Chapter 23

Irresistible

UL Fashion Week akan berlangsung selama seminggu mulai minggu depan. Hari pertama hanya akan diadakan kompetisi rias wajah dan tata rambut. Hari kedua kompetisi rancang baju. Mulai hari ketiga diisi dengan UL Fashion Show. Selama lima hari berturut-turut Fashion Show diadakan yang melibatkan lima kampus yaitu Birkbeck, Courtauld, Goldsmiths, Queen Mary, dan Royal Holloway. Masing-masing kampus disediakan satu hari untuk mempertunjukkan hasil karya departemen Fashion Design mereka dalam Fashion Show. Aku menjadi runway model dalam Fashion Show milik Birkbeck, Courtauld, dan Queen Mary. Ya, aku sama sekali tidak mendapat kostum dari Royal Holloway, sengaja atau tidak sengaja. Royal Holloway akan menutup UL Fashion Week bersamaan dengan pengumuman pemenang kompetisi di hari pertama dan kedua. Setiap hari nya akan diisi oleh Live Music. Aku masih belum tahu di hari apa Liam dan teman-temannya akan bernyanyi. Aku belum lagi bertemu dengannya sejak hari Senin dimana bagiku adalah hari terburuk di hidupku hanya karena perkataan bodoh yang terucap dari mulutku. Sekarang sudah hari Jumat. Hari ini aku aku akan ke kantor IMG untuk technical meeting photoshoot majalah Vogue yang dilaksanakan hari Sabtu besok.

Aku berjalan memasuki Conference Room IMG dan melihat Kim sudah duduk di salah satu kursi. Kate dan Jourdan juga sudah ada disana. Aku duduk di kursi sebelah Kim.

“Hai. Aku kira aku yang paling terlambat. Ternyata Giselle belum hadir.” Kataku pada Kim saat aku duduk di kursi.

“Mereka mencoret nama Giselle.” Kim menunjukkan lembaran kertas yang memperlihatkan nama Giselle tidak ada bersama nama-nama kami.

“Kim! Cam!” seseorang berseru sebelum aku sempat bertanya pada Kim ada yang terjadi dengan Giselle.

“Jess?” tanyaku dan Kim secara bersamaan saat kami menoleh ke arah suara yang memanggil kami tadi.

Jess duduk di kursi sebelah ku. “Aku menggantikan Giselle. Mereka memilihku. Aku sangat beruntung.”

“Ada apa dengan Giselle?” tanyaku pada Kim, Jess, Kate dan Jourdan.

“Kau tahu, Giselle tiba-tiba ada di Amerika dan dia bilang kalau tidak bisa ikut bersama kita. Sangat mendadak. Untung saja IMG langsung bisa menentukan pilihan pada Jess. Aku rasa juga Jess lebih baik dari Giselle.” Jawab Kate.

Tidak lama kemudian management Vogue dan IMG masuk ke dalam ruangan. Mereka memulai meeting ini dan memberikan kami informasi tentang kapan akan mulai pengambilan foto, lokasi, pakaian, dan semua yang kami dan mereka butuhkan. Photoshoot akan dilakukan besok pagi di studio Vogue. Besok juga akan diadakan latihan terakhir untuk UL Fashion Week sore hari nya. Semoga saja aku sempat untuk berlatih. Mungkin saja aku bisa bertemu dengan Liam dan mencoba mengajaknya bicara seperti biasa. Meeting pun selesai. Kami berbincang-bincang sebentar lalu aku pulang.

-

Kim menjemputku untuk ke studio Vogue pagi ini. Aku membereskan barang-barangku dan berjalan ke pintu depan. Aku berpamitan dengan Dad, Mom, dan adik-adikku. Aku membuka pintu rumah dan melihat Kim dan Jess sudah menungguku di dalam mobil Kim. Aku memasuki mobil dan Kim mulai melaju. Kami sangat senang karena ini adalah photoshoot pertama kali untuk majalah Vogue. Kami merasa sangat bangga dan tidak sabar.

Kami memasuki studio Vogue dan bertemu Kate dan Jourdan yang sudah berada disana lebih dahulu. Kami memasuki ruang untuk tata rias wajah dan rambut. Setelah wajah dan rambut kami selesai di rias dan di tata kami menuju dressing room. Kami hanya diberi kain masing-masing dengan warna yang berbeda-beda. Aku mendapat warna kuning, Kim hijau, Jess merah, Jourdan ungu, dan Kate biru. Kain itu mulai dililitkan di tubuh kami dan menjadi seperti gaun dengan rok yang menjuntai dan berkibar. Kami mulai mencoba berpose di studio dengan latar putih. Hanya putih polos yang menjadi sangat cantik saat kami berlima bergabung disana dengan warna-warni dan angin dari kipas angin yang membuat rok dari balutan kain kami berterbangan. Sangat cantik. Setelah kami selesai melakukan photoshoot kami mulai di interview untuk artikel new comer models.

Aku, Kim dan Jess berjalan keluar studio IMG. Panas matahari membuat keringat mulai menetes di wajah kami. Aku tiba-tiba teringat dengan Melanie.

“Hey, kalian ingin Juice?”

Juice?” tanya Kim.

“Melanie. Dia membuka kedai di Oxford St. Kita harus mencobanya.”

“Melanie?” tanya Kim kembali dengan ekspresi heran.

“Aku ikut saja, lumayan haus juga.” sambung Jess.

Okay, kau menyetir.” Kim memberikan kunci mobilnya padaku.

“Sejak kapan kau berdamai dengan Melanie?” tanya Kim saat aku mulai menyetir.

Aku tertawa. “Sejak kapan aku bermusuhan dengan Melanie? Tidak pernah. Aku hanya cemburu saja waktu lalu. Tetapi aku rasa dia hanya butuh bantuan Liam saja.”

“Melanie siapa? Ada apa dengannya dan dengan Liam?” tanya Jess yang memang tidak mengerti apa yang kami bicarakan.

Kim pun menceritakan tentang Melanie yang membuat Jess hanya menganggukan kepalanya. Kami sampai di kedai milik Melanie. Aku dapat melihatnnya dari dinding kaca sedang membuat minuman.

“Hai, Mel.” Sapaku saat membuka pintu kaca kedainya.

Mel menoleh ke arah pintu. “Cam, Hai!” Mel mengambil daftar menu dan memberikannya pada kami. “Kau betul-betul datang kemari. Hai, Kim dan...”

“Jessica.” Jess tersenyum pada Mel. “Salam kenal.”

“Oh hai Jess. Silahkan kalian mau minum apa.”

Aku memesan Almond Milk seperti yang aku pesan dulu. Kim dan Jess memesan Green Juice.

“Kalian yakin?” tanyaku pada Kim dan Jess. Mereka berdua menganggukan kepalanya serentak. “Okay.” Aku memberitahukan pada Mel.

Beberapa menit kemudian Mel datang ke meja kami dengan juice yang kami pesan. Mel duduk bersama kami.

“Jess, aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.” Kata Mel.

“Tentu, aku dari Birkbeck.” Jess tersenyum pada Mel dan mulai meminum green juice nya.

“Oh, pantas saja. Cam, aku dengar kau menjadi salah satu runway model di UL Fashion Week minggu depan.”

Aku menganggukkan kepalaku. “Kau ingin datang?”

“Aku tidak tahu. Aku tidak begitu tertarik dengan fashion. Tapi mungkin aku akan melihat-lihat sebentar.”

Kami mulai mengobrol berempat sampai aku melihat jam tanganku dan menyadari bahwa latihan Fashion Week akan dimulai setengah jam lagi.

“Kim, Jess, aku harus pulang. Bagaimana?”

“Kim, kau ada agenda lain hari ini?” tanya Jess.

Kim menoleh ke arahku lalu kembali ke arah Jess. “Aku tahu maksud kalian. Okay, aku ikut.”

“I love you, Kim.” kataku dan beranjak dari kursi. Kami membayar juice kami dan pergi dari kedai Melanie.

-

Kami memasuki main hall UL yang sudah didekorasi sangat mewah. Kami benar-benar seperti masuk ke dalam Victoria’s Secret Fashion Show. Permainan cahaya bergabung dengan dekor nya sangat pas. Aku mulai bergabung dengan model-model yang lain. Latihan pun dimulai. Aku mulai berlatih dengan kostum Birkbeck lalu Courtauld dan yang terakhir Queen Mary. Aku keluar dari backstage menghamipir Kim dan Jess yang duduk di kursi barisan pertama di depan runway. Kami melihat model-model yang akan memakai kostum dari RH berlatih. Stella menjadi model pembuka. Stella tersenyum sinis kepadaku saat ia berada di ujung runway dan aku hanya menaikkan satu alisku padanya.

“Hai.” Aku mendengar suara yang sangat aku kenal. Aku menoleh ke sebelah kiriku melihat Kim, kemudia Jess, dan Louis. Ya, suara tadi adalah suara Louis yang sekarang duduk di sebelah Jess. Aku mencoba melihat lebih jauh apakah teman-teman Louis bersamanya juga tetapi aku tidak melihat mereka. Dan aku melihat tangan seseorang yang mencolek pundak Kim dari belakang. Aku dan Kim menoleh ke belakang dan melihat Harry, tentu saja.

“Hai.” Sapa Harry saat kami menoleh ke belakang.

“Dimana yang lain?” tanyaku.

“Liam? Dia masih sibuk dengan urusannya sendiri.” Harry tertawa. “Dan ini Niall.” Niall mendekati Harry dan duduk di samping Harry.

Aku memutar bola mataku pada Harry dan kembali menghadap ke depan. Aku merasakan ada seseorang yang datang di belakangku dan sepertinya duduk di samping Harry. Aku sangat ingin menoleh ingin tahu apakah itu Liam atau bukan.

“Kita akan tampil di penutupan hari terakhir setelah Fashion Show milik RH sebelum pengumuman kompetisi.” Itu suara Liam. Dia duduk di belakangku saat ini.

Great.” Jawab Niall.

“Aku rasa mereka memanggil kita untuk bersiap-siap latihan.” Kata Harry.

Aku melihat seorang panitia acara memanggil mereka dengan kode tangannya dari samping panggung. Aku melihat Louis beranjak dari kursi dan berjalan ke samping panggung diikuti Niall, Harry, dan Liam.

Fashion Show milik RH akhirnya selesai berlatih. Liam dan teman-temannya naik ke atas panggung dan mulai berlatih. Liam menyanyi solo di awal lagu. Jess mennggapai tanganku dari tempat duduknya melewati Kim sambil memajukan tubuhnya.

“Kau harus bicara padanya.” Kata Jess.

Aku hanya menganggukkan kepalaku dan kembali memperhatikan Liam. Sampai pada bagian Harry bernyanyi di bagian reff, aku rasa. Aku secara spontan menoleh ke arah Kim. Baru kali ini aku melihat Kim sangat serius memperhatikan Harry bernyanyi. Aku menyikut tangan Kim. Kim menoleh ke arahku.

“Ada apa?”

“Kau mulai menyukainya?” aku mencoba menggodanya.

Kim tertawa kecil dan kembali melihat ke depan. “Dia berbeda saat bernyanyi.” Kim tersenyum, tetap melihat ke arah panggung. Aku kembali memperhatikan Liam sampai mereka selesai bernyanyi.

Okay, kita pulang?” tanya Kim.

“Kim, kau lupa? Cam dan Liam?”

“Oh ya, kau benar, Jess. Jadi apa yang kita lakukan sekarang?”

“Tunggu mereka turun dari panggung. Mereka akan kembali duduk disini aku rasa.”

“Hey, apa yang kalian bicarakan? Aku tidak tahu apakah aku bisa berbicara dengannya atau tidak. Aku merasa gugup.” Aku menggenggam tangan Kim.

“Kau berkeringat. Dia benar-benar gugup, Jess.”

“Oh, Cam. Kau yakin?”

Aku menatap wajah Jess yang eksresinya seperti mengatakan ‘kau benar-benar ingin melewatkan kesempatan ini?’ tetapi aku menganggukkan kepalaku. “Mungkin lain waktu saja. Lebih baik kita pulang.”

Kami pun beranjak dari tempat duduk kami dan berjalan meninggalkannya menuju pintu keluar. Ternyata bersamaan dengan Liam dan teman-temannya turun dari panggung dan berjalan ke tempat kami duduk tadi. Jadi kami berpapasan.

“Hey, kalian mau pulang?” tanya Louis pada kami.

“Aku rasa begitu.” Jawab Jess.

“Tunggu dulu sebentar. Kami akan berlatih satu lagu lagi nanti.” Kata Louis lalu merangkul pundak Jess dan membawanya kembali ke tempat duduk kami tadi.

Kim melihat ke arahku dan menaikkan kedua bahunya. “Kim, kau tidak ambil bagian dalam Fashion Week?” tanya Harry mendekati kami yang berjalan pelan mengikuti Louis dan Jess di depan kami.

“Aku hanya mengantar mereka. Dan sekalian melihat Cam berlatih.”

“Aku?” tanya Harry sambil menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk tangan kanannya.

“Kau?” Kim sedikit menahan tawanya.

“Aku kira kau datang untuk melihat aku, kami berlatih juga.” Harry tertawa.

Aku memperlambat langkahku dari Kim sehingga Kim dan Harry berjalan lebih dulu. Aku menoleh ke belakang dan melihat Liam dan Niall di belakangku.

I know.” Niall tersenyum kepadaku lalu jalan lebih dulu meninggalkan aku dan Liam.

Aku menggigit bibir bawahku dan tidak dapat berkata apa-apa. Aku berdiri di hadapan Liam yang menghentikan langkahnya.

“Ada apa, Cam?”

“Tidak, aku hanya... Apa kau melihatku berlatih tadi?” Kami mulai berjalan pelan ke arah tempat duduk.

“Ya, aku melihatmu dari samping panggung tadi.”

“Bagaimana menurutmu? Apa aku sudah terlihat cukup hebat untuk menunjukkannya pada Stella?” Aku mencoba bersikap biasa padanya tanpa mencoba berpikir tentang kata-kata ku waktu itu.

Liam tersenyum tanpa menoleh ke arahku. “Tentu.” Jawabnya singkat. Sangat singkat.

“Liam...” aku mencoba memberanikan diriku untuk membicarakannya. Liam menoleh ke arahku tanpa berkata satu kata pun.

“Liam, bisa kau ikut denganku sebentar?” Entah dari mana datangnya, Stella tiba-tiba sudah ada di hadapan kami.

“Oh, sure.” Liam berlalu begitu saja dengan Stella. Aku hanya memandang punggung mereka yang menjauh dan Stella menoleh ke arahku dengan senyumnya yang membuatku sangat ingin menamparnya.

Aku berjalan ke arah tempat duduk dan duduk di samping Niall yang duduk sendirian di belakang barisan tempat Louis dan Jess, Harry dan Kim duduk.

“Hey, dimana Liam?” Aku hanya menggelengkan kepalaku. “Kau tidak apa-apa, Cam?”

“Tidak apa-apa, Niall.” Aku tersenyum padanya.

“Aku tahu, Liam sangat sibuk dengan hal ini kan? Dia tidak memiliki banyak waktu untukmu?” Sesungguhnya aku ingin tertawa saat mendengar Niall bertanya seperti itu. Karena ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan itu.

Aku tersenyum sambil menggelengkan kepalaku. “Tidak, Niall. Bukan apa-apa kok. Memang dia sibuk, tapi itu bukan masalah.”

“Aku sesungguhnya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Liam. Kalian terlihat dekat tetapi seperti ada sesuatu yang...” Niall tidak melanjutkan kata-katanya. “Aku tidak tahu.” Niall tertawa. “Maaf, ini bukan urusanku bukan?”

Aku tertawa dan meninju pelan lengannya. “Aku juga sama tidak mengertinya apa yang terjadi di antara kami.”

Kami berdua pun tertawa dan membuat Harry menoleh ke belakang melihat kami. “Niall, apa yang kau lakukan? Dimana Liam?”

Aku dan Niall mengangkat bahu dan menggelengkan kepala bersamaan.

“Aku rasa waktunya kita berlatih lagi. Yuk.” Kata Louis sambil beranjak dari tempat duduknya diikuti Harry dan Niall.

Aku pindah duduk di baris depan di sebelah Jess setelah mereka pergi. Kim pindah tempat duduk menjadi di samping kiriku yang membuatku berada di tengah-tengah Kim dan Jess.

“Apa yang terjadi? Kenapa kau malah bersama Niall?” tanya Kim.

“Iya, bagaimana dengan Liam? Dimana dia?” Jess ikut bertanya.

“Bersama Stella.” Aku memperhatikan Louis, Harry, dan Niall naik ke atas panggung. “Aku belum sempat berbicara dengannya lalu Stella datang. Liam menjadi sangat dingin.” Liam akhirnya bergabung dengan mereka dari samping panggung. “Aku rasa aku harus menunggu untuk bertanya. Dan tidak disini.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet