Chapter 1

Irresistible

Aku memasukkan buku-buku ku ke dalam tas dan berjalan keluar kelas. Sigh - kelas terakhir untuk hari ini. Aku segera berjalan ke pintu depan kampus untuk menemui Kim yang sudah menungguku disana. Aku mengenal Kim sejak kami berusia 13 tahun. Sejak itu kami bersahabat, dan impian kami di masa kecil kami tercapai saat ini yaitu berkuliah di universitas yang sama dan menjadi model. Yup, menjadi model. Terdengar fantastis? Tentu saja! Sejak kecil kami sangat suka bermain menjadi model catwalk, berganti-ganti pakaian, bermain make up, dan lainnya. Pada tahun pertama kami kuliah, kami mencoba mendaftarkan diri ke IMG Models, agensi model ternama di dunia dan mereka memiliki kantor di London. Akhirnya satu bulan lalu kami menandatangani kontrak dengan mereka. Sore hari ini kami akan melakukan pengambilan foto pertama di kantor dan kami akan pergi bersama.

Aku berjalan menyusuri koridor menuju pintu depan dan aku dapat melihat Kim yang sudah menungguku disana. Banyak yang berpikir bahwa semua model berpenampilan sama tapi aku dan Kim sama sekali berbeda. Aku sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Kim, aku memiliki rambut coklat bergelombang, mata hijau dan bibir penuh yang tentu saja membuat aku merasa seksi. Kim tidak kalah cantik dari aku, dia memiliki rambut pirang terang lurus, mata biru dan bibir yang sangat tipis. Aku mengambil subjek Drama dan Musik di Universitas sedangkan Kim mengambil Software Engineering. Ya. Kami tidak seperti model kebanyakan.

"Akhirnya..." kata Kim setelah aku menghampirinya. "Aku sudah di sini berjam-jam."

"Aku tahu itu tidak benar." kataku sambil meninju lengannya dan kami tertawa. "Kau mau mengemudi?" aku menggantungkan kunci mobil di jari telunjukku dan menawarkannya kepada Kim.

"Tentu saja!" jawab Kim sambil mengambil kunci mobil dari jariku. Kim sangat bersemangat kalau aku memintanya menyetir mobil saat kami pergi bersama karena dia sangat merindukan menyetir mobilnya. Baiklah, aku akan memperjelasnya. Kim tinggal di LA ketika kami SMA, sampai akhirnya dia kembali lagi ke London untuk masuk universitas yang sama denganku. Pada saat Kim kembali ke London, ayah Kim berjanji untuk mengirimkan mobilnya dari LA atau membelikannya mobil baru disini dan sementara menunggu dia hanya mengendarai sepeda. Sampai saat ini mobilnya tak kunjung datang. Kim sendiri berkewarganegaraan America, aku sudah bilang kan kalau kita berbeda. Tetapi Kim bersekolah disini dan karena sesuatu hal dia harus bersekolah di LA kembali ke kota asalnya saat itu.

"Badan Eksekutif Mahasiswa sudah dipilih loh." kata Kim sambil mengendarai mobilku ke IMG.

"Aku tahu!" jawabku antusias. "Cowok itu menjadi wakil presiden untuk bagian olahraga dan pengembangan..." kataku sambil menurunkan suaraku.

"Oh ayolah Cam!" Kim tertawa "Ini sudah berlangsung berapa lama? Beberapa bulan? Tahun? Sejak tahun pertama kita dan apa yang sudah kamu lakukan? Tidak ada."

Aku hanya tertawa kecil.

Sekarang, mari kita bicara tentang 'cowok itu' yang baru saja aku sebut. Liam James Payne. Liam Payne. Ah mari kita gunakan saja Liam. Aku pertama kali melihatnya di hari pertamaku di Royal Holloway. Kami ada di kelas yang sama. Dia mengambil jurusan Musik dan karena aku mengambil Drama dan Musik, aku mendapat beberapa kelas musik juga. Aku tidak bisa melukiskan dia dengan kata-kata, bagiku dia terlalu sempurna untuk ukuran manusia. Dia tinggi, dengan mata coklat, rambutnya berwarna coklat terang tetapi baru-baru ini dia memotong cepak rambutnya tapi itu tidak mengurangi ketampanan dia. Tapi yang benar-benar aku suka dari dia adalah senyumnya. Oke, mungkin kau akan menganggapku cheesy atau apalah, tapi bagiku senyuman dia benar-benar menarik.

Sekarang kami sudah berada di tahun kedua kami kuliah. Dan benar kata Kim, sejak awal aku hanya bisa mangaguminya dari jauh dari tidak berbuat apa-apa. Bahkan ketika kami berada di kelas yang sama. Dia pernah menyapaku beberapa kali. Tapi hanya sekedar seperti itu saja, tidak lebih. Aku juga mungkin terlalu malu untuk mendekati dia lebih dahulu. Aku bukan tipe cewek yang bisa melakukan pendekatan pertama walaupun sekarang hal itu merupakan sesuatu yang lumrah.

Saat memasuki semester kedua di tahun pertama aku dapat melihat Liam sangat aktif di kegiatan kampus. Namanya menjadi dikenal di setiap fakultas di kampus. Dia menjadi terkenal dan dia juga sering bernyanyi di acara-acara kampus, acara-acara fakultas lain tidak hanya musik. Suaranya terdengar bagaikan suara malaikat. Pada tahun kedua ini dia mencalonkan diri untuk menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa. Tentu saja dia terpilih. Dia merupakan satu dari sedikit orang yang disukai dan dipuja banyak orang. Nama dan wajahnya menghiasi tiap sudut fakultas saat itu dan saat ini pun dia masih menjabat sebagai presiden BEM. Aku merasa bukan apa-apa di matanya.

"Cammy!" Kim membuyarkan lamunanku. "Halo, kita sudah sampai. Lupakan Liam untuk sementara oke? Kita punya hal lain untuk dilakukan dan kita harus fokus." Kim keluar dari mobil. Kami sudah sampai di kantor. Ternyata aku melamun selama perjalanan.

Aku menyantap fish and chips buatan mom dengan tidak bersemangat. Bukan karena masakan mom tidak enak, mungkin karena aku merasa cukup lelah hari ini, tapi aku sangat senang pemotretab pertamaku tadi sore sukses. Sangat tidak sabar untuk melihat hasilnya dan melihat wajahku berada di dinding tembok gedung IMG Models bersama model-model senior lainnya.

"Hei.. Ada masalah sayang? Bagaimana kuliahmu hari ini?" Ternyata mom menyadari gerak-gerik tidak bersemangatku "Oh ya, hari ini photoshoot pertamamu kan? Kau senang dengan itu?"

"Oh ya mom, semua baik-baik saja... Photoshoot ku lancar, aku dan Kim sangat senang. Mungkin aku hanya butuh istirahat."

Mom hanya tersenyum dan kemudian beranjak dari kursi makan menuju pintu depan. Aku rasa dad dan kedua adikku datang entah dari mana. Entah mengapa aku langsung beranjak dari kursi makan dan berjalan ke kamarku sebelum aku bertemu dengan dad dan dua adikku. Aku menutup pintu kamarku. Aku memasuki kamar mandi ku, mengisi bak mandi dengan air hangat dan menuangkan bath foam kedalamnya. Aku melepaskan pakaianku dan menenggelamkan tubuhku ke dalam bak mandi. Sambil memain-mainkan busa-busa yang ada di air hangat bak mandiku, pikiranku mulai melayang kepada saat pertama aku melihat Liam. Kenapa aku harus mengingat itu sih? Pikirku kesal. Dan aku mulai menyesali kenapa aku harus terlalu malu. Kenapa aku tidak mau mencoba apa yang Kim bilang padaku? Kim memang selalu berada di pihakku dan aku mengerti betapa gemasnya dia melihatku berbulan-bulan mengangumi seorang pria tetapi aku hanya diam saja. Kim sering mendorongku untuk mulai mengajaknya bicara, entah itu bertanya masalah tugas atau yang lainnya. Tetapi aku selalu tidak mau dan aku selalu menunggu dan berkata pada Kim kalau Liam memang mau mendekatiku pasti dia akan mengajakku bicara duluan. Kim sempat sebal dan tidak mau berbicara tentang Liam. Dan aku sekarang sadar ketika semua keadaan sudah berubah, apa salahnya dulu mencoba? Ah, tapi semua sudah terlambat. Liam sekarang sudah menjadi salah satu 'orang penting' di kampusku. Aku bisa membayangkan para gadis yang mendekatinya, captain cheerleader, ketua cabang-cabang olah raga, dan gadis-gadis sejenis lainnya. Sedangkan aku hanya seoarang gadis biasa yang tidak memegang jabatan apa-apa di kampus. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Aku mengeringkan telapak tanganku di dengan handuk yang ada di sebelahku dan meraih handphoneku yang berada cukup dekat, di meja kecil sebelah bak mandiku.

From : Kimmy

"Check out the web! They've updated the chart org. He looks so cute, you're dying. Lol. Nighty night Cammy! xo"

Aku tersenyum. Aku baru sadar sudah 1 jam aku berendam, jari-jariku sudah mengerut dan air di dalam bak mandiku sudah mulai dingin. Aku keluar dari bak mandi dan mengeringkan tubuhku dengan handuk. Aku keluar kamar mandi, mengambil piyama Victoria's Secretku di lemari dan mengenakannya. Aku segera menuju ke meja belajarku dan menyalakan laptopku sambil menyisir rambutku yang masih basah. Kau tahu apa yang kulakukan dengan laptopku setelah membaca teks dari Kim. And she's right, he's so cute. No, not cute. For me, he's so charming. Oh my God his smile. Enough Cam, enough. It's late and it's time to sleep. Got a morning class tomorrow. Aku menutup laptopku dan merebahkan diriku ke atas tempat tidur.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet