Jihoon's Story

Heal Our Flashback

Jihoon mengingatnya, dia mengingat semuanya. Tentang mimpi istana yang Seungcheol utarakan 10 tahun lalu. Tentang rekreasi mereka ke Taejongdae selama 10 tahun. Tentang apa yang membuatnya menjadi takut untuk percaya kepada orang lain dan petir. Dan apa yang membuatnya lupa tentang liburan musim panas 10 tahun yang lalu.

 


 

Flashback

Jihoon masih ingat saat mereka bertiga menikmati waktu mereka bersama. Dan pada hari itu mereka ke Taejongdae, mereka sedikit kesulitan saat berjalan di tebing-tebing itu karena langkah kaki mereka yang terbilang pendek. Ayah Mingyu hanya dapat tersenyum mendapati ketiga anak laki-laki itu kesulitan. Namun rasa kesulitan dan lelah yang mereka tempuh terbayarkan oleh pemandangan laut biru nan luas dan sinar matahari yang cerah membuat semuanya menjadi lebih indah.

Dan mereka bermain dan merasakan angin laut yang mencoba untuk menerbangkan mereka. Tidak lupa juga dengan foto yang diambil oleh ayah Mingyu dengan anjing golden retriever milik petugas di sana.

“Paman! Jangan lupa memberikan hasilnya kepadaku!” pinta Jihoon.

Seungcheol menganggukan kepalanya, “Aku juga!”

Tuan Kim hanya tersenyum mendengarnya dan berjanji akan memberikan foto itu kepada mereka.

Jihoon ingat saat Mingyu meninggalkan mereka karena ibunya yang datang ke festival itu. Malam itu tidak ada awan sama sekali dan bintang-bintang yang bersinar terang menemani bulan. Jihoon membawa Seungcheol ke tempat yang tidak dijangkau oleh orang-orang dan hanya mereka berdua di sana. Dan tidak ada juga penculik yang akan mencuri mereka.

Seungcheol menggengam tangan mungil Jihoon yang selembut bulu, sembari menunggu kembang api diluncurkan. Jihoon tersenyum, begitu pula dengan Seungcheol.

“3…”

“2…”

“1…”

“Aku akan kembali ke Daegu lusa nanti Jihoon-ah…” gumam Seungcheol dan Jihoon mengalihkan tatapannya dari kembang api yang meletup di langit.

“Baiklah…” gumam Jihoon dan mengeluarkan jari kelingkingnya, “Kembalilah secepat mungkin oke?”

Bisa dilihat Jihoon kecil sedang menahan tangisannya dan Seungcheol terkekeh pelan melihatnya, menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Jihoon, “Aku akan kembali secepat mungkin…”

Dan Jihoon tersenyum mendengarnya, “Kau sudah berjanji.”

“Bisakah kau datang ke tempat kita pertama kali bertemu? Aku akan menemuimu setelah menemui Mingyu…”

 “Ya tentu saja. Besok adalah hari terakhir kita dapat bertemu bukan?” jawab Jihoon dan Seungcheol mengusap kepalanya pelan.

“Tunggu aku ya.”

 

Jam menunjukkan hampir pukul enam sore. Menandakan bahwa Seungcheol akan pergi ke rumah Mingyu sebentar dan Jihoon sudah berada di sana. Jihoon sudah menunggu sahabatnya itu sebelum jam enam. Hampir pukul tujuh dan Seungcheol belum muncul di hadapannya. Jihoon sedikit khawatir dan melihat langit yang sudah gelap dan memunculkan tanda-tanda akan hujan.

Namun Jihoon tetap berdiri di bawah pohon itu, menunggu karena dia yakin Seungcheol akan datang muncul kehadapannya. Seungcheol tidak akan pernah melanggar janjinya. Hingga rintik-rintik hujan menjatuhi kepala Jihoon dan dia masih menunggu. Jihoon melihat jamnya dan waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

Jihoon melihat kilatan putih yang muncul sekilas dan kemudian hilang berkali-kali dan disusul dengan bunyi keras yang tidak enak didengar. Jihoon menutup matanya dan mecengkram lengan bajunya kuat. Dia yakin Seungcheol akan datang dan bertemu dengannya untuk terakhir kalinya.

Bunyi keras itu tidak berhenti menyerang telinganya dan itu membuatnya pusing ditambah dengan rintik hujan yang sudah membasahi tubuh dan wajahnya. Dia mencoba untuk bertahan di sana dan semakin lama rasa takut itu mengikis tenaganya untuk menunggu.

Hingga petir yang menggelegar dengan sangat keras dan cahaya kilat yang benar-benar jelas. Rasanya itu tidak jauh darinya dan dapat menyerangnya kapan pun. Jihoon berlari dan menangis, berharap dia akan baik-baik saja atau berharap ini hanyalah mimpi.

Jihoon sempat terjatuh dan melukai lututnya dan dia tidak peduli lagi.

“Pembohong…” gumamnya dan bunyi itu terdengar lagi. Jihoon dengan segera bangkit dan berlari hingga dia sampai ke rumahnya.

Jihoon mengetuk pintu rumahnya dengan sangat keras dan saat ibunya membuka pintu, Jihoon terjatuh begitu saja.

“Astaga Jihoon!”

 

Jihoon ingin melupakan semuanya.

Jihoon takut diberi kebohongan.

Jihoon takut dengan petir.

 

Dia tertidur dan merasakan panas tubuhnya yang dapat menghangatkan orang lain. Rasanya Jihoon berdiri diantara kenyataan dan mimpi. Dua ketakutan yang dialami oleh Jihoon pada waktu bersamaan membuatnya harus terbaring. Dia mengenal apa artinya berbohong dan petir, dia takut akan hal itu.

Jihoon mengernyitkan dahinya dan berucap, “Seungcheol…”

Dan Jihoon berharap tidak mengingat nama itu lagi.

Jihoon melupakan apa yang terjadi 10 tahun yang lalu di musim panas dan dia mengenal itu apa pistanthrophobia dan ketakutannya kepada petir.

 

Flashback end.

 


 

Jihoon terbangun, merasakan tubuhnya yang hangat dan melihat seseorang yang tertidur di sampingnya. Dan Jihoon kembali ke kenyataan bahwa dia mengingat Seungcheol. Jihoon masih mengingat sosok itu dengan jelas.

Sosok yang bertemu dengannya 10 tahun yang lalu sekarang berada di sampingnya.

Namun Seungcheol melupakannya maupun Mingyu. Dia tidak mengingat apa pun dan memulai dari awal dengan Jihoon yang tidak percaya dengan orang lain. Sejujurnya jika Jihoon memikirkan hal itu, itu hanya menjadi hal yang sia-sia karena Seungcheol seolah-olah menjadi orang yang dapat menyembuhkan ketakutannya padahal sosok itu yang membuatnya takut setengah mati.

Seungcheol tidur di ranjangnya yang berada di sebelah ranjang Jihoon. Ada beribu-ribu pertanyaan yang ingin Jihoon ajukan ke Seungcheol. Dan hal yang paling penting adalah kenapa dia berbohong kepada Jihoon saat itu.

Pria mungil itu mencoba mengulurkan tangannya untuk sekedar mengusap Seungcheol namun dia menarik kembali tangannya karena rasa kecewa dan marah menyelimuti hatinya. Jika Jihoon ingat kapan dia terakhir kali menangis, mungkin adalah hari ini. Hari dimana dia ingat siapa sumber ketakutannya dan nyeri di dadanya muncul begitu saja.

Jihoon ingin sekali Seungcheol menatapnya seperti dulu dan sepertinya itu tidak mungkin. Dia menyeka  air matanya pelan dan dia meningat Mingyu. Dia mengepalkan tangannya karena Mingyu sudah membohonginya, Mingyu mengetahui apa yang terjadi kepadanya selama 10 tahun tanpa berniat untuk membiarkan sosok mungil itu mengetahuinya. Dan Mingyu berbohong saat Jihoon menanyakannya.

Bagaimana rasanya jika kau dibohongi oleh kedua sahabatmu? Menyakitkan bukan?

Jihoon mencoba untuk bangkit meskipun kepalanya masih terlalu berat untuk bergerak. Dan dia mencoba untuk melangkah keluar dari kamar itu, mencari Mingyu untuk mengetahui kenyataan yang dia miliki. Jihoon melangkah dan belum beberapa langkah dia sudah terjatuh.

Seungcheol refleks terbangun dan melihat Jihoon yang mengusap daerah yang sakit, “Jihoon?”

“Aku harus pergi…” dan Jihoon mencoba untuk bangkit kembali.

Seungcheol meraih lengannya dan melingkarkan lengannya di pinggang Jihoon, “Kau masih sakit JIhoon-ah…”

Seungcheol membawa pria mungil itu kembali ke ranjangnya dan memberikannya konpres, “Kau harus sehat dulu oke?”

 

Kau tidak datang saat aku sakit… saat saat dimana aku memilih untuk mengingat ‘kita’ atau melupakan semuanya.

 

“Kau bodoh…” hanya ucapan itu yang keluar dari mulut Jihoon. Seungcheol mengusap surainya perlahan dan Jihoon menyukainya sekaligus membencinya.

“Kau harus sehat dulu agar dapat berpikir jernih.” gumamnya dan memberinya kecupan singkat tepat di dahi. Jihoon bepikir bahwa tidak ada salahnya dengan kalimat Seungcheol itu dan dia lebih memilih untuk tidur.

“Aku harus mencari Kim Mingyu setelah aku sembuh nanti…”

 

Jihoon dan Mingyu melengkapi satu sama lain untuk memecahkan apa yang terjadi pada masa lalu mereka. Namun hanya Seungcheol yang dapat menentukan apa yang menjadi cerita akhir mereka. Dan sosok itu juga yang dapat menyelesaikan salah paham itu.

Namun entah hingga kapan Seungcheol dapat mengingat dimana pertemuan pertamanya dengan Jihoon.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!