LBB10
Little Blue Bird"Jeun!"
Jeun hee mengangkat kepala. Jonghyun berdiri di dekat mobilnya. Jeun hee merapatkan jaket, menghampiri kakaknya. "Kenapa masih jemput? Aku bilang kan pulang dengan Changmin."
"Changmin mengirimiku pesan, dia akan pulang sangat sore hari ini. Lagipula aku akan mengantarmu ke dokter hari ini."
"Aku tidak apa-apa. Kenapa harus pergi ke dokter?" jeun hee protes. Dia semakin merapatkan jaketnya. Bibirnya terlihat kering dan wajahnya pucat. Seperti itu masih bilang baik-baik saja dan berserikeras masuk sekolah. Siapa yang tidak khawatir.
"Karena kau sangat keras kepala. Ayo masuk." Jonghyun menarik tangan Jeun hee. Memasukkannya ke mobil.
Mereka sampai di rumah sakit. Jeun hee enggan untuk turun. Jonghyun harus menariknya dan memeganginya agar tidak berbalik kabur.
Jeun hee menghentakkan kakinya berjalan mendahului Jonghyun keluar dari ruang dokter. Jonghyun cekikikan di belakang. Mereka baru saja keluar dari ruangan dokter. Sakit Jeun hee hanya sakit biasa. Itu cukup melegakan. Tapi Jeun hee jadi histeris saat dokter mengeluarkan suntikan dan mengisinya dengan obat cair. Jeun hee hampir melompat dari ranjang periksa, tapi Jonghyun dengan cepat menahannya. Jeun hee memohon agar dia tidak disuntik. Tapi Jonghyun memalingkan wajah, menghindari puppy eyes adiknya. Dan inilah hasilnya. Jeun hee marah dan ngambek padanya.
"jeun hee jangan cepat-cepat." Jonghyun mencoba menyusul. Jeun hee mempercepat langkahnya. Dia sangat kesal dan marah pada hyungnya. Pantatnya masih sakit dan dia ngeri ingat jarum suntik yang berkilau itu. Dia bergidik dan sedikit berlari. Jonghyun menghela nafas panjang.
Jeun hee sampai di tikungan, dari arah lain seseorang juga sedang berjalan. Mereka bertabrakan di sana.
"Maafkan saya, maaf." kata Jeun hee membungkukkan tubuhnya.
"Gweanchana. Berhati-hatilah lain kali."
Jeun hee mengangkat wajahnya dan terkejut. begitu juga dengan orang yang ditabraknya. "Kyuhyun?!"
Kyuhyun mundur selangkah. "Leeteuk hyung…" gumamnya sangat pelan.
"Kau bagaimana bisa ada disini?!" tanya Leeteuk.
Jeun hee semakin mundur dengan langkah yang sulit. 'Jonghyun hyung!'
"Kyuhyun!" Leeteuk meraih tangan Jeun hee. "Kau kemana saja? Kau membuat semua orang kesulitan. Kau sembunyi dimana saja selama ini, ha?!"
Jeun hee semakin menunduk. Dia mencengkram dadanya. Disaat seperti ini, kenapa dia tidak bisa menjadi Jeun hee. Dia kehilangan kontrol akan dirinya lagi. Hanya satu yang dia harapkan sekarang. Jonghyun.
"Lepaskan adikku, tuan!"
Jeun hee merasakan seseorang menarik tubuhnya. "Apa yang anda lakukan?!"
"Adikmu?" Leeteuk bertanya sanksi.
Jonghyun balas menatap tajam Leeteuk. Dia merasakan tubuh adiknya bergetar hebat. Dia mendekatkan Jeun hee padanya. "Anda menyakitinya, tuan." desis Jonghyun marah.
"Aku mengenalnya. Biarkan aku bicara dengannya."
Jonghyun menggeleng. "Kami baru pindah ke Seoul beberapa bulan lalu. Bagaimana kau bisa mengenal adikku?"
"Apa?!" Leeteuk terkejut. mereka baru pindah? Sekali lagi Leeteuk mencoba meyakinkan dirinya dengan melihat wajah Jeun hee. Tapi anak itu menunduk seolah ketakutan. Jonghyun tidak ingin berlama-lama. Dia segera menarik Jeun hee pergi tanpa pamit. Dia menyalahkan diri sendiri yang memaksa Jeun hee ke rumah sakit.
Leeteuk masih tertegun di tempatnya berdiri. Wajah itu sangat mirip dengan Kyuhyun. Tapi namanya berbeda. Dia tidak percaya jika ini hanya sebuah kebetulan berupa wajah yang mirip. Bahkan Kibum yang saudara kembarpun tidak memiliki kemiripan dengan Kyuhyun. Leeteuk mengeluarkan HP, menghubungi sekretarisnya. "Proposal kerja sama dari Lee's group, siapkan itu di mejaku besok pagi."
Jonghyun terus menerus menengok ke sebelah. Jeun hee tidak lagi gemetar, namun Jonghyun tetap khawatir. Adiknya tidak mengatakan apapun dan terus menatap keluar. Jonghyun tidak percaya dengan reaksi Jeun hee saat bertemu Leeteuk. Sesakit itukah perasaannya hingga mengalami reaksi yang tidak lazim? Dia ingat Jeun hee bahkan menyebut rumahnya sebagai neraka. Meskipun dia tahu masa lalu Jeun hee namun sedetail apa itu Jeun hee belum pernah menceritakannya.
Jonghyun menepikan mobil sebelum sampai di rumah. Dia sengaja. Dia ingin adiknya lebih tenang dulu. "Gweanchana, saeng?"
Jeun hee menoleh. Wajahnya murung. "Maaf, hyung. Aku tidak bisa mengendalikan diriku."
Jonghyun mengerti. "Tidak apa-apa. Apa sekarang sudah tenang? Kita bisa lanjutkan perjalanan?"
"Kibum hyung, bagaimana aku harus menghadapinya?"
Jonghyun melupakan itu. Oemma sudah mengatakan tentang pertemuan Jeun hee dengan Kibum. Sialnya mereka satu sekolah. Jonghyun meraih tangan Jeun hee, digenggamnya dengan erat. "Dengar Jeun, seperti yang usianim dulu katakan, kau sendiri yang bisa melawan ketakutanmu. Kami hanya bisa memberimu dukungan."
"Tapi aku tidak bisa mengendalikan diriku. Aku takut, hyung."
"Aku tahu. Karena itu kau harus lebih kuat. Yakinkan pada dirimu, mereka tidak bisa membawamu pergi tanpa kemauanmu. Kau sendiri yang putuskan untuk pergi, jadi kuatlah demi keputusanmu itu. Tunjukkan kau bisa menepis se
Comments