LBB16
Little Blue BirdLee teuk melambatkan langkahnya melihat Appa Lee dan Jonghyun keluar dari ruangan dokter, yang merupakan tempat yang ingin didatanginya. Ini lebih cepat dari yang dia pikir. Dia sudah berencana untuk mendatangi keluarga Lee. Mengucapkan maaf dan terima kasih atas nama Kibum dan keluarga Park. Dia juga berfikir akan membawa Kibum juga saat adiknya sehat nanti.
"Appa, kau bertanya kasar tadi. Dokter itu jadi takut." dia mendengar Jonghyun menegur ayahnya.
"Aku tidak bisa menahan diri saat berada didepannya. Ingin sekali aku memaksanya untuk mengembalikan ginjal anakku! Sekarang lihat, Jeun Hee akan hidup susah setelah ini. Dia akan lebih cepat lelah dan menjaga pola makannya dengan ketat. Bagaimana mungkin dia memilih hidup menderita seperi itu?"
Jonghyun hanya diam. Dia membenarkan appanya dalam hati. Kalau boleh dia juga ingin memukul dokter itu. Bagaimana bisa pendonor melakukan operasi tanpa surat persetujuan dari wali. Demi Tuhan, Jeun Hee baru delapan belas tahun. Masih ada beberapa tahun lagi baru bisa memasuki usia dewasa.
"Kibum kami juga mengalami hal sulit, Lee-ssi. Bahkan lebih sulit dibanding Kyuhyun."
Keduanya menoleh pada Leeeuk yang tiba-tiba muncul dan mengatakan hal yang membuat darah kedua Lee itu mendidih. Leeteuk seolah tidak menyadarinya, membungkuk dengan hormat sebagai salam kepada keduanya. Jonghyun masih bisa membalasnya dengan setengah hati berbeda dengan appa Lee yang justru menatap Leeteuk dengan sengit. 'Kau cari mati, hah!' kira-kira begitulah maksud tatapan Appa Lee.
"Kami tidak bermaksud membandingkannya Leeteuk-ssi. Sebaliknya kami hanya berfikir untuk menjaga Jeun Hee kami lebih baik lagi. Dia keluarga kami. Adikku yang berharga."
Kalimat Jonghyun sukses menohok hati Leeteuk.
"Appa, kurasa kita harus segera ke kamar Jeun Hee. Dia mengirim pesan ingin makan jjangmyun." kata Jonghyun mengabaikan Leeteuk.
"Ya! Itu tidak boleh dimakan!" tegur sang appa.
"Mau bagaimana lagi appa. Itu makanan favorite Jeun Hee. Kita akali saja resepnya. Minta ahjuma langganan kita untuk membuatnya."
Keduanya melangkah akan pergi. Namun Leeteuk menahan mereka.
"Ada apalagi Leeteuk-ssi?" tanya appa Lee kurang suka.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih banyak,"
"Dibandingkan rasa terima kasih," Jonghyun memotong kalimat Leeteuk, "akan lebih baik jika kaliyan mengucap syukur karena Jeun Hee masih ada disini. Dia masih menganggap Kibum-ssi sebagai saudara kandungnya." Jonghyun tersenyum kecut. "Bagaimanapun hubungan darah lebih dominan." lirihnya.
Appa Lee menepuk bahu putranya seolah tahu apa yang dirasakannya. "Pastikan saja ini yang terakhir kaliyan melukai hatinya."
------------------------
Leeteuk termenung di ruang tunggu yang tidak jauh dari kamar Kibum. Dokter bilang kemajuan Kibum semakin baik. Tidak lama lagi Kibum bisa keluar rumah sakit. Lebih cepat dari Kyuhyun. Dia sempat menanyakannya kepada Dokter Choi. Kyuhyun masih harus mendapat perawatan lebih lama karena beberapa hal. Namun dokter Choi menolak memberi tahukan apa itu, sesuai dengan etikanya sebagai seorang dokter. Privasi pasien adalah milik pasien dan keluarganya.
Selain hal itu dia memikirkan pertemuannya hari ini dengan Lee-ssi dan Jonghyun-ssi. Kalimat mereka seolah sengaja menyinggungnya. Setelah sekian lama akhirnya identitas Jeun Hee diketahuinya. Dia Kyuhyun, adik bungsunya yang hilang 3 tahun silam. Dia masih ingat dengan jelas bagaimana appanya pulang dari perjalanan bisnis dengan kacau balau. Dia menelepon semua orang berteriak marah, menekankan untuk menemukan putranya. Setelah puas dengan itu dia membentak semua maid di rumah. Kedua adiknyapun kena marahnya. Hyukjae dan Kibum yang saat itu berada di rumah. Kibum sampai gemetaran dan dilarikan ke rumah sakit.
Karena itu Leeteuk dan ayahnya bersitegang. Dan keluarlah semua uneg-uneg Leeteuk yang merasa disisihkan sebagai anak tertua yang tidak diberi kesempatan untuk berada di perusahaan. Dia juga mengatakan bagaimana perasaan ketiga saudaranya setiap kali melihat appanya pergi dengan si bungsu. Hari itu adalah pertengkaran hebat antara si sulung dengan ayahnya. Sungmin yang mengetahui hal itu hanya bisa melihat bagaimana ayah dan anak itu bertengkar yang berujung dengan keputusan ayah mereka untuk pergi meninggalkan korea dan hanya akan kembali jika si bungsu sudah di temukan.
Bagaimana tidak kecewanya dia dan saudara-saudaranya mendapat keputusan yang bagi mereka adalah keputusan egois. Sama saja ayahnya lebih memilih kehilangan mereka dibandingkan harus kehilangan Kyuhyun. Meski sekarang Leeteuk menjabat dikursi tertinggi di perusahaan ayahnya namun dia yakin ayahnya memutuskan itu dengan berat hati dan terpaksa. Karena Kyuhyun menghilang dan tidak ada yang bisa dipercaya kecuali anak sendiri. Itulah yang dia percaya.
"Hyung disini rupanya." Sungmin muncul. Dia duduk di sebelah Leeteuk. "Apa yang dikatakan dokter?"
"Baik. Kibum bisa pulang lebih cepat."
"Itu kabar bagus. Tapi kenapa hyung terlihat kurang baik?"
Leeteuk menghela nafas panjang. Dia menyandarkan kepala ke tembok belakang. Menatap internit putih dilangit langit ruangan. "Apa kita sudah berbuat dosa Sungmin-ah?" tanyanya kurang yakin.
"Maksud hyung?"
"Aku bertemu dengan Lee-ssi dan Jonghyun-ssi. Mereka terlihat sangat marah dan seakan ingin menghabisiku. Mereka berpesan untuk tidak menyakiti hati Kyuhyun lagi. Bukankah itu lucu? Kyuhyunlah yang selama ini menyakiti kita, menyakiti saudara kembarnya sendiri. Aku hanya meminta tolong padanya sekali. Dia masih bisa hidup dengan baik walau dengan satu ginjal. Tapi mereka berlebihan. Kibum kita lebih kasihan. Dia selamat hari ini tapi bagaimana dengan besok? Jantungnya masih bermasalah sampai sekarang."
Sungmin tidak membalas. Keduanya terdiam untuk beberapa saat hingga Sungmin membuka mulutnya. "Hyung tidak perlu memikirkan mereka. Aku yakin Kyuhyun akan mengurus mereka. Kita sama-sama menjaga Kibum. Aku yakin Kibum akan lebih baik setelah ini."
Leeteuk menatap Sungmin. Berfikir. "Benar. Tuhanlah yang akan membantu kita nanti. Kita akan berjuang untuk hidup kita sendiri." Leeteuk tersenyum. Rupanya dia merasa lega setelah bicara dengan Sungmin. Dia berdiri. "Ayo ke kamar Kibum. Apa Hyukjae disana?"
"Hyuk-ah disana. Hyung pergilah aku masih ingin disini."
"Baiklah. Cepat menyusul, ne."
Sepeninggal Leeteuk, Sungmin beranjak. Dia memang pergi kearah dimana Leeteuk pergi namun saat sampai di pertigaan dia berbelok ke arah lain. Dia melangkah tidak lama hingga dia sampai didepan sebuah pintu bernomor VIP 123. Tangannya menyentuh gerendel pintu dengan ragu. Dia ingin sekali masuk dan menemui pasien yang ada did
Comments