Mingyu's Story

Heal Our Flashback

Semuanya diam melihat Jihoon yang tertidur di atas ranjang di kamar itu. Chan sendiri sudah membawa Tein maupun Eun ke dalam kamar itu, menunggu Jihoon bangun namun keluar tidak lama kemudian. Seungcheol masih saja terdiam hingga anjing Pomeranian itu mengendus kaki Seungcheol. Pria itu tersenyum dan kemudian mengangkat anjing itu.

“Hei Jihoon sedang sakit… kau masih dapat bermain dengannya saat dia sudah sembuh,” gumam Seungcheol pelan dan mengusap bulu anjing itu.

Mingyu, Jeonghan dan Jisoo hanya memandangi pemandangan itu sedangkan Seungkwan sedang membawa baskom yang berisi es dan handuk di dari dapur hostel itu. Jeonghan dan Jisoo sendiri lebih memilih meninggalkan sahabatnya di ruangan itu dan tersisalah Mingyu berada di sana.

Pria jakung itu memandangi sahabatnya dan Seungcheol membawa keluar anak anjing itu. Tersisa mereka berdua sekarang dan Mingyu mendekati tempat tidur Jihoon.

“Seandainya aku jujur untuk semua hal ini…”

Mingyu tersenyum pahit, “Aku memang terlalu bodoh hingga kau sendiri yang tau apa kenyataannya. Maafkan aku.”

“Mingyu hyung?” tanya Seungkwan ketika berada di depan pintu kamar itu dan pria itu berjalan mendekati sahabatnya. Mingyu menatapnya tidak percaya dan Seungkwan menghela napas panjang, “Kau harus mengatakan kenyataan kepadaku.”

Mingyu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan dan Seungkwan mengusap kepalanya, “Hyung… bisakah kau mengatakan yang sebenarnya?”

Dia menganggukan kepalanya dan Seungkwan tersenyum, “Berikan Jihoon hyung waktu istirahat dulu oke?”

Pria berwajah bulat itu meraih tangan Mingyu dan menggengamnya, mereka bertemu dengan Seungcheol saat berjalan menuju ke suatu tempat yang Seungkwan tau.

“Tolong jaga Jihoon hyung untuk sementara ya?” pinta Seungkwan dan Seungcheol menganggukan kepalanya. Pria bermata bulat itu masuk ke kamar itu, mengganti kompres di kepala pria mungil itu dan menggengam tangan Jihoon yang hangat.

Seungcheol mendesah pelan, “Hei kurcaci kecil. Jika aku menciummu maka kau akan segera bangun?”

 


 

Flashback

 

“Mingyu!” panggil Jihoon saat sudah sampai di depan pintu rumahnya. Ketukan-ketukan itu terhenti saat anak laki-laki mungil dengan warna kulit yang sedikit gelap membuka pintu rumahnya.

“Oh Jihoon hyung?” dan anak laki-laki itu tersenyum.

Jihoon meraih jaring yang sudah dia gunakan untuk meletakkan ikan hasil tangkapannya, “Kau lihat makarel ini?”

Mingyu juga ikut berbinar-binar melihatnya, “Kau mendapatkannya dari mana?”

Anak laki-laki itu berbangga diri mendengarnya, “Aku menangkapnya sendiri!”

“Dan kau lupa denganku?” tanya seseorang yang tidak familiar oleh Mingyu. Jihoon tersenyum dengan lebar, “Terima kasih Seungcheol hyung!”

Jihoon menatap Mingyu yang menatapnya dengan tatapan penasaran. Dia tersenyum dan memperkenalkan Seungcheol, “Dia Seungcheol hyung! Teman baruku dan dia membantuku menangkap ikan ini.”

“Ah benarkah?” tanya Mingyu dan Jihoon menganggukan kepalanya.

“Aku Kim Mingyu, temannya Jihoon hyung,” ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

Seungcheol tersenyum mendengarnya, “Aku Choi Seungcheol dan kau harus memanggilku hyung!”

Mingyu tersenyum mendengarnya, “Baik Cheol hyung! Ah ya ibu pasti akan senang melihat kau membawa ikan!”

“Mingyu-ya, apakah Jihoon membawa ikan lagi?” tanya ibunya dari dapur.

Mingyu berteriak sedikit keras, “Iya ibu! Kami akan masuk ke dalam sekarang!”

 

Setelah Jihoon mengenalkan Seungcheol ke Mingyu, mereka menghabiskan waktu mereka bersama. Pria berkulit tan itu dalah sahabat Jihoon dan kedua orang tua mereka sudah mengenal satu sama lain sejak mereka belum lahir. Jihoon sangat menyukai sahabatnya itu dan mereka selalu menghabiskan waktu musim panas mereka bersama. Karena kehadiran Seungcheol, maka sekarang mereka bertiga bersama-sama saat menghabiskan liburan.

Pergi ke pantai, memancing ikan dan bahkan tidur siang bersama. Bahkan kemarin mereka pergi ke Taejongdae bersama dengan ayah Mingyu dan menaiki kereta Danubi yang sangat disukai oleh anak-anak. Mereka menghabiskan waktu mereka di sana hingga rasanya mereka tidak ingin pulang.

Sering kali anak laki-laki itu melihat kedua temannya yang lebih tua terlihat lebih sering berdua. Tidak dapat dipungkiri oleh Mingyu bahwa dia sedikit cemburu. Namun dapat terlihat di wajah Jihoon bahwa dia sangat menyukai sahabat barunya itu dan Mingyu hanya dapat tersenyum.

Semuanya dilalui mereka bertiga bersama hingga Seungcheol lupa dia harus kembali ke Daegu. Tersisalah beberapa hari lagi sebelum Seungcheol meninggalkan Busan. Malam itu mereka pergi ke tepi pantai untuk menikmati festival musim panas yang setahun sekali diadakan di Busan.

Jihoon dan Mingyu berjalan menuju ke deretan penjual makanan ringan dan mereka memandangi satu sama lain dengan tatapan yang hanya mereka tau.

“Mingyu…”

“Kau yakin akan melakukannya?” tanya Jihoon dan Mingyu menganggukan kepalanya.

“Seluruh uangku akan habis di tempat ini.”

Jihoon dan Mingyu memilih apa yang akan mereka makan mulai dari permen apel, es serut, mie goreng hingga permen kapas. Jalanan yang ramai dan mereka memutuskan untuk bertautan tangan agar tidak berpisah. Orang tua mereka juga tidak ada di sana dan akan merepotkan jika mereka berpisah.

Mingyu menatap seseorang yang familiar dan berteriak, “Seungcheol hyung!”

Seungcheol melambaikan tangannya dan kedua anak laki-laki itu menghampirinya, “Kukira kalian tidak akan datang.”

“Tentu saja kami harus datang hyung!” jawab Jihoon semangat.

Mingyu terkekeh pelan, “Jihoon hyung sangat menyukainya karena dia dapat membeli semua makanan kesukaannya dan melihat kembang api.”

“Kembang api?” tanya Seungcheol.

“Mingyu!” perempuan yang lebih tua itu memanggil nama itu.

“Ibuku datang,” gumam Mingyu dan kedua sahabatnya mengerti.

“Mingyu!” panggil Seungcheol dan Mingyu menghentikan langkahnya sejenak.

“Aku akan datang ke rumahmu besok! Jangan lupa!”

“Oke hyung!”

 

Jam menunjukkan pukul enam sore dan Seungcheol belum muncul di depan pintu rumah Mingyu. Anak laki-laki itu mendengus dan seseorang yang lebih tua darinya itu menunjukkan sosoknya. Langit sudah mau gelap mengingat matahari sebentar lagi terbenam.

“Kenapa kau datang terlalu lama hyung?” tanya Mingyu.

“Aku membereskan barang-barangku karena besok aku akan kembali ke Seoul.”

“Jihoon hyung mengetahuinya?”

“Dia sudah mengetahuinya... Mingyu? Bisakah kau keluar sebentar saja dan kita membicarakan hal ini?”

Mingyu meminta ijin kepada ibunya dan kemudian mereka keluar dari rumah itu. Mereka berjalan menuju ke ujung jalan itu dan tiba-tiba saja terdengar suara anjing menggonggong. Terlihat anjing Presa Canario yang berlari menuju ke arah mereka. Sontak mereka berdua terkejut dan berlari kembali ke arah sebelumnya. Jarak rumah Mingyu dari ujung jalan itu sekitar 200 meter dan mereka harus berlari secepat mungkin.

Mingyu terlalu takut hingga tidak sengaja terjatuh karena langkah kakinya. Seungcheol berhenti meskipun anjing itu semakin dekat.

“Mingyu!” pekik Seungcheol.

“Larilah! Aku akan mengalihkan perhatiannya!” lanjutnya dan Mingyu menganggukan kepalanya. Dia segera bangkit dan berlari menuju ke rumahnya. Sedangkan Seungcheol berdiri di sana, menunggu anjing itu menerjangnya.

“Tolong jaga Jihoon untukku!”

Anak laki-laki itu terus berlari hingga dia sampai ke rumahnya, memberitahukan ke ibunya apa yang sudah terjadi. Dan Mingyu bersama dengan ibunya berjalan menuju ke tempat dimana dia meninggalkan Seungcheol.

Dia bersyukur melihat ada orang yang sudah mengatur anjing itu meskipun Seungcheol tidak sadarkan diri. Dengan segera Mingyu berlari mendekati tubuh Seungcheol. Terdapat sedikit bekas cakaran anjing dan Mingyu menepuk wajahnya pelan. Dia semakin panik saat Seungcheol tidak mau bagun dan dia menangis. Pemilik anjing itu kemudian membawa Seungcheol ke rumah kakeknya bersama dengan Mingyu.

Mingyu menangis melihat sahabatnya itu tidak sadarkan diri dan langit sudah mendung. Mingyu disuruh kakek Seungcheol untuk pulang. Dengan pasrah Mingyu mengiyakan dan pulang ke rumah dengan perasaan yang bercampur aduk.

Dia masuk ke kamarnya dan menangis mengingat kenapa dia terlalu penakut dan ceroboh sehingga Seungcheol terpaksa mengalihkan perhatian anjing itu dan membuat Seungcheol terluka.

Mingyu berjanji akan meminta maaf esok harinya.

 

Cuaca cerah setelah hujan yang disertai sambaran petir terjadi. Embun pagi dari daun-daun hijau itu menetes ke bawah tanah kemudian menghilang. Mingyu berlari tergesa-gesa ke rumah Jihoon namun ibunya hanya mengatakan bahwa Jihoon sedang demam tinggi karena kehujanan kemarin. Mingyu menghela napas pendek mendengarnya dan berlari mendekati Seungcheol yang dengan segera akan menaiki mobil.

Dengan segera dia memeluk Seungcheol dan anak laki-laki yang dipeluknya menatapnya dengan tidak percaya, “Seungcheol…”

“M― Mingyu?” tanyanya perlahan, mencoba untuk membuka memori yang dimiliki olehnya.

“Seungcheol hyung… maafkan aku kemarin.” Ucap Mingyu penuh penyesalan.

Seungcheol tersenyum kecil dan Mingyu melepaskan pelukannya, “Tidak apa-apa. Dan sepertinya aku sudah harus pergi.”

“Sampai jumpa Hyung…”

“Selamat tinggal…”

Setelah mobil itu melangkah menjauhi Busan, Mingyu dengan segera berlari ke rumah Jihoon. Saat dia masuk ke dalam kamar itu, terlihat Jihoon yang masih berbaring meskipun sudah membuka matanya.

“Jihoon hyung…”

“Ya?”

“Seungcheol hyung sudah kembali ke Daegu.”

“…”

“Siapa Seungcheol hyung?” tanya Jihoon perlahan dan Mingyu tersentak. Namun Mingyu menghela napas panjang. Mungkin cukup dia dan Seungcheol saja yang tau.

“Tidak… lupakan saja.” dan dia menyadari bahwa Jihoon kehilangan ingatannya setelah mengalami demam tinggi.

 

Musim panas yang sudah berakhir menjadi musim gugur. Mingyu pergi ke rumah kakek Seungcheol dan kakeknya tersenyum melihat Mingyu. Dia datang untuk mendengarkan bagaimana kabar Seungcheol setelah dia sampai ke Daegu. Kakeknya tersenyum pahit dan Mingyu terkejut bercampur dengan kecewa mendengarkan ceritanya.

 

Seungcheol tidak mau datang ke Busan lagi. Setelah kejadian itu, dia takut kepada anjing dan melupakan apa yang sudah dia lakukan di Busan. Dia tidak pernah bercerita kepada orang tuanya bagaimana liburannya di Busan dan sepertinya dia melupakan kalian berdua. Aku tau kalian pasti akan terkejut mendengarnya, namun inilah yang terjadi. Maafkan aku yang tidak dapat membantu kalian dan terima kasih sudah pernah menjadi teman Seungcheol.

 

Mingyu berpikir dengan keras, seperti inikah yang terjadi kepada kedua sahabatnya dan hubungan mereka bertiga. Lalu dia harus bagaimana? Dia sudah membuat Seungcheol terluka dan sekarang takut dengan anjing dan menyimpan kenangan musim panas mereka sendiri.

Mingyu tersenyum pahit, tangannya masih memegang selembar foto yang diambil oleh ayah Mingyu pada saat mereka ke Taejongdae. Dia mencetak tiga lembar dan lembaran pertama sudah dia berikan ke ibu Jihoon, awalnya dia berniat mengirimkan foto itu untuk Seungcheol. Namun dia mengurungkan niatnya untuk mengirimkan foto itu.

 

“Seungcheol hyung…”

“Aku berjanji akan menjaga Jihoon untukmu dan akan menyembuhkanmu.”

Sejak hari itu Mingyu mengenal apa yang disebut dengan ketakutan dan mengambil langkahnya menjadi psikolog.

 

Flashback end.

 


 

Mingyu menceritakan apa yang dia tau ke Seungkwan dan kenyataan itu terlalu mengejutkan Seungkwan sebenarnya. Ada rasa lega dan gelisah menyelimuti dada Mingyu namun dia mencoba menempisnya.

“Pada akhirnya aku menjadi orang yang kejam karena membiarkan Jihoon seperti itu dan Seungcheol hilang begitu saja dari kehidupanku.”

Seungkwan menepuk wajah Mingyu dengan keras, “Kau bukan orang yang kejam Mingyu hyung… kau hanya tidak ingin memaksa Jihoon untuk mengingatnya dan hanya marah dengan Seungcheol…”

Pria berkulit tan itu tersenyum pahit, “Sepertinya kau benar.”

“Mingyu hyung… kau adalah hyung terbaik meskipun kau sedikit menyebalkan.”

“Seungkwan…” dan sahabat lebih mudanya itu mengusap surai rambut Mingyu.

“Kau sudah berusaha melewati ini sendirian.” potong Seungkwan.

Dan tangisan Mingyu pecah begitu saja, dia meraih tubuh Seungkwan yang lebih kecil darinya dan memeluknya erat. Seungkwan hanya menghela napas pendek dan terus mengusap kepala Mingyu.

“Kau tau? Sepertinya Jihoon hyung harus mengetahui hal ini.” Mingyu menganggukan kepalanya.

“Sepertinya ‘Seungcheol’ juga berada di dekat kita…” lanjut Seungkwan.

“Seungkwan-ah…”

“Sstt… menangis saja hingga kau siap mengatakan hal itu ke Jihoon…”

 

Rangkaian puzzle itu akan terbentuk perlahan-lahan karena bagian-bagian puzzle itu sudah ditemukan oleh mereka. Kenangan mereka bertiga kembali bermunculan dari tempat yang sama, Kota Busan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!