Jun's House

Heal Our Flashback

“Jun?” tanya Jihoon setelah sampai di tempat penampungan itu, lebih tepatnya rumah Jun. Dia sendiri berdiri di depan itu dengan pakaian serba gelap mulai dari kaus lengan pendek hingga sepatunya itu. Anak anjing yang di pungutnya pun diam berada di dalam kotak yang masih Jihoon angkat di tangannya.

“Kenapa?” tanyanya dan melihat Jihoon yang belum berniat masuk ke dalam rumahnya setelah dia membukakan pintunya.

“Kau yakin akan melanjutkan ini?”

Jun melihat ke bawah sekeliling kakinya terdapat anjing-anjing yang berdiri di sampingnya maupun di depan pintu rumahnya, “Maksudmu? Anjing-anjing ini?”

Jihoon mengangguk kemudian menjawab, “Bukankah ini sudah terlalu banyak.”

“Tiga Golden Retriever, empat Labrador Retriever, dua Pug, satu Chihuahua dan Beagle,” jawab Jun kemudian melanjutkan, “Aku tidak peduli tentang apa pun itu, Jihoon. Bagiku mereka sudah seperti teman hidupku sendiri.”

“Jadi kau sudah tidak menganggap Wonwoo sebagai temanmu lagi?” tanya Jihoon datar kemudian Jun tertawa kecil.

“Dia akan mengomel jika mendengar kau mengatakan hal itu,” balas Jun sambil mengingat teman satu rumahnya yang masih sibuk dengan pekerjaannya sebagai editor majalah.

Jihoon menghela napas pendek dan berjalan memasuki rumah itu, “Aku tidak tau apa yang kau pikirkan. Apakah kau akan membuat rumahmu seperti Dalmantian 101?”

“Bisa kubilang begitu,” Jawab Jun dengan senyum lebar dan berjalan menuju ke ruang tamu, di sana terdapat seekor Beagle yang duduk dengan tenang disana.

“Wonwoo pasti akan meninggalkan rumah ini jika hal itu terjadi,” gumam Jihoon pelan dan duduk di sofa. Dia meletakkan kotak itu di sampingnya.

“Aku hanya bercanda Jihoon,” kekeh Jun dan Jihoon tidak memberikan reaksi. Hanya wajah datar yang terlihat.

Jun segera mendekati kotak itu dan melihat anak anjing yang sedikit takut melihat orang asing itu, “Alaskan Malamute? Ayolah sayang, jangan takut kepadaku.”

Anak anjing itu pun di angkat Jun dan di lihat sekilas olehnya, “Dia tidak memiliki masalah apa pun dan sepertinya sudah di vaksin dua minggu yang lalu. Dia hanya perlu beradaptasi di sini sampai dirinya akan menjalani vaksin untuk usia 14 hingga 16 minggu.”

Jihoon menghela napas pelan, “Syukurlah dia termasuk tipe yang cepat beradaptasi.”

“Apakah kau tidak ingin menjaganya?” tanya Jun dan pria mungil itu menggelengkan kepalanya.

“Aku sudah memiliki banyak hal yang perlu di urus dan Tein sendiri sudah cukup merepotkan kau tau,” gumam Jihoon. Namun sepertinya tidak dengan anak anjing itu, dia terus merengek di gendongan Jun.

“Ada apa sayang?” tanyanya sambil mengusap pelan kepalanya. Anjing itu tidak berhenti dan akhirnya Jun meletakkan makhluk itu di sofa.

Dengan perlahan, dia berjalan mendekati pria mungil itu, duduk disampingnya dan Jihoon tersenyum melihatnya. Sesekali dia mengusap pelan bulunya yang masih wangi setelah Jihoon mandikan kemarin.

“Kau menawan kalau begitu,” gumam Jun pelan.

“Eh?”

“Kenapa kau tidak tersenyum seperti itu setiap hari?”

Tatapan mata Jihoon tertuju kepada makhluk yang lebih mungil darinya itu, “Aku hanya tidak mau.”

Tidak bisa.

“… baiklah, dan tentang anjing ini, apakah kau tidak mau membawanya pulang?”

“Aku tidak menginginkannya.”

“Tapi sepertinya dia sangat menyukaimu.”

Helaan napas meluncur di mulut Jihoon, “Aku tidak bisa.”

“Baiklah, aku akan menjaganya dulu. Jika ada masalah aku akan meneleponmu,” gumam Jun kemudian pria itu mengangguk kecil tanda setuju.

“Aku harus kembali,” pamit Jihoon dan Jun mengantarnya ke depan rumahnya.

“Berhati-hatilah,” gumam Jun sebelum Jihoon berjalan menjauh dari rumahnya.

 


 

“Seungcheol hyung,” panggil Chan setelah mengetuk pintu kamarnya.

“Ya Chan-ah?” tanya Seungcheol dan Chan masuk kemudian duduk di samping tempat tidurnya. Sedangkan Seungcheol sendiri sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.

“Besok adalah hasil ujianku.”

“Lalu?”

“Jika aku berhasil, bisakah aku mengadopsi anak anjing besok? Setelah aku pulang sekolah,” mata Seungcheol membelalak melihat sepupunya itu dengan pandangan tidak percaya. Dia sangat menyayangi sepupunya itu, sangat. Tetapi ketakutannya kepada anjing belum sembuh dan dia akan segera berurusan dengan makhluk itu.

“Chan-ah.”

“Ada apa hyung?” tanya Chan polos. Seungcheol melihatnya dengan tatapan yang tidak dapat di artikan, keraguan lah yang paling dapat terbaca. Seungcheol sendiri tau kalau Chan sudah belajar dengan giat untuk ujian kali ini demi memelihara makhluk berkaki empat itu dan siapa pikir kalau Seungcheol akan menikmati hari damainya hingga hari ini atau seterusnya.

“Ah, tidak. Kalau begitu sesuai dengan yang kita janjikan sejak awal, jika nilaimu berada di peringkat paling atas aku akan mengijinkanmu oke?”

Chan dengan semangat berlari keluar dari kamar Seungcheol dan berlari mendekati ibu Seungcheol, “Ajhumma! Jika besok nilaiku mendapatkan peringkat paling atas bisakah aku memelihara anak anjing?”

Ibu Seungcheol tersenyum melihat keponakan satu-satunya itu, “Ajhumma setuju-setuju saja, dan kebetulan ajusshi-mu sangat menyukai anjing.”

“Benarkah? Baiklah,” gumam Chan semangat.

“Bagaimana dengan makanan, tempat tidurnya, kotak toiletnya dan yang lainnya?” tanya Chan pelan dan perempuan itu tersenyum.

“Beli saja setelah kau mengadopsinya,” jawab ibu Seungcheol dan Chan tersenyum melihat ajhumma-nya itu.

“Terima kasih ajhumma,”

“Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Seungcheol?” tanya ibunya dan Chan menjawab, “Hyung menyetujui jika nilaiku paling teratas untuk ujian kali ini.”

Ibunya kemudian mengerti, “Begitukah? Baguslah jika Seungcheol mau menerimanya.”

 


 

Di sore hari itu, Tein duduk dengan diam, melihat majikannya dan temannya itu saling menatap mata satu sama lain. Pada saat sore hari itu terlihat cukup ramai, banyak anak-anak yang bermain dengan riang hingga ibu-ibu yang sedang berbincang santai atau lebih tepatnya menggosip.

“Kau siap Chan?”

“Tentu saja,” jawab Chan mantap dan dengan perlahan dia membuka selembaran kertas yang terlipat dua. Di dalamnya terdapat nilai-nilai atau pun pesan dari gurunya.

Peringkat ke-1 dari 44 siswa.

“Hyung,” gumam Chan pelan dan Jihoon mengangguk mengerti. Pria itu hanya memberi ucapan singkat, “Selamat, kau berhasil Lee Chan.”

Chan kemudian memeluk Jihoon, “Aku berhasil Jihoon hyung!”

Pria mungil itu hanya diam, senyuman kecil terukir di wajahnya dan Tein sendiri sudah kegirangan melihat reaksi Chan. Pria kecil itu kemudian melepas pelukannya dan menatap Tein, “Aku berhasil!”

Tein hanya dapat mengonggong dengan keras kemudian mengibaskan ekornya. Jihoon tertawa melihat reaksinya dan mengusap pelan kepalanya.

“Apakah kau sudah memilih?”

“Memilih?”

“Anjing maksudku,” gumam Jihoon pelan dan Chan mengangguk tanda mengerti.

“Bagaimana menurutmu hyung?”

Golden Retriever?

“Yang lain?”

“Sebentar, aku akan menelepon kenalanku yang memiliki anjing,” dan Jihoon menekan beberapa tombol diatas smartphone-nya dan terhubung.

“Jun,” panggil Jihoon dan melepas maskernya.

“Ada apa?”

“Aku memerlukan saran untuk anjing yang dapat di pelihara oleh anak beumur sepuluh tahun.”

Golden Retriever?”

“Selain itu,” gumam Jihoon pelan.

“Apakah seseorang mau mengadopsi anjing?”

“Begitulah.”

Jun mendehem sekilas dari seberang sana, “Jika dia mau, dia dapat mengadopsi anjing di rumahku.”

“Tentang Dalmantian itu―”

“Aku hanya bercanda Jihoon,” terdengar suara Jun tertawa dengan keras.

“Kalau begitu baiklah. Bagaimana dengan keadaan anak anjing itu?” tanya Jihoon dan Jun membalasnya, “Dia menangis terus-menerus semenjak kau pulang Jihoon-ah. Sepertinya dia ingin kembali kepadamu.”

“Benarkah? Kalau begitu aku akan menjemputnya dan memeliharanya saja,” jawab Jihoon pelan.

“Apakah aku juga bisa membawa kenalanku ke rumahmu juga?”

“Tentu saja, Jihoon,”  dan Jihoon tersenyum kecil mendengarnya.

“Terima kasih, Jun.” kemudian Jihoon memutuskan panggilan itu. Chan menatap Jihoon dengan tatapan yang penuh dengan pengharapan, “Bagaimana hyung?”

“Apakah kau mau ikut ke rumah temanku setelah ini?” tanya Jihoon dan Chan menatapnya dengan heran.

“Untuk apa?”

“Dia memiliki banyak anjing untuk di adopsi, selain itu dia juga yang mengatakannya jika kau mau kau boleh datang,” jelas Jihoon dan Chan mengangguk.

“Chan? Jihoon?” panggil Seungcheol tidak jauh dari depan mereka.

Dengan cepat Chan berlari ke arah Seungcheol dan memamerkan hasil ujiannya kali ini. Seungcheol memproses itu sekilas dan matanya membelalak. Chan sendiri sudah siap dengan janjinya itu, “Bagaimana hyung?”

“Baiklah…”

Yes!”

“Ngomong-ngomong, bisakah kita melihat anjing? Jihoon hyung bilang kalau temannya memiliki banyak anjing untuk di adopsi,” gumam pria kecil itu dan Seungcheol menanyakan, “Sekarang?”

“Tentu saja.” dengan anggukan pelan Seungcheol menyetujuinya.

“Kalau begitu sunbae, aku akan mengambil mobilku dulu dari rumah. Mungkin sekitar sepuluh menit,” tawar Jihoon dan Seungcheol menggelengkan kepalanya.

“Tidak perlu. Lagi pula aku membawa mobil,” tolak Seungcheol dan Chan mengangguk.

“Bagaimana dengannya?” tanya Jihoon sambil melirik Tein.

“… kalau begitu, bawalah dia pulang sebentar.”

“Tunggu aku sebentar Chan,” pamit Jihoon. Tidak sampai sepuluh menit Jihoon kembali ke sana dan kemudian mereka bertiga menaiki mobil Seungcheol. Dimana sebelah Seungcheol yang adalah pengendara biasanya Chan maka kali ini Jihoon yang mendudukinya. Chan sendiri tidak keberatan karena Jihoon adalah pembawa jalan ke rumah Jun.

Lima belas menit kemudian mereka sampai di sana, rumah Jun. Jihoon keluar dan disusul oleh Seungcheol lalu Chan. Pria mungil itu menekan tombol bel, menunggu dan kemudian melihat sang pemilik rumah muncul. Seungcheol sendiri sudah membeku mendengar gonggongan anjing itu dan dia memilih untuk diam. Ini semua demi adik sepupunya itu dan Seungcheol rela melakukannya.

“Hei Jihoon,” sapa Jun.

“Hai.”

Jun kemudian melirik ke Seungcheol maupun Chan dan senyuman khas miliknya tercipta, “Masuklah.”

Dengan perlahan Chan dan Seungcheol berjalan di belakang Jihoon hingga di ruang tamu terdapat seluruh anjing-anjing itu. Chan segera berjalan menyamakan langkah di samping Jun dan Seungcheol maupun Jihoon di belakang mereka.

“Sentulah,” perintah Jun dan Chan mencoba menyentuh sesosok Golden Retriever itu.

“Menakjubkan,” seru Chan.

“Sunbae? Kau tidak apa-apa?” tanya Jihoon setelah melihat Seungcheol yang berada di sampingnya mengeluarkan keringat dingin dan membeku.

Seungcheol kemudian menatap Jihoon, penuh pertolongan dan mengangguk. Hingga anak anjing itu berada di bawah kaki Jihoon tanpa di sadari. Selain itu ada Chihuahua maupun Beagle di bawah kaki Seungcheol.

“Jihoon?”

“Ya?” kemudian Seungcheol melihat ke bawah kakinya, sudah ada Beagle yang mengendus kakinya.

“Seungcheol sunbae!” pekik Jihoon terkejut dan melepaskan masker yang menutup hidungnya karena flu yang di alaminya.

Cynophobia itu merepotkan siapa pun itu.

 


Astaga chapter apa yang ku ketik ini :")

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!