Friendship and Love
Heal Our FlashbackMereka semua makan dengan diam, tidak ada pembicaraan yang terdengar terkecuali suara bisikan yang membahas tentang pesona seorang Kim Mingyu dan mahasiswa populer seperti Seungcheol dan Jisoo yang berada di meja itu. Jihoon tidak nyaman dengan keadaannya saat ini terlebih banyak yang belum mengetahui hubungannya dengan Mingyu.
“Mingyu,” panggil pria mungil itu dan semuanya berhenti dengan aktivitas mereka sendiri lalu menatap Jihoon.
“Ya Jihoon hyung?” Jisoo dan Jeonghan menatap mereka dengan tatapan tidak percaya.
“Kalian saling mengenal?” mereka berdua menganggukan kepalanya.
Jihoon mencoba untuk menjelaskannya, “Mingyu adalah―”
“Calon tunangan Jihoon hyung,” pria mungil itu membelalakkan kedua bola matanya.
Apa yang sedang kau rencanakan Kim Mingyu?
Jihoon dengan cepat mencoba untuk meralatnya, “Tidak, dia hanya teman masa kecilku dan tinggal bertiga di apartment dengan temanku satu lagi.”
“Oh,” reaksi Jisoo dan Jeonghan singkat setelah Mingyu mencoba untuk mengerjai mereka. Namun Seungcheol terlihat kesal saat itu juga, dan kedua sahabatnya menyadari hal itu.
“Mingyu-ya, aku harus pergi dulu. Bilang ke Seungkwan aku akan kembali sedikit malam hari ini oke?” Jihoon membereskan makan siangnya itu dengan cepat. Seungcheol mendengus kesal karena kesempatannya untuk berbicara dengan Jihoon terbuang begitu saja.
“Jadi apa yang membuatmu datang jauh-jauh ke Seoul?” pertanyaan mendadak itu diberikan oleh Jisoo. Mingyu menerawang sekilas lalu menjawabnya, “Aku ingin menemui sahabatku dan menolongnya.”
“Bukan tentang cinta?” dia menggelengkan kepalanya, “Lebih tepatnya mengatasi rasa takutnya.”
Jeonghan menatap jam dinding di kantin itu dan kemudian menepuk pundak Jisoo pelan, “Jisoo-ah, mata pelajaran berikutnya sudah mau dimulai.”
Jisoo kemudian beranjak dari tempat duduknya dengan Jeonghan, “Seungcheol, Mingyu, kami harus pergi sekarang. Sampai jumpa.”
Seungcheol membuka mulutnya saat kedua sahabatnya telah pergi, “Kenapa kau suka mempermainkan Jihoon?”
“Hm? Kenapa tatapan sunbae sangat tajam?” tanya Mingyu dengan Seungcheol yang menatapnya dengan tajam.
“Tidak… itu hanya menurutmu saja,” Seungcheol masih saja menatapnya tajam dan Mingyu kemudian berdiri.
“Aku harus pergi dulu sunbae,” pamitnya, “Jika kau sangat tertarik dengan Jihoon hyung, kenapa kau tidak menjadikannya milikmu sekarang?”
Mingyu pergi meninggalkannya sendiri dan Seungcheol menghela napas, “Aku juga sedang mencobanya.”
Jihoon merebahkan badannya di sofa empuk itu dan anak-anak anjing itu mencoba untuk duduk di atas pangkuan pria mungil itu. Shih-Tzu berwarna hitam itu duduk dengan nyaman di atas kedua paha Jihoon. Wonwoo membawa secangkir teh hangat untuknya dan mendudukkan badannya di samping Jihoon.
“Tumben sekali kau libur,” gumam Jihoon sambil mengusap bulu anak anjing itu.
“Aku sedang mengambil cuti dan pada akhirnya aku berakhir di rumah dengan pekerjaan ibu rumah tangga,” Jihoon terkekeh pelan mendengarnya, dia sangat tau bertapa sibuknya Jun dengan anjing-anjingnya yang membuat Wonwoo harus berakhir mengurus rumah ini.
“Kenapa kau datang ke sini? Dan bukankah biasanya kau akan membawa anjing-anjing baru untuk Jun?” Jihoon menggelengkan kepalanya, “Kakiku sedikit terkilir dua hari lalu dan sepertinya aku tidak dapat melakukannya hari ini.”
“Hm? Begitukah? Semoga cepat sembuh Jihoon.”
Percakapan itu terhenti ketika bel berbunyi dengan nyaring, Wonwoo beranjak dan membuka pintu rumah itu. Dia menatap pria dengan anak berumur sepuluh tahun di sebelahnya. Anak anjing itu menggonggong dengan semangat.
“Sepertinya aku tau kalian ingin mencari siapa,” gumam Wonwoo dan dia tersenyum, “Masuklah.”
“Jun-ah,” panggil Wonwoo dan mendapatkan balasan, “Apa chagi?”
“Aku akan membunuhmu jika kau mengatakan itu lagi. Ngomong-ngomong aku bukan kekasihmu,” jawab Wonwoo kesal.
“Kau adalah calon kekasihku Wonwoo-ya,” dan ekspresi Wonwoo sudah benar-benar mau membunuhnya sekarang.
“Kau mendapatkan pasien,” jawabnya singkat dan mengalihkan pembicaraan itu. Wonwoo membawa mereka menuju ke ruangan Jun yang berada di dekat pintu masuk.
“Ada yang bisa ku bantu?” dan Jun melihat sosok yang pernah datang ke sini.
“Ah kau teman Jihoon bukan? Bukankah Jihoon sedang berada di sini,” ucap Jun dan Seungcheol bertanya-tanya, “Benarkah?”
“Dia sedang berada di ruang tamu,” celetuk Wonwoo yang berdiri di depan pintu. Jun tersenyum dan kemudian melihat Eun yang duduk dengan sedikit takut.
“Wah bagus, kalian ingat dia harus divaksin sekarang,” gumam Jun dan mengecek kondisi Eun dengan hati-hati, “Harus ada pemiliknya di samping Eun.”
“Seungcheol hyung,” panggil Chan.
“Kau pergi mencari Jihoon hyung saja,” sepupunya itu mengangguk mengerti dan Wonwoo mengarahkan di mana Jihoon dengan jari telunjuknya.
“Jihoon?” panggilnya namun anak-anak anjing dengan polosnya itu berlari mendekati Seungcheol. Jihoon membelalakkan kedua matanya, “Seungcheol hyung? Kenapa kau bisa berada di sini?”
“Aku membawa Eun untuk divaksin, bukankah kau yang mengatakan hal itu saat kami mengadopsinya,” pria mungil itu berpikir sekilas dan mengangguk tanda mengerti.
“Dan kenapa hari ini kau ke sini?” Jihoon tersenyum kecil mendengarnya.
“Hanya berniat untuk menghabiskan waktuku saja,” Seungcheol berjalan, menempatkan dirinya di sebelah Jihoon. Kedua bahu mereka bersentuhan dan itu membuat Jihoon merasakan ada yang tidak beres dengannya.
Seungcheol membuka pembicaraan, “Bagaimana dengan keadaan kakimu?”
“Kakiku sudah baikan, terima kasih untuk yang kemarin.”
“Aku yang harus berterima kasih Jihoon-ah,” mereka berdua terdiam lagi hingga Seungcheol menanyakan apa yang mengganjal di dalam dirinya seharian ini.
“Kau kekasihnya Kim Mingyu?”
Wajah Jihoon memerah namun dia dengan segera menggelengkan kepalanya, “Dia hanya teman masa kecilku saja dan orang tua kami memutuskan agar kami tinggal bersama di Seoul untuk kuliah nanti.”
“Termasuk Seungkwan?”
“Iya…”
Jihoon tidak mengerti kenapa wajahnya dapat semerah merona itu hanya karena pertanyaan mengenai hubungan romantis yang bahkan tidak pernah dimiliki olehnya. Jihoon tidak tau apa yang disebut dengan hubungan-hubungan yang mengarah ke percintaan namun Jihoon sudah memiliki ciuman pertamanya.
Wonwoo berjalan di depan mereka dan tersenyum, “Jihoon, ikut aku sebentar.”
Jihoon beranjak dari sana dan anak anjing yang berada di pangkuan Jihoon itu berpindah ke pangkuan Seungcheol. Wonwoo berjalan ke arah dapur dan mengambil beberapa potongan kue maupun menyeduh teh. Wonwoo melakukan itu seperti apa yang sudah biasa dilakukan olehnya.
“Jihoon?”
“Hm?”
“Kau yakin dia bukan kekasihmu?” Jihoon menggelengkan kepalanya.
“Kalian berdua cocok.”
“Lalu bagaimana dengan Jun?” tanya Jihoon dan Wonwoo menggelengkan kepalanya.
“Aku akan bunuh diri jika aku memiliki hubungan yang romantis dengannya,” Jihoon tertawa mendengarnya, “Kalian juga cocok menurutku.”
“Aku? Dengan maniak anjing itu? Tidak terima kasih.”
“Aku mendengarnya,” sahut Jun dari belakang dan Wonwoo memutar badannya.
“Kenapa kau berada di sini?” tanya Wonwoo dan Jun terkekeh pelan, “Jadi apa alasanmu kita serumah?”
Wonwoo benar-benar ingin membunuhnya, “Bukankah kita membagi dua agar keuangan kita lebih ringan?”
“Oke, aku pergi dulu. Kalian bertengkar seperti sepasang suami istri,” pamit Jihoon sambil membawa nampan kayu yang berisi teh dan potongan kue.
“Chan, kau mau kue?” tawar Jihoon saat meletakkan apa yang sudah dibawanya. Tipikal anak kecil, matanya berbinar-binar melihat kue, “Aku mau…”
“Kenapa sampai repot-repot begini Jihoon-ah,” Jihoon tersenyum mendengarnya.
“Aku yang berniat menawarkan kalian,” gumam Wonwoo dan Jun berada di belakangnya. Chan mengambil sepotong kue itu dan menyuapi Jihoon, “Terima kasih Chan.”
“Aku juga mau disuap.”
“Kau sangat menggelikan Jun…”
“Ah ya Chan? Ayo ke ruanganku sebentar aku harus memberitahu tentang Eun kepadamu,” dan mereka bertiga kembali ke ruangan itu, meninggalkan Seungcheol dan Jihoon berdua.
Jihoon dan Seungcheol menatap sekilas, terdapat noda krim di sekitar mulut Jihoon dan Seungcheol menggunakan ibu jarinya untuk membersihkannya.
“Manis,” gumam Seungcheol pelan setelah mencoba menyicipi krim itu. Jihoon hanya diam dan menatap kelakuan Seungcheol yang membuatnya berdebar-debar.
“Kau akan pulang sendirian?”
“Aku akan dijemput oleh Mingyu dan Seungkwan,” telinga Seungcheol sedikit panas.
Seungcheol beranjak dan mengulurkan tangannya setelah menurunkan anak anjing itu, “Aku akan mengantarmu pulang.”
“Huh?”
“Aku yang akan mengantarmu pulang.”
“Itu akan merepotkanmu hyung…”
“Iya atau tidak?” pilihan yang membuat Jihoon sulit namun mulutnya mengatakan iya. Dia menerima uluran tangan Seungcheol dan kemudian berdiri.
“Jun-ssi? Apakah sudah selesai? Berapa yang harus kubayar untuk biaya vaksin?” tanya Seungcheol saat memasuki ruangan itu Jihoon dan Wonwoo berdiri di depan pintu itu.
“Ah ya sudah, kau tidak perlu membayarnya, sebagai dokter yang memberikanmu anjing ini, aku sudah cukup berterima kasih karena kau sudah bersedia merawatnya,” dan Seungcheol menganggukan kepalanya tanda berterima kasih.
“Jihoon kau pulang dengannya?” tanya Wonwoo dan Jihoon hanya menganggukan kepalanya.
“Ah, kalau begitu tolong jaga dia Seungcheol-ssi.”
Seungcheol tersenyum dan kemudian mereka bertiga dengan Eun memasuki mobilnya. Jun meletakan dagunya di pundak Wonwoo.
“Aku sangat iri dengan Seungcheol…”
“Jun hentikan mimpi-mimpi anehmu itu,” namun Wonwoo menyibakkan rambut Jun pelan.
Dan Jun hanya dapat tersenyum kecil.
update dulu sebelum nonton gayo ya hehe. btw kenapa crack? karna author suka crack hehe
Comments