Closer

Heal Our Flashback

Jihoon duduk diatas sofa ruang tamu apartment-nya dengan tatapan kosong. Tangannya yang masih mengelus pelan bulu Tein yang berada di pangkuannya sejak awal dia pulang ke rumah. Semula, anak anjing itu hanya melihat Jihoon yang duduk diatas sana. Kemudian dia mencoba melompat dan berhasil lalu duduk di samping Jihoon. Tein yang melihatnya lalu menggonggong melihatnya dan sepertinya Eun juga tidak mau kalah darinya. Jihoon tersentak saat mendengar Tein dan Eun saling menggonggong. Atensinya kemudian mengarah ke kedua peliharaannya itu.

“Hei,” panggil Jihoon dan melihat kedua anjing itu sudah hampir berkelahi itu. Dengan cepat Jihoon menggendong Eun yang lebih kecil dari Tein. Tein sendiri masih menggonggong melihat Eun yang berada di tangan Jihoon.

“Ada apa Tein-ah?” tanya Jihoon dan melihat anjing yang memiliki campuran ras itu menatap Eun. Jihoon lalu menurunkan Eun di lantai dan anak anjing itu malah merengek dihadapan Jihoon. Pria mungil itu hanya dapat menatap mereka dengan tatapan bingung.

“Baiklah, jika kalian mau aku bermain dengan salah satu dari kalian tunggulah Seungkwan pulang,” jelas Jihoon panjang lebar dan mendapatkan balasan, “Aku sudah pulang, Jihoon hyung…”

Jihoon kemudian menatap Seungkwan yang berjalan dari dapur menuju ke ruang tamu. Terlihat sekali ekspresi bingung ditunjukkan oleh Seungkwan, “Hyung, kau tidak sakit bukan?”

Jihoon menggeleng pelan lalu menanyakannya, “Sejak kapan kau pulang?”

“Satu jam yang lalu hyung.”

“Begitukah?” gumam Jihoon dan Seungkwan menatap malas hyung satu atapnya itu, “Apakah hyung sakit? Hyung tidak menyadarinya meskipun saat aku masuk ke rumah Eun menggonggong dengan semangat.”

“Seungkwan-ah, aku―”

“Apakah ada yang menganggumu?”

“Tidak… hanya ada sesuatu,” omongan itu terputus saat Jihoon mengingat apa yang membuatnya melamun selama satu jam, “… kejadian memalukan di tempat Seokmin.”

“Apakah aku boleh mengetahuinya?” Jihoon membalasnya dengan gelengan cepat, “Itu bukan masalah besar.”

“Ah baiklah,” jawab Seungkwan dengan senyuman tipis dan dengan cepat dia menekan layar smartphone-nya dengan cepat.

 

To: Seokmin hyung

Apa yang terjadi kepada Jihoon hyung hari ini di tokomu?

 


 

Seungcheol sendiri duduk dipinggir ranjangnya yang empuk itu mengingat kembali apa yang dia lakukan ke hoobae satu kampusnya itu.

 

Aku menjadi salah tingkah saat melihatnya mengatakan itu. Dia, Lee Jihoon dengan senyuman manis yang tidak pernah ditunjukannya itu membuatku mencoba untuk mendekatkan diriku kepadanya dan aku mengambil tangannya setelah dia menurunkan Len dari gendongannya. Tangannya yang sehalus pasir dan wajahnya yang seputih salju itu pun memerah seperti tomat ceri, merah dan mungil. Jihoon terus menatapku kemudian mengalihkan pandangannya saat aku mencoba menatap kedua matanya.

“Hei Jihoon,” panggilku dan kemudian menautkan kedua tangan kami. Jihoon hanya membalas tautan kami meskipun tidak mengeratkannya. Dan kurasa sepertinya ada hantu atau siluman yang memasuki diriku, atau kami berdua.

“Kau pria yang menarik,” lanjutku dan kemudian menatap Jihoon yang menunduk menatap Len. Semenjak Jihoon memberiku kesempatan untuk mengusap bulu Len, aku jadi sedikit tidak takut anjing kalau ada sosok Jihoon. Lalu tanpa keraguan, aku mencoba mendekatkan jari-jariku ke surai Jihoon yang berwarna kecokelatan itu.

“Jihoon?” tanya penjaga toko itu sambil membawa barang-barang yang sudah kupesan itu. Hampir saja kulakukan hal itu.

“Seokmin?” tanya Jihoon terkejut dan penjaga toko itu tersenyum menatap kami. Dengan segera kami melepas tautan tangan kami dan pria penjaga toko itu tersenyum semakin lebar, “Ini pesananmu tuan, dan Jihoon?”

“Ya?”

“Selamat,” kemudian penjaga toko itu membantu kami memasukkan barang yang kuperlukan lalu menatap kami berdua saat kami mau kembali, “Semoga hari kalian menyenangkan.”

 

Seungcheol menatap kedua tangannya dan kemudian mengepalnya. Suara ketukan terdengar saat Seungcheol masih memikirkan apa yang terjadi padanya hari ini.

“Siapa?”

“Ini aku hyung,” jawab Chan saat membuka pintu kamar itu dengan perlahan.

Kemudian anak laki-laki itu mendekat dan memeluk erat sepupunya itu, “Terima kasih hyung.”

Seungcheol tersenyum mendengarnya, “Tapi hadiah utamamu belum ada Chan-ah.”

Chan tersenyum melihat sepupunya, “Jadi ini adalah hadiah hiburan sebelum hadiah utama?”

“Bisa dibilang begitu,” dan Chan tertawa kecil.

“Hyung yang membelinya?”

“Ya begitulah.”

“Sendiri?”

“Dengan Jihoon.”

“Jihoon hyung?” tanya Chan dengan semangat setelah mendengar nama itu, “Hyung memberikan kejutan ini dengan bantuan Jihoon hyung?”

Seungcheol hanya menganggukan kepalanya sekilas dan Chan tersenyum manis mendengarnya.

“Bolehkah aku menelepon Jihoon hyung?”

Seungcheol berpikir sebentar lalu menganggukan kepalanya, “Baiklah.”

Dengan cepat dia mengeluarkan smartphone yang berada didalam saku celananya dan mencari tombol yang akan dipanggilnya. Panggilan pertama tidak di jawab, panggilan kedua tidak di jawab dan panggilan pada ketiga terdengar suara pria mungil itu.

“Ha― halo.”

“Maaf menganggumu malam-malam begini, tapi Chan ingin berbicara denganmu,” jelas Seungcheol panjang lebar dan memberikan panggilan itu kepada Chan.

“Hyung.”

“Ya?”

“Terima kasih sudah membantu Seungcheol hyung.”

“Tidak masalah, Chan-ah. Ngomong-ngomong kau tidak tidur?”

Aku tidak bisa tidur karena memikirkan kejutan mendadak itu.”

Jihoon terkekeh pelan mendengarnya, “Baiklah Chan-ah, ini sudah terlalu malam, tidurlah dan tunggulah akhir pekan untuk mencari anjing yang dapat kau adopsi oke?”

“Siap hyung!”

“Jihoon-ah?” tanya Seungcheol setelah Chan mengembalikan panggilan itu ke Seungcheol.

“Ada apa sunbae?”

“Terima kasih untuk hari ini,” gumamnya pelan.

“Tidak masalah.”

“Maafkan aku untuk kejadian tadi siang.”

Terdengar helaan napas dari seberang sana, “… aku tidak apa-apa.”

“Baiklah… selamat malam.”

“Selamat malam sunbae.”

Jihoon menutup panggilan itu dengan keraguan yang luar biasa setelah dia menganggkatnya. Jihoon melihat keluar jendela kamarnya, sekarang adalah musim semi dan beberapa hari lagi akan memasuki musim panas. Jihoon menghangatkan dirinya lebih dari biasanya karena flunya belum reda sejak dia menemukan Eun di pinggir kota Seoul. Dia mengambil sebutir pil dan segelas air mineral yang berada diatas nakas disamping ranjang tempatnya tidur. Meminumnya dan kemudian membalikkan badannya ke arah pintu.

“Seungkwan?” tanyanya dan Seungkwan berjalan lalu duduk di samping Jihoon.

“Hyung,” panggilnya dan Jihoon menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

“Apakah kau sudah memiliki kekasih?” tanya Seungkwan ragu.

‘Lee Seokmin, akan kuhajar dia lain kali’

“… sudah kuduga kau menanyakannya ke Seokmin.”

“Jadi tentang itu benar?”

“Seungkwan-ah, dia itu sunbaeku yang memerlukan pertolonganku untuk merawat anjing,” ralat Jihoon dan Seungkwan tersenyum mendengarnya.

“Tetapi Seokmin hyung bilang tadi kalian menautkan tangan kalian dan wajahmu semerah kepiting,” ucap Seungkwan dan Jihoon menepuk jidatnya pelan.

“Tidak kusangka Seokmin akan mengatakannya secara lengkap kepadamu,” gumam Jihoon kesal dan Seungkwan menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak tau apakah dia adalah kekasihmu atau sunbaemu hyung, tetapi bukankah itu adalah hal yang bagus?”

“Hal… yang bagus?” tanya Jihoon heran.

“Bukankah bagus jika hyung tertarik kepada orang lain?”

“Dan dapat menghilangkan penyebab pistanthrophobia hyung,” lanjutnya dan Jihoon menatap Seungkwan.

“Apakah?” tanya Jihoon.

“Apakah kau tau apa penyebab phobia itu?”

“Jihoon hyung, penyebab phobia itu karena ketidakpercayaanmu kepada orang lain bukan? Bukankah lebih baik hyung mencoba untuk mempercayai orang yang hyung katakan sunbae itu? Seokmin mengatakan sepertinya dia adalah orang yang baik.”

“Aku mengatakan hal itu karena aku yakin aku dapat percaya kepadamu meskipun waktu yang dulu kuperlukan lama Seungkwan-ah, kau tau apa yang kutakutkan dan sekarang kau menyuruhku untuk mencoba mempercayai hal yang lain.”

“Aku yakin karena Seokmin hyung mengatakan bahwa sunbaemu itu sepertinya orang baik,” sangkal Seungkwan.

Jihoon berpikir sekilas, “Sepertinya aku mengalami pistanthrophobia sepuluh tahun yang lalu.”

“Sepuluh tahun yang lalu?” tanya Seungkwan.

“Sepertinya ada yang mengetahui hal ini…”

“Siapa?”

“Mingyu,” jawab Jihoon ragu.

 


well sepertinya alur cerita ini terlalu lambat dan mungkin tamatnya akan lama banget hiks ;;

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!