The Truth

Heal Our Flashback

Jihoon menuju ke kamarnya yang masih terlihat sangat bersih, tanpa ada debu yang melekat di perabotan berwarna biru langit kesukaannya saat masih kecil. Pintu itu berbunyi ketika dibuka dan pria mungil itu menoleh. Matanya menatap tajam sosok itu, sosok yang sedang tidak ingin dilihat olehnya.

“Jihoon hyung…”

“Apa yang ingin kau katakan Kim Mingyu?” pria jakung itu terdiam mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

“Maaf, aku sudah berbohong.”

“Aku tau… aku tau karena aku sudah mengingatnya,” jawab Jihoon dan membuka laci meja belajarnya. Dia memilah lembaran-lembaran kertas tua di lacinya itu dan menemukan selembar foto yang sudah dicarinya sejak tadi.

Pria itu menunjukkan foto itu, “Tentang aku, kau dan Seungcheol hyung… aku sudah mengetahuinya. Apa yang terjadi setelah itu?”

Mingyu menggigit bagian bawah bibirnya, “… kau ingin mengetahuinya Jihoon hyung?”

“Tentu saja.”

Pria berkulit tan itu menghela napas berat, mengepalkan kedua tangannya, “Dia melupakan kita…”

Raut wajah Jihoon yang dingin berubah seketika mendengar ucapan Mingyu dan sesuatu yang menyakitkan menyelimuti dadanya, “Tidak Mingyu… kau berbohong.”

Mingyu berjalan mendekati Jihoon, mengcengkram lengan pria mungil itu dengan tatapan frustasi, “Jihoon hyung… aku tidak ingin berbohong kepadamu… tapi ini karena aku memikirkanmu.”

Pria mungil itu menatap Mingyu, “Hyung… kau tau seberapa frustasinya aku saat mengetahui kau melupakan Seungcheol hyung dan dia melupakan kita? Aku tidak ingin kau mengingat hal itu karena pada akhirnya kau juga merasakan hal yang sama.”

Jihoon menutup kedua matanya, mencoba untuk mencerna apa yang sudah dikatakan oleh Mingyu, “Lalu kenapa… kenapa kau membuatku menyukai orang yang sama Kim Mingyu?!”

“Orang yang sama?”

 “Kau juga sudah melupakan dia, Kim Mingyu! Hingga tidak menyadari bahwa orang yang berada di sampingku sebelum kau menyusulku ke Seoul adalah Seungcheol hyung yang pasti sudah kau cari-cari selama ini!” pekik Jihoon.

Sudah lama Mingyu tidak melihat emosi Jihoon yang meluap-luap sejak Seungcheol tidak ada. Dia menurunkan tangannya dan Jihoon menundukkan kepalanya, “Jihoon hyung…”

Pria mungil itu menyadari apa yang sudah dilakukan olehnya, “Tinggalkan aku sendiri dulu.”

“Tapi―”

“Kumohon…”

Mingyu berjalan meninggalkan Jihoon tanpa menatap pria mungil itu sama sekali. Seungkwan menatap sahabatnya yang keluar dari kamar Jihoon dan dia meraih lengan pria tinggi itu, “Jangan terlalu terburu-buru.”

Pria itu tersenyum pahit, “Maaf sudah membuatmu mendengar semuanya…”

Seungkwan tersenyum kecil, “Aku tidak mengatakan bahwa aku menyesal telah mendengarkannya dan minumlah teh lemon yang sudah kubuat di dapur.”

“Terima kasih Seungkwan-ie.”

“Um… ya sama-sama.”

Seungkwan membuka pintu itu dan melihat Jihoon yang duduk di lantai, menangisi masa lalunya itu. Pria berwajah chubby itu membawa tubuh mungil Jihoon ke pelukannya, “Anggap saja kau sedang sendirian.”

“Seung― Seungkwan―” isakan kecil yang membuat Seungkwan merasakan apa yang sudah dialami oleh Jihoon.

“Aku tau Jihoon hyung…”

“Aku mempercayai orang yang salah…”

“Kau akan mengetahuinya cepat atau lambat hyung.”

 


 

Jika Jihoon merasa bahwa dia lelah karena sudah dibohongi oleh kedua sahabatnya, maka Jihoon akan mengatakan ‘iya’.

Jika Jihoon merasa dia tidak dapat mempercayai orang lagi, maka jawabannya akan sama.

Jihoon kecil sangat menyukai Seungcheol kecil adalah kenyataan yang tidak dapat ditolak olehnya.

Lalu bagaimana sekarang? Pria mungil itu jatuh cinta ke teman masa kecilnya itu tanpa dia ketahui.

Dan sekarang Jihoon menyesal kenapa dia membiarkan Tein membuatnya bertemu dengan Chan, anak laki-laki itu lalu mengenalkan Seungcheol kepadanya dan karena keinginan Chan membuat mereka saling bekomunikasi dan beberapa kali menikmati waktu mereka berdua. Waktu yang dihabiskan mereka bersama-sama dan apa yang selalu Seungcheol lakukan kepadanya itu sangat manis, tautan yang membuat Jihoon berharap akan pria tampan itu lakukan lagi dan lagi. Hingga dia sadar bahwa dia kembali terjebak ke dalam hal yang sama.

Mingyu menghela napas melihat sahabatnya yang tidak ingin tau tentang ceritanya dan semuanya yang tidak sejalan dengan rencananya. Lalu bagaimana dengan cynophobia Seungcheol yang hilang begitu saja?

Musim panas mereka seperti musim panas 10 tahun yang lalu, hanya ada kenangan menyedihkan yang menghiasi tiga hari itu.

 


 

Mereka sudah kembali ke Seoul dan Mingyu maupun Jihoon tidak mengatakan sepatah kata apapun. Ketiganya turun dari mobil milik Seungcheol dan Jihoon hanya dapat tersenyum canggung, “Terima kasih…”

Seungcheol hanya tersenyum kecil, “Sama-sama… sampai jumpa di hari pertukaran pelajar oke?”

Pria mungil itu menganggukan kepalanya dan mereka semua turun dari van. Mingyu memasuki kamarnya begitu saja saat pintu apartment mereka terbuka. Tidak lupa pria jakung itu juga membawa beberapa barang bawaan mereka.

Seungkwan meraih bahu sempit Jihoon, “H― hyung…”

Ada hawa panas yang menyelimuti mereka berdua membuat Jihoon menyentuh dahi Seungkwan, “Panas sekali Seungkwan-ah!”

Jihoon dengan sedikit kewalahan membawa sahabatnya itu ke kamar dan mendapati Mingyu yang terkejut melihat Seungkwan, “Ya! Kau sakit Seungkwan-ah?”

“Aku hanya perlu tidur sebentar,” gumamnya saat merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya.

Mingyu bergegas membawa baskom yang berisi es dan handuk basah sedangkan Jihoon membawa alat pengukur suhu badan. Pria mungil itu melihat angka yang tertera, “39.5 derajat…”

Pria jakung itu sibuk mengompresi Seungkwan dan pria itu hanya  tersenyum kecil melihat sahabatnya panik, “Maaf sudah merepotkan kalian…”

“Lebih baik kau istirahat saja Seungkwan-ah,” gumam Jihoon dan  mengusap kepala Seungkwan pelan.

“Aku ingin kalian berdua menyelesaikan apa yang terjadi sekarang dan aku akan tidur setelah itu,” balas Seungkwan dan merasakan rasa sakit di kepalanya itu.

“… Jihoon hyung… maafkan aku.”

Pria mungil itu menggelengkan kepalanya, “Aku tidak akan memaafkanmu sebelum kau mengatakan semuanya.”

“Dan kau juga Jihoon hyung,” ucapan itu membuat Seungkwan sebagai pendengar tersenyum kecil.

“Apa yang ingin kau ketahui Kim Mingyu?”

“Bagaimana Seungcheol yang kita kenal adalah Seungcheol yang bersama kita? Karena dia memiliki cynophobia…”

Jihoon tersenyum pahit, “Dia memilikinya dan sejujurnya dia pernah pingsan karena ketakutannya itu saat kami pergi ke rumah Jun. Setelah mengenalku cukup lama, dia sepertinya dapat mengatasi ketakutannya itu… kau tau? Secara tidak langsung aku membantunya untuk menyembuhkannya atau memang benar aku membantunya… jika kau tidak percaya, tanya saja kepada Jun.”

“Baiklah aku mengerti sekarang.”

“Hanya satu hal yang kau tidak ketahui Jihoon hyung… Seungcheol hyung mengalami phobia itu karenaku… jika saat itu saja aku tidak terjatuh saat ada anjing besar mengejar kami, mungkin dia tidak akan berkorban untukku.”

“Seungcheol hyung memang adalah orang yang baik,” gumam Seungkwan pelan dan Mingyu mengusap kepalanya pelan, “Tidurlah…”

“Tidak mau.”

“Kenapa?”

“Karena aku ingin mendengar cerita kalian.”

“Kau seperti dispatch saja.”

“Biarkan dan lanjutkan ceritanya.”

Jihoon bertanya, “Kapan hal itu terjadi?”

“Hari terakhir dia berada di Busan, dia pergi ke rumahku dulu dan saat kami mau pergi dari rumahku, kejadian itu terjadi… dia bahkan belum membicarakan apa-apa.”

“Kau ingin mengetahui kenyataan lain Mingyu-ah?”

“Ya?”

“Jangan menyalahkan dirimu saat mendengarkannya, karena susunan cerita 10 tahun lalu sudah kuketahui bagaimana alurnya… Seungcheol ingin mengatakan beberapa hal untukmu dan dia akan mencariku setelahnya, ke tebing dimana aku bermain dulu dan karena kejadian itu sepertinya dia tidak dapat menemuiku…”

“Aku menganggapnya sudah membohongiku saat dia tidak datang dan kau tau? Aku menunggunya di bawah pohon dalam keadaan hujan deras. Ketika petir itu menyambar, aku sangat ketakutan dan di benakku hanya ada pikiran bahwa dia sudah membohongiku. Saat aku demam tinggi, di dalam tidurku aku menghadapi pilihan untuk melupakan musim panas itu atau mencobanya… sepertinya otakku memaksaku untuk melupakannya.” bisa dilihat ekspresi Mingyu yang mengerti apa yang sudah diceritakan oleh Jihoon. Tidak ada keterkejutan karena apa yang sudah dikatakan oleh pria mungil itu.

“Maafkan aku hyung…” Mingyu mengucapkannya dengan sedikit susah payah.

“Lalu bagaimana dengan kakeknya?” tanya Jihoon.

“Kakeknya pindah ke Daegu setahun kemudian…”

“Pantas saja tidak ada yang mengajaknya ke Busan.”

Mingyu memeluk Jihoon dan bisa terdengar isakan tertahan di ujung bibirnya, “Hyung… maaf…”

Pria mungil itu tersenyum dan mengusap pelan punggung Mingyu, “Tidak… ini bukan salahmu… takdirlah yang menentukkan bagaimana pertemuan kita bertiga… aku hanya marah kenapa kau tidak mengatakannya dengan jujur kepadaku.”

“Maaf…”

Jihoon melepaskan pelukan mereka dan mengusap wajah pria itu. Sudah lama dia tidak melihat wajah jelek sahabatnya dan dia merindukannya.

“Hyung…”

“Bisakah kau mencoba untuk mempercayai Seungcheol hyung?”

Tatapan Jihoon menjadi nanar dan menggelengkan kepalanya, “Sepertinya sulit…”

Pria mungil itu beranjak meninggalkan kamar mereka, “Ah, aku akan pergi ke rumah Wonwoo dulu. Mingyu, tolong jaga dia baik-baik oke?”

Dia melesat begitu saja sebelum Mingyu dapat membalas ucapannya. Dia menatap Seungkwan yang sudah tertidur setelah mendengarkan cerita panjang kedua sahabatnya.

“Terima kasih… good night.”

 


 

Jihoon melihat Wonwoo yang sibuk menghidangkan cemilan dan minuman. Di pangkuannya hanya ada anjing milik Jun dan pikirannya sedang tidak berada di sana. Pria dingin itu menepuk pundak pria mungil itu dan dihadiahkan oleh tatapan bingung.

“Kau melamun Jihoon-ah.”

“Maaf… kau mengatakan apa?”

“Aku hanya memanggilmu dan kau tidak menyadarinya. Kau sedang banyak pikiran?”

“Tidak… aku tidak apa-apa.”

“Kau memikirkan kekasihmu?”

Jihoon mengernyit heran, “Kekasih?”

“Um… Choi Seungcheol,” gumam Wonwoo dan Jihoon menghela napas, “Dia bukan kekasihku.”

“Kalian cocok…”

“Begitu juga dengan kau dan Jun.”

“Dengan maniak anjing itu? Ayolah Jihoon…”

Jihoon tersenyum kecil melihat Wonwoo yang kewalahan dengan topik itu, “Kapan kalian akan menikah?”

“Bulan depan,” jawab Jun yang keluar dari ruangannya dan meraih posisi duduknya di sebelah Wonwoo.

“Kau mengatakan omong kosong.”

“Tidak… aku akan benar-benar melakukannya.”

“Idiot…”

“Ya Won-ie?”

Pria itu ingin membunuh Jun namun dia tidak ingin Jihoon melihat kejadian berdarah. Wonwoo menghela napas panjang, “Bagaimana hubunganmu dengan Seungcheol? Bukankah dia menyukaimu?”

“Apa kau yakin kami akan bersama?”

 


 

Pria mungil itu berjalan sendirian di tepi pantai di malam hari. Rasa kantuk Jihoon hilang begitu saja mengingat bahwa dia sudah tidur seharian. Jihoon merasakan seseorang berdiri di sebelahnya, meraih tangan mungilnya dan mengisi sela-sela jarinya.

“Kenapa kau berada di sini?”

“Kenapa hyung tidak tidur?”

Seungcheol mempererat genggaman mereka, “Aku baru tau bahwa di pantai dapat melihat bintang dengan jelas.”

“Sudah lama aku tidak melihat ini…” gumam Jihoon dan Seungcheol tersenyum.

“Jihoon… apakah aku salah jika aku mengatakan ‘aku menyukaimu’?”

Pria mungil itu menatap manik mata Seungcheol yang sembari sudah menatapnya.

Jihoon menggigit bawah bibirnya pelan, “Namun jika aku menjawab bahwa aku tidak bisa?”

Pria itu tersenyum, “Aku akan menunggumu kalau begitu, karena kau belum mengatakan ‘aku tidak menyukaimu’ dan anggap saja aku masih bertanya. Aku  belum memberitahu perasaanku bukan kalau begitu?”

 Jihoon menatap pria itu dengan keraguan yang terpancar. Tetapi tautan tangan mereka belum terlepas dan semakin erat.

 


 

Mingyu ama Seungkwan itu bromance kental di sini oke? doa doa ga sampe 30 chapter yaa~

Maaf kalo ini absurd T.T

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!