Introduction

Heal Our Flashback

Di malam hari tepat dua hari setelah itu, terdapat suara langkah kaki yang tidak terdengar oleh rintikan hujan yang deras sekali saat itu. Tetapi langkah kaki itu terus saja ada hingga dia berada sampai di tujuannya. Di balik semak belukar yang tumbuh di tepi kota itu. Dengan bermodalkan payung dan jaket hujan berwarna biru laut, Jihoon mencari lokasi sumber suara itu meskipun kakinya sudah ternodai oleh lumpur dan menemukan anak anjing dengan corak warna dominan hitam-putih dengan sedikit abu-abu.

Alaskan malamute?” gumam Jihoon pelan. Jihoon mengambil smartphone di saku celananya dan menekan tombol yang cukup dia hapal.

“Ada satu yang kutemukan disini,” lapor Jihoon ketika panggilan itu tersambung.

“Begitukah? Baguslah. Ngomong-ngomong karena hari ini aku dan yang lainnya sibuk, kuharap kau dapat mengurusnya oke?”

Jihoon mendengus kesal mendengarnya, “Kau lupa siapa yang merencanakan kelompok ini?”

“Hahaha… maafkan aku Jihoon. Aku berjanji akan mengurusnya. Bawa saja anjing itu ke sini lusa nanti.”

“Aku akan menunggu janjimu itu, Jun.”

Baiklah, baiklah. Kau tidak manis kalau marah,” balas Jun di ujung sana dengan tumpukan kertas di atas mejanya.

“Terserahmu, leader Jun. Aku akan memutuskan panggilan ini dulu,” jawab Jihoon malas.

“Baiklah, selamat malam Jihoon.”

Jihoon segera mengembalikan smartphone-nya ke dalam saku celananya dan mengangkat kotak yang berisi anak anjing yang kemungkinan berusia tiga bulan itu. Anak anjing itu diam, menatap Jihoon dengan tatapan memelas dan dia tertawa kecil melihatnya.

“Kau, ikutlah denganku. Sepertinya Tein akan senang mendapatkan teman baru,” gumam Jihoon pelan dan berjalan mendekati mobil Seungkwan.

“Hari ini ada lagi?” tanya Seungkwan dan Jihoon menganggukan kepalanya. Seungkwan melihatnya sekilas dan kemudian tersenyum, “Ah… kenapa dia lucu sekali,” ucapnya dan menjalankan mobil mereka untuk pulang ke apartment mereka.

“Bisakah kau mengendarainya lebih cepat? Anak ini sudah kedinginan.”

“Baiklah tuan Lee Jihoon,” balasnya ke teman satu apartment-nya itu. Kemudian dia menginjak pedal untuk mempercepat perjalanan mereka.

“Seungkwan-ah,” panggil Jihoon dan pria itu mendehem pelan, masih fokus ke jalan di depannya.

“Mingyu akan pindah ke Seoul.”

 


 

Jeonghan berlari mendekati Seungcheol yang sejak awal sudah berjalan menuju ke kantin dan berhasil menyamakan langkah kaki mereka. Jam istirahat di siang hari itu membuat lorong gedung perkuliahan itu penuh dengan mahasiswa yang sibuk untuk menuju ke kantin, perpustakaan atau mana pun itu.

“Hei Josh,” panggil Seungcheol saat menemukan guru privat itu sedang berbincang dengan Kim seonsaengnim.

“Seungcheol?” tanyanya dan Seungcheol maupun Jeonghan berjalan mendekati Jisoo.

“Kau tidak lapar?” tanya Seungcheol dan Jisoo mengangguk singkat.

“Tentu saja aku lapar. Aku juga memerlukan nutrisi,” kekehnya pelan dan di sisi lain dia melihat Jeonghan yang masih saja melihat interaksi mereka berdua.

“Hai Jeonghan,” sapanya sambil memamerkan senyuman tipis. Jeonghan hanya tersenyum kecil membalasnya.

Jisoo berjalan dengan tatapannya yang fokus ke sahabatnya itu atau pun Jeonghan dan kemudian menabrak seseorang,“Uh, maaf,” gumamnya dan melihat pria itu hanya terlihat matanya karena wajahnya tertutup oleh masker.

Pria itu menatapnya kemudian mengangguk sekilas, “Ah… aku tidak apa-apa,” jawabnya dan menundukkan badannya sedikit. Dia segera bergegas meninggalkan mereka dengan berjalan melewati Seungcheol dan Jeonghan.

“Kenapa kau berjalan dengan asal-asalan?” tanya Seungcheol dan Jeonghan mengangguk setuju saat mendengarkan pertanyaan itu.

“Pertama, aku sedang mengobrol dengan kalian sehingga aku tidak fokus. Kedua, aku tidak menyangka kalau pria mungil itu yang ku tabrak dan yang ketiga,”

Jisoo memandang sekilas dan kemudian melanjutkannya, “Ada angel yang mengalihkan tatapanku.”

Jeonghan hanya dapat menyembunyikan rona merahnya dan Seungcheol hanya menatap Jisoo aneh.

“Kau terlalu banyak menggombal, Jisoo-ya.”

 “Maaf, tapi itu kenyataannya.”

“Bisakah aku mengatakan bahwa aku ingin ke kantin sekarang karena perutku sudah sangat lapar?” tanya Seungcheol dan memecah suasana itu.

“Baiklah, Choi Seungcheol. Kau pasti akan menghabiskan semangkuk ramen dan dua potong roti sandwich itu lagi,” gumam Jisoo dan Seungcheol hanya dapat terkekeh mendengarnya.

Jeonghan hanya tersenyum melihat mereka berdua yang meributkan tentang porsi makan mereka satu sama lain dan menatap Seungcheol dengan tatapan yang sulit di artikan dan Jisoo hanya tersenyum melihat Jeonghan yang sedang melakukan itu.

 


 

“Jihoon hyung!” sapa Chan ketika melihat Tein berlari ke arahnya. Sepertinya Tein sangat menyukai bocah itu begitu pula dengan Chan yang menyukai Tein.

“Kau datang lagi Chan-ah?” tanya Jihoon dan Chan mengangguk dengan semangat. Tein juga tidak mau kalah dengan mengibaskan ekornya dengan cepat. Jihoon hanya dapat terkekeh melihat anjing Pomeranian itu mau bermain dengan Chan.

“Tein-ah, kenapa kau semangat sekali bermain dengannya sedangkan sangat malas jika kuajak bermain di rumah?” dan dibalas dengan gonggongan Tein yang keras, sedangkan Chan hanya dapat tertawa melihatnya.

Kemudian Chan menatap Jihoon yang sibuk mengusap kepala Tein dengan lembut, “Hyung, aku ingin memelihara anjing.”

“Benarkah?”

“Tetapi hyung-ku tidak mau kecuali aku mendapatkan peringkat teratas di ujian kali ini,” curahnya dan Jihoon mengangguk tanda mengerti.

“Apakah kau sudah melewati ujian itu dengan baik?” tanya Jihoon perlahan dan Chan mengangguk pelan.

“Aku hanya perlu menunggu hasilnya.”

Keheningan itu menyelimuti mereka sekilas dan kemudian Jihoon mengingat sesuatu, “Apakah ada anjing yang sudah mau kau pelihara?”

Chan menggelengkan kepalanya dan Jihoon tersenyum mendengarnya, “Aku baru saja memungut anak anjing. Dia memiliki ras Alaskan malamute dan usianya sekitar tiga bulan. Kebetulan hari ini aku akan membawanya ke tempat penampungan anjing milik temanku, Jun.”

“Benarkah?” tanya Chan berbinar-binar, “Bolehkah aku melihat fotonya?”

Dengan segera Jihoon mengeluarkan smartphone-nya dan menunjukkan foto anjing itu sudah ceria dan dapat bermain dengan Jihoon maupun Tein pada pagi hari tadi. Chan kemudian menatap Jihoon yang memakai masker menutupi mulut dan hidungnya.

“Hyung, maskermu…”

“Kenapa?”

“Hyung sakit?” dan Jihoon mengangguk. Kemudian Seungcheol sudah berada didekat sana dan memandangi Chan yang sibuk mengobrol dengan Jihoon.

“Seungcheol hyung!” seru Chan dan menarik Seungcheol berjalan mendekat ke arah Jihoon.

“Hyung menyukainya?” tanya Chan menunjuk ke arah Tein dan Seungcheol menggeleng pelan. Wajah Chan seketika cemberut dan Jihoon terkekeh pelan melihatnya. Namun tatapan Seungcheol tertuju kepada setelan sweater putih polos Jihoon maupun celana dan sepatunya terutama masker yang menutupi wajahnya.

“Kau yang ditabrak temanku tadi?”

“Ya?” tanya Jihoon heran.

“Kau pria yang ditabrak di kampus tadi bukan?”

Jihoon berpikir sejenak dan kemudian mengangguk pelan mendengarnya. Seungcheol tersenyum mendengarnya lalu melanjutkannya, “Maafkan kecerobohan temanku tadi.”

Jihoon membelakkan matanya dan kemudian menggeleng dengan cepat, “Itu tidak apa-apa.”

“Ah, ngomong-ngomong  kau murid jurusan apa?”

“Musik, semester dua.”

Seungcheol mengangguk pelan, “Kau lebih muda dariku.”

“Jurusanku bisnis, semester empat.”

Chan menatap mereka berdua kemudian menarik kedua tangan mereka supaya dapat berjabat tangan. Mereka berdua terkejut oleh perlakuan anak berumur sepuluh tahun itu.

“Kalian berdua sudah satu universitas, jadi harus mengenal satu sama lain,” jawab Chan polos.

“Eum… Jihoon, Lee Jihoon.”

Seungcheol sendiri ragu untuk menjawabnya atau tidak. Pertama dia tidak nyaman karena ada anjing dan yang kedua Jihoon adalah pemilik hewan yang menakutinya itu. Meskipun begitu Seungcheol harus menjaga image cool-nya dan membalas tentang pengenalan diri masing-masing.

“Seungcheol, Choi Seungcheol.”

 

 


Kalian suka? kalian suka?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!