LBB3
Little Blue BirdTengah malam di Gwangju Sebuah mobil melaju dengan teratur. Jalan yang berkelok dan sempit serta jurang yang curam di sebelah kanan membuat si pengemudi berhati-hati.
"Ini salah ayah yang terus-terusan mengobrol, kita jadi kemalaman." gerutu anak lelaki di dalam mobil tersebut.
"Orang itu terus berbicara bagaimana aku tidak menanggapinya. Tidak sopan namanya." kelit lelaki baya di kursi kemudi.
"Jangan salahkan ayahmu terus. Yeobo jangan ngebut, hati-hati." satu-satunya perempuan didalam mobil tersebut menengahi sekaligus mengingatkan si lelaki baya untuk berhati-hati. Rupanya si istri merasa cemas dan takut melihat betapa sempit dan berkelok jalanan didepan. Meski bukan sekali dua kali mereka melewati jalanan ini, hampir setiap tahun saat mereka berlibur ke villa, wanita itu tetap merasa harus mengingatkan sang suami. Belum lagi bukit di sebelah kiri dan jurang disebelah kanan. Sangat tidak menguntungkan.
Mereka akhirnya diam dalam do'a, begitu gerimis datang kecemasan semakin tinggi. Laju mobil diturunkan untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Kita akan sampai." lega si lelaki baya setelah melihat sebuah pohon didepan, yang menandakan villa tempat mereka sudah dekat. Sekitar 100 meter didepan.
Hingga sesuatu terjadi. Sesuatu yang hitam menggelinding dari atas bukit dan jatuh tepat didepan mobil mereka. Terkejut si lelaki baya mengerem mobil mendadak. Semua terhentak kedepan, bahkan si anak sampai membentur kursi didepannya. Dia menjerit protes.
"Ada yang jatuh dari atas." kata si ayah. Dia mencoba melongok ke depan, mencari tahu apa gerangan benda yang jatuh. Si istri melakukan hal sama. Namun mereka tidak jelas benda apa itu. Hingga si ayah keluar dengan penasaran.
"Omo!" pekik si ayah tertahan. Dia menoleh ke mobil. "Yoebo, turunlah!" panggilnya pada si istri. Si istri tidak bertanya maupun protes, dengan rasa ingin tahu dia keluar menutupi kepalanya dari gerimis yang semakin deras. Namun sama seperti suaminya langkahnya terhenti dan mematung melihat manusia yang meringkuk miring.
"Kita menabraknya?" tanya si istri khawatir dan takut.
Lelaki baya tersebut menggeleng. Dia berjongkok, mengabaikan gerimis yang membuatnya basah dan kedinginan. Perlahan dan hati-hati dia memeriksa manusia tersebut. Menekan leher dan meletakkan jari di depan lubang hidungnya. Wajahnya berubah lega dan tegang sekaligus merasakan nadi yang lemah dan nafas yang hampir tidak terasa. "Dia masih hidup!"
"Ayah, apa itu?" tanya si anak yang rupanya telah keluar dari mobil.
"Masuklah kembali, Jong hyun. Duduk di kursi depan." perintah ibunya tanpa basa basi. Anak yang dipanggil Jonghyun menurut dalam diam karena penasaran.
"Yeobo, angkatlah. Kita bawa dia ke villa." perintah si istri. Tidak menunggu instruksi lagi, suaminya mengangkat manusia itu di kedua tangannya. 'remaja' batinnya merasakan ringan dan kecil tubuh yang berlumuran darah. Kembali dia merasa khawatir merasakan basah dan mencium bau anyir. Cepat-cepat dia bergerak.
Istrinya mendahuluinya membukakan pintu dan masuk ke dalam. Anak remaja tersebut dibaringkan dengan berbantal pada kakinya. "Aku akan menghubungi dokter Tan?" kata si istri menatap suaminya meminta persetujuan. Setelah mendapat anggukan dia segera mengeluarkan ponsel canggih pipih. Sesekali dia melihat pada si bocah dan merasakan basah pada roknya. Darah mengotori rok birunya. Dia semakin cemas dan berharap segera mendapat sahuan dari orang yang sedang dihubunginya.
Mobil kembali melaju. Tidak pelan lagi. Yang dipikiran si pengemudi adalah segera membaringkan remaja tersebut ke ranjang dan segera mendapat pertolongan. Kedua orang itu terlihat panik dan tegang. Sedangkan anak lelakinya terdiam tanpa kata. Dia menoleh ke belakang memperhatikan wajah yang lebih muda darinya. Ada banyak goresan di wajah itu namun yang terlihat lebih parah adalah luka panjang di wajah sebelah kanan yang hampir menggeres telinganya.
---------------------------
"Dia masih tidak mau bicara," kata wanita itu mendekati kedua keluarganya. Suami dan purtra sau-satunya di kursi makan. Dia duduk di kursi kiri suaminya. Menuang jus ke gelasnya sendiri.
<
Comments