Seungcheol's Memory

Heal Our Flashback

Jihoon hyung… jika ada sesuatu yang terjadi, maka kau harus menerimanya.

 

Aku hanya dapat membantu kalian sampai di sini.

 


 

Pria mungil itu tidak mengatakan sepatah kata apapun setiap kali dia melihat Seungcheol. Mulutnya terkunci rapat setiap kali melihat sahabat kecilnya itu, entah karena masa lalu mereka atau Jihoon yang terlalu malu untuk mencoba mendekati Seungcheol yang ia sukai. Jihoon juga cukup lelah karena perasaannya yang ingin diungkapkan olehnya, namun dia harus memendamnya lagi dan lagi.

Bagaimana jika seseorang yang ingin kau percaya dan ternyata tidak dapat kau percaya karena satu hal menghancurkan ‘mereka’?

Jihoon benci dipermainkan, namun takdir selalu mempermainkannya. Bagaimana dia dapat jatuh cinta kepada Seungcheol untuk kedua kalinya dengan jalan yang lain. Dia benar-benar lelah untuk hal seperti ini.

 


 

Malam pertama mereka di Tokyo dan Jihoon terduduk di tepi ranjang tidurnya, masih memikirkan pesan yang dikirimkan oleh Mingyu. Ada niat untuk mempertanyakan isi pesan Mingyu namun Jihoon malah mematikan smartphone itu. Dia memandangi Jeonghan yang sudah tertidur itu sekilas dan mengingat pernyataan pria itu kepada Seungcheol dan jawaban yang diberikan olehnya.

Jihoon memikirkan hal itu, memikirkan apa yang sudah dirasakan oleh Seungcheol.

 

Dia memilih untuk berjalan keluar dari kamar itu dan dengan perlahan pintu kamar itu ditutup olehnya. Setelah melewati lorong asrama yang sudah sepi itu, ia memandangi langit malam di Tokyo. Terlihat dengan jelas beberapa bintang yang bersinar meskipun banyak sekali gedung pencakar langit di ibukota Jepang itu.

Dengan perlahan, seseorang menepuk pundaknya dan itu mengejutkan pria mungil itu. Dia memutar kepalanya dan melihat pria jakung itu.

“Chanyeol― sunbae?”

“Hyung.” Ucapnya seolah-olah mengoreksi kalimat Jihoon.

“Ah, hyung... kenapa kau datang ke asrama ini?”

Chanyeol tersenyum kecil mendengarkan pertanyaan Jihoon, “Aku menemui kekasihku.”

“Um, kau memilikinya?” dan pria jakung itu melihat ke langit malam yang tidak berawan, “Aku memilikinya. Dia adalah orang yang ku kejar-kejar selama ini, meskipun dia memiliki sifat yang lebih cuek daripada aku, tapi setiap kali dia tersenyum dan bernyanyi dengan suara rendahnya itu membuatku selalu ingin bersamanya.”

Jihoon mengangguk mengerti dan Chanyeol bertanya, “Apakah kau juga memilikinya?”

“Tidak, aku tidak memilikinya.”

“Kenapa?”

“Karena bagiku itu terlalu rumit, terlalu banyak benang yang kusut di dalamnya hingga aku tidak tau bagaimana harus menyelesaikannya.”

Tentang Seungcheol.

Tentang masa kecil mereka bertiga.

Dan, bagaimana tentang perasaannya.

Pria itu lalu menepuk pundak Jihoon pelan, “Apakah kau tidak ingin menyelesaikannya?”

Jihoon menghela napas pelan, “Sebenarnya aku ingin.”

Dan mereka melihat bintang jatuh yang melintas di atas kepala mereka.

 

Semoga Seungcheol dengan cepat mengingatnya kembali.

 


 

Entah apa yang dapat membuat Jeonghan jengkel selain Jisoo yang selalu mencoba untuk mendekatinya terebih dahulu. Bukannya Jeonghan tidak menyukai itu, namun tidak menyangka bahwa seorang Jisoo dapat melakukan pendekatan lebih cepat dari yang ia kira. Pria kelahiran Amerika itu sedang duduk di sebelahnya dan mencoba mencerna dengan baik setiap kata yang diucapkan oleh dosen mereka.

Jeonghan terus saja menatapnya hingga Jisoo melirik ke arahnya, “Kenapa kau menatapku seperti itu?”

“Tidak, tidak apa-apa.” Elak Jeonghan dan Jisoo tersenyum kecil, “Apakah kau sedang penasaran?”

“Untuk apa?” dan Jisoo meraih tangan kirinya, menautkan tangan mereka dan membuat Jeonghan terkejut.

“Jisoo...”

“Bagaimana dengan keadaan Jihoon?” tanya Jisoo dan Jeonghan menggelengkan kedua kepalanya, “Dia sering tidur larut malam kulihat...”

“Kalau Seungcheol mengetahuinya dia pasti akan mendatangi Jihoon...”

“Kenapa kau menanyakan hal itu?”

“Apakah aku tidak boleh bertanya?”

Jeonghan memalingkan kedua wajahnya dan Jisoo mendekatkan kepalanya, “Bisakah kau tidak memalingkan wajahmu setiap kali kita bertemu?”

Jeonghan hanya diam tanpa memalingkan wajahnya dan ketika dosen itu menyelesaikan seluruh materi yang dibawakan olehnya dan terdengar suara mahasiswa dan mahasiswi yang meninggalkan ruangan itu. jeonghan memalingkan wajahnya dan berniat untuk meninggalkan kelas itu karena hanya tersisa mereka berdua di ruangan itu.

“Jisoo-ya...” Jeonghan memalingkan kepalanya dan sepertinya itu adalah pilihan yang salah untuknya.

Jisoo mencium bibirnya dan membuatnya membeku, tidak tau harus merespon apa. Melihat Jeonghan yang tidak merespon, dia melepaskan ciumannya, “Maaf... wajah memerahmu itu sangat lucu.”

Jeonghan merasakan wajahnya yang semakin panas itu namun Jisoo mengeratkan tautan tangan mereka, “Aku tidak tau apakah kau masih menyukai Seungcheol atau tidak, namun aku bisa memberikan apa yang mungkin sudah kau pernah pikirkan bersama dengan Seungcheol.”

Jeonghan menatap ke dalam matanya, ada rasa perhatian dan nyaman Jisoo berikan untuknya. Dan tatapan yang intens itu membuat Jisoo menghapus jarak di antara mereka lagi. Lumatan lembut dan hangat membuat Jeonghan menutup matanya., perlahan ia membalasnya.

 


 

Seungcheol tidak menyadari hari demi hari dilewati dengan kesibukannya selama berada di Tokyo, waktu berlalu begitu saja hingga ia tidak sadar bahwa mereka akan segera pergi ke Osaka untuk liburan, ia menghela napas, bahkan ini jauh lebih sulit untuk menemui Jihoon daripada selama mereka ada di Seoul. Seungcheol menggelengkan kepalanya ketika menyadari bahwa sudah hari kelima mereka berada di Tokyo namun tidak mendapati kabar pria mungil itu.

Seungcheol yang sedang duduk di kantin universitas itu hanya dapat mengaduk mi soba pesanannya dengan pelan. Pria tampan itu terlalu banyak melamun dan membuatnya tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sudah duduk di depannya.

“Seungcheol?” tanya pria jakung itu dan dia mengadahkan kepalanya, “Chanyeol hyung?”

Pria itu tertawa, “Kenapa kau melamun? Apakah belajar di sini sangat membosankan?”

“Tidak, sejujurnya materi yang diberikan di sini cukup menarik, hanya saja―”

“Seungcheol hyung?” panggil seseorang yang suaranya sangat familiar dan sangat dirindukan olehnya. Dia menolehkan badannya dan melihat Jihoon yang berdiri di belakangnya, “Ah... Hoon-ah.”

“Hai Jihoon.” sapa Chanyeol dan Jihoon tersenyum kecil, dia kemudian meletakkan nampan yang berisi makan siangnya itu di meja dan menatap Seungcheol, “Bolehkah aku duduk di sini?”

“T― tentu saja boleh.”

Dan Jihoon mengambil posisi duduk di sebelahnya, ia kemudian menatap Chanyeol, “Hyung... bagaimana dengan perkembangan lagumu?”

“Ah, aku sudah mengubah not-nya sesuai yang kau sarankan kemarin...”

“Lalu bagaimana dengan liriknya?” percakapan di antara mereka berdua terus saja mengalir dan membuat Seungcheol terdiam karena dia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Seungcheol ingin mengatakan untuk mencari topik lain namun sepertinya tidak bisa, Jihoon sudah benar-benar terlarut di dalam percakapan ini. Dengan perlahan Seungcheol mendekatkan lengannya ke lengan Jihoon.

Seungcheol menempelkannya dan membuat Jihoon menatapnya. Kulit mereka menempel dan tidak ada yang melepaskannya.

Chanyeol kemudian melihat pergelangan tangannya dan menyadari bahwa kelasnya sudah akan di mulai,”Aku pergi dulu, kelasku sudah mau mulai.”

Dan pria jakung itu meninggalkan mereka berdua, Jihoon mengalihkan pandangannya, “Um, Seungcheol hyung?”

Tangan Seungcheol meraih tangan mungil Jihoon dan mengenggamnya. Pria mungil itu terkejut dan semburat merah itu terlihat di wajahnya. Seungcheol menatapnya dengan intens, “Kau akrab sekali dengannya ya?”

“O― oh dia juga produser musik...”

“Benarkah?”

Pria mungil itu menganggukan kepalanya dan Seungcheol membuka mulutnya, “... aku cemburu.”

Dan mata Jihoon melebar ketika mendengarnya, apakah Seungcheol mengatakannya tanpa berpikir panjang. Pria tampan itu menatapnya dengan dalam, “Besok malam, keluar dari asrama-mu, aku ingin berbicara sebentar denganmu.”

Seungcheol melepaskan tautan tangan mereka dan meninggalkan Jihoon setelah mengusap kepalanya pelan.

 


 

Entah ada apa yang dipikiran Seungcheol saat menyadari bahwa dia telah bertindak di luar akal sehatnya.

 

Apakah Seungcheol sudah siap untuk menyatakan perasaannya?

 

Itu membuatnya pusing dan mau tidak mau ia harus menemui pria mungil itu malam ini meskipun entah ada apa yang akan diucapkan olehnya. Seungcheol menggelengkan kepalanya hingga ia menyadari bahwa ia belum membuka sepucuk surat yang sudah diberikan oleh Mingyu beberapa hari yang lalu.

 

“Aku memberikan ini kepadamu...” ucap Mingyu dan menyodorkan sebuah surat.

“Untuk apa?” tanya Seungcheol dan MIngyu hanya tersenyum kecil, “Kau sendiri akan tau nantinya...”

Pria itu menerima surat itu dan pria jakung itu tersenyum, “Tolong jaga Jihoon hyung selama kami tidak bersamanya.”

“Tentu saja aku akan menjaganya.”

 

Seungcheol membuka sepucuk surat itu dan melihat lembaran yang berada di dalamnya. Ada selembar foto yang menunjukan sosok dirinya, Mingyu dan JIhoon ketika masih kecil. Ingatan Seungcheol berputar kembali ke masa kecil mereka, dimana pertemuan mereka dimulai hingga dia yang diserang oleh sesosok anjing .

“Ah!” rintihnya ketika kenangan itu berputar di dalam benaknya. Ia terjatuh di lantai dan foto itu terjatuh di lantai dan memasuki bagian bawah tempat tidur.

“Hoon... Jihoon...”

Ia kemudian tidak sadarkan diri.

 

Jihoon berdiri di depan asrama-nya. Waktu menunjukan pukul sepuluh malam dan ia memilih untuk bersandar di dinding gedung itu dan melipat kedua kakinya.

 

Pada akhirnya kau tidak datang seperti yang dulu.

 


 

guys, akhirnya aku update FF ini juga tapi bolehkah aku minta feedbacknya? cerita ini udah mau tamat dan kujamin 1 chapter lagi habis. cuma bolehkah aku minta komen kalian? aku bener-bener butuh motivasi buat ngetik cerita ini aku bener-bener perlu untuk tamatin FF ini... karena kesibukanku kuliah kerja dan membuat FF ini berdebu selama setahun lebih dan gak ada feedback kalian membuatku ga termotivasi TTT and last, sorry for the super late update dan enjoy this fic, xoxo.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!