LBB9
Little Blue Bird"Kibummie kau yakin baik-baik saja?" tanya Donghae untuk yang kesekian kalinya. Kibum mendengus. Dia bosan harus menjawab pertanyaan yang terdengar tidak kreatif. Sangat tidak kreatif menurutnya. Dia tadi hanya pusing, salah satu teman sekelasnya saja yang melebihkan dan melapor ke Donghae.
"Aku benar-benar mengkhawatirkanmu." donghae menunduk membuat Kibum sedikit menyesal bersikap acuh padanya. Maka untuk mengurangi rasa sesalnya dia menepuk bahu Donghae dan mengulas senyum samar.
"Oh ya, kau dengar ada murid baru? Ternyata dia temannya changmin. Maksudku mereka sudah mengenal dan bersahabat sejak berada di Busan. Kau tahu kan, Changmin berasal dari sana?"
Kibum membuka bukunya merasa tidak tertarik. Bukan urusannya jika ada anak baru. Tidak ada untungnya bagi dia, apalagi ruginya. Benar-benar tidak penting menurutnya.
"Dia suka main game seperti Changmin dan Minho. Aku hanya sedikit khawatir Changmin akan lebih sibuk bersama temannya dibanding klub basket. Dia terlihat sangat perhatian pada Jeun hee."
"Kau seperti itu juga." balas Kibum yang rupanya mendengarkan. "Tapi aku yakin anak itu bukan anak penyakitan." Kibum menutup buku dan memasukkannya ke dalam tas. Dia berdiri.
"Mau kemana?" tanya donghae ikut berdiri.
"Jangan ikuti aku. Aku pergi ke UKS, tidur."
Donghae menatap punggung kecil Kibum. Sahabatnya nampak sehat dengan ekspresi keras, tegar dan dinginnya. Tapi seluruh sekolahan tahu, Kibum manusia paling ringkih. Donghae sahabatnya sejak di bangku junior high school. Tahu betul akan sifatnya yang tidak mau dikasihani. Katanya, sudah cukup banyak orang yang mengasihaninya tidak perlu menambah daftar itu. Tidak mudah mendekati Kibum yang dingin dan cuek pada sekitar. Untungnya Donghae tidak menyerah. Meskipun ada saja cobaannya. Seperti sifat mereka yang sangat bertolak belakang. Donghae hiperaktif dan Kibum pasif abizzzz. Kadang dia merasa jadi badut gagal didepan Kibum karena apapun ulah Donghae Kibum akan eksis dengan wajah flatnya.
Kibum berjalan di koridor menuju ruang UKS. Dia baik-baik saja, hanya ingin menghindari Donghae. Dia tidak mau membuat Donghae merasa menjadi sahabat tidak berguna. Padahal baginya Donghae sudah cukup berarti.
Kibum melambatkan langkahnya saat samar mendengar suara orang bernyanyi. Dia menoleh ke samping yang merupakan ruang seni suara. Dimana Yesung songsaenim mengajar kelas vokal hanya bagi mereka yang berminat. Bisa dikatakan seperti sebuah ekskul tidak resmi. Tanpa sadar Kibum sudah berdiri didepan pintu yang sedikit terbuka. Nyanyian itu masih berlanjut. Kibum tidak tahu apa yang membuatnya tertarik hingga sampai disini. Suara yang berbeda terasa dihatinya. Familiar. Tapi siapa?
Kibum mengintip di celah itu. Seorang berseragam sama dengannya, berambut coklat eboni sedang berdiri menghadap Yesung saem. Murid itu berdiri membelakanginya sehingga dia tidak bisa meihat wajahnya. Yesung songsaenim terlihat sedang serius mendengarkan sambil tangannya bersedekap. Sedang di sebuah bangku ada Changmin. Dia mengenal Changmin, tidak akrab. Hanya sering bertemu karena Donghae satu ekskul basket dengannya.
Lagu berakhir. Changmin bertepuk tangan heboh. Tidak peduli pada dehemam Yesung saem yang merasa terganggu. "Kau hebat Jeun hee! Aku yakin kau akan jadi penyanyi terkenal nanti!"
Jeun hee memutar matanya malas. Changmin selalu melebihkan. Dia beralih menatap Yesung saem. Menunggu komentarnya. Changmin ikut diam melihat songsaenim tidak segera mengeluarkan suara. Dia was-was. Yesung terkenal killer dan memiliki aura hitam. bakat dan suaranya memang jempolan tapi kekerasannya dalam mengajar mengerikan. Changmin menatap Kyuhyun 'dia dalam masalah' pikirnya.
Kibum masuk ruang UKS. Menyapa seorang dokter jaga yang sudah sering dia lihat. Begitu pula si dokter yang sudah terbiasa dengan Kibum sebagai penghuni tetap di UKS. Kibum tidak perlu mengisi buku kunjungan atau apapun itu. Dia masuk ke salahsatu bilik dan berbaring di sebuah ranjang. Pandangannya menerawang ke langit-langit ruangan.
"Jeun hee." gumamnya seakan memastikan dan mengingat apakah dia mengetahui nama itu. Karena rasanya dia familiar dengan suaranya. Kibum menutup mata dengan sebelah tangan. "Padahal aku belum sempat melihat wajahnya." katanya sedikit menyesal. Tadi Kibum segera pergi saat melihat Yesung saem melirik ke pintu, seolah tahu seseorang sedang mengintip. Bukan salahnya, kalau dia kepergok dia akan bilang sejujurnya. Salah pintu yang tidak ditutup rapat sehingga orang di luar bisa melihat kedalam.
Changmin kembali membawa dua kaleng minuman dingin. Satu diletakkannya ke genggaman Jeun hee. Mereka ada di taman sekolah selesai dari ruang Vokal Yesung saem untuk mengikuti tes masuk kelas tersebut. Jeun hee masih terlihat syok dengan hasilnya. Changmin cukup mengerti.
"Minumlah. Kau akan lebih baik." Changmin sampai membukakan kaleng tersebut untuk Jeun hee. Namun Jeun hee memandang Changmin mengabaikan minuman tersebut.
"Aku akan mulai kelasku siang ini."
"Aku tahu itu terlalu cepat. Akan kubantu bernego dengan Yesung saem nanti."
Jeun hee menggeleng cepat. Kemudian kedua sudut bibirnya tertarik keluar. Changmin tidak mengerti dengan ekspresi itu. Jeun hee tersenyum. "Kau tidak keberatan mulai siang ini?" tanya Changmin akhirnya.
Jeun hee mengangguk kali ini. Cepat dan kuat.
"Aigooo kupikir kau keberatan dan syok mendengar kalimat datar itu. Aku sedikit menyesal khawatir." Changmin mengambil minuman Jeun hee yang sudah ia buka dan menggantikan minumannya yang masih tertutup rapat ke genggaman Jeun hee. Dia menenggak hampir separuh. "Aku ada ekskul basket hari ini, itu artinya kita bisa pulang bersama nanti sore, asyik. Kau sudah mengatakan ini pada Jonghyun hyung?"
"Belum. Ah aku beritahu dia sekarang." Jeun hee meletakkan minuman disebelahnya. Dia mengeluarkan HP dari saku jas, mendial nomor satu yang merupakan jalan pintas menghubungi hyungnya. "Hyung!" seru
Comments