnya.

Sesampainya kami di cafeteria Harry dan Kim mengambil tempat di meja di sudut kanan ruangan. Aku mengikuti Kim dan duduk di sebelah Kim. Aku memperhatikan mereka membicarakan beberapa dokumen dan Kim menandatangi dokumen-dokumen begitu juga Harry. Aku merasa canggung berada disini karena selesau tanda tangan Harry mulai berbicara di luar topic proyek. Sepertinya dia ingin tau tentang Kim. Aku hanya menahan tawa dengan jawaban-jawaban Kim untuk semua pertanyaan Harry yang hanya di jawab apa adanya seperti tidak niat. Kim seperti mencoba mengalihkan beberapa pertanyaan Harry tetapi tidak berhasil. Akhirnya aku bilang pada Kim ingin membeli minuman dan aku beranjak dari kursi berjalan menjauh dari meja. Aku menuju sebuah stand juice di cafeteria yang sepertinya baru karena sebelumnya rasanya aku tidak pernah melihatnya. Aku disambut oleh seorang gadis dengan gaya yang cukup unik. Rambutnya diwarnai simetris 2 warna. Blonde dan Hitam. Aku memesan Almond Milk. Aku memperhatikan gadis itu membuatkan minumanku.

"Stand mu ini baru ya? Sepertinya aku baru lihat." Tanyaku pada gadis itu.

"Iya, kami baru saja membukanya kemarin. Kami dapat bantuan dari divisi pengembangan." Jawabnya sambil tersenyum ke arahku sejenak dan menlanjutkan menyiapkan pesananku.

"Divisi pengembangan? Maksudmu divisi olah raga dan pengembangan?"

"Oh ya, itu maksudku. Tapi untuk stand ini ada dibawah pengambangan jadi itu yang kuingat." Jawabnya sambil memberikan pesananku yang sudah jadi.

"Thanks!" aku mengambil pesananku dan membayarnya. Aku membalikkan badanku dan oops! Liam tepat ada di hadapanku, hampir saja kami bertabrakan.

"Liam!" kataku terkejut. Dia pun terkejut melihatku terkejut.

"Hai! Kau baru membeli sesuatu disini?"

"Ya." Aku menunjukkan Almond Milk pesananku. "Almond Milk."

"Itu salah satu produk yang paling enak di stand ini. Kau pintar memilih."

"Hai, Li!" tiba-tiba terdengar suara gadis menyapa Liam. Kami pun menoleh bersamaan ke arah stand. Ternyata gadis penjaga stand itu yang menyapa Liam.

"Hai!" Liam tersenyum padanya dan menoleh kembali ke arahku. "Kau sudah kenal dia?"

"Oh, aku hanya membeli minuman saja disini."

"Hai, aku Melanie." Gadis itu menjulurkan tangannya padaku dengan senyumnya yang lebar.

Aku menjabat tangannya. "Cameron." Aku tersenyum padanya.

"Liam banyak membantuku untuk mendirikan stand ini di cafeteria."

"Oh ya tentu saja! Divisi pengembangan."

"Barang-barang yang kau butuhkan sudah ada di mobil box di parkiran. Kau bisa ambil. Ada yang menjaga disana. Aku ada keperluan lain jadi aku tidak bisa membantu saat ini."

"Tidak apa-apa, Li! Kau sudah banyak membantu."

"Okay, aku hanya mau memberi tahu itu saja." Liam tersenyum pada Mel dan aku lalu pergi meninggalkan kami.

"Kau kenal Liam sudah lama?" Tanya Mel sambil keluar dari stand dan mengiringku berjalan ke meja di depan standnya. Kami pun duduk bersama disitu.

"Siapa yang tidak kenal dia, Mel?" aku tertawa kecil. Mel pun ikut tertawa.

"Ah iya tentu saja! Sejak dia diangkat menjadi presiden divisi pengembangan dia sangat membantu banyak orang di kampus ini. Aku dari taun pertama mencoba apply untuk buka stand di cafeteria tapi selalu di tolak. Padahal aku sangat membutuhkannya."

"Oh ya?" tanyaku singkat. Aku tidak tahu mengapa Mel tiba-tiba bercerita padaku. Sebenernya aku malas berlama-lama bersama Mel, tapi aku juga tidak ingin cepat-cepat kembali ke meja Harry dan Kim. Jadi aku pikir lebih baik aku disini saja.

"Iya Cam, aku membutuhkan uang. Jadi sebisa mungkin aku mencari pendapatan di sela-sela waktu kuliahku. Aku berada disini juga karena aku dapat beasiswa."

Mel seperti tampak sedih saat bercerita tapi aku tidak ingin menanyakan kenapa dia membutuhkan uang.

"Kenapa kau tidak mencari kerja saja? Jadi kuliah sambil bekerja. Mungkin semacam freelance atau yang lain? Yang bisa mudah kau atur dengan jadwal kuliahmu."

"Kau benar Cam." Mel menundukkan kepalanya. "Tetapi aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan diluar sana."

Entah kenapa aku merasa Mel memiliki kehidupan yang susah. Aku sebenarnya tidak ingin tau lebih jauh lagi. Jadi aku hanya mencoba memberi saran dan semangat saja.

"Kau bukan tidak tahu, Mel. Kau hanya belum menemukannya. Juice nya sangat enak. Semoga standmu laris disini. Siapa tau bisa kau buka banyak cabang di setiap cafeteria masing-masing departemen bahkan di cafeteria pusat." Mel mengangkat wajahnya dan tersenyum padaku. Memang aku akui juice nya sangat enak. Dengan cepat aku dapat menghabiskannya.

"Thanks, Cam. Maaf kalau aku tiba-tiba jadi bercerita tentang semua ini. Kalau sudah terlihat laris akan aku usulkan ide mu ke Liam, pasti dia sangat mendukungnya. Aku sangat bersyukur bisa kenal dengan Liam. Dia sangat baik hati dan sangat membantuku."

Aku tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Aku dapat melihat wajah Mel yang sedikit memerah. Apa dia juga menyukai Liam?

"Aku rasa semua orang mengakui itu, Mel. Khususnya para gadis." Kami berdua pun tertawa.

"Mel!" tiba-tiba aku dapat melihat Liam sudah berdiri disamping meja kami. "Cam.." sapanya saat melihat kearahku. Aku hanya membalas senyumnya.

"Hai, Li. Ku kira kau ada keperluan. Aku belum sempat ke mobil itu ambil barang-barangku."

"Iya itu maksudku. Aku bisa membantumu mengambil dan membawakan ke stand mu sekarang. Mobilnya mau dipakai untuk bawa barang lain."

"Okay." Mel beranjak dari kursi. "Sampai ketemu lagi ya, Cam!"

Mel dan Liam berlalu. Liam tidak berkata apa-apa padaku, melihat kearahku saja tidak. Aku dapat melihat mereka berjalan bersama sambil asik berbicara dan tertawa. Aku tidak suka melihatnya. Apa aku cemburu? Aku dapat merasakan apa yang gadis-gadis lain yang juga menyukai Liam rasakan saat melihat Liam berjalan denganku kemarin-kemarin. Aku mencoba untuk tidak serius memikirkannya. Aku beranjak dari kursi dan berjalan kembali ke meja Kim dan Harry. Kim terlihat lega saat aku kembali. Tidak hanya itu, ternyata aku tidak bisa menyembunyikan apa yang aku rasakan. Raut wajah Kim menunjukkan bahwa dia tau ada sesuatu yang terjadi padaku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet