Hostel

Heal Our Flashback

Pantai Haeundae sangat ramai saat siang harinya dan semua orang di dalam mobil itu menatap pemandangan itu dengan takjub. Jihoon hanya dapat tersenyum melihat birunya laut itu mengingat dia cukup merindukan kampung halamannya. Dapat terdengar suara Chan yang bersemangat dengan suara dengkuran Seungkwan yang tertidur di pundak Mingyu dan Jisoo maupun Jeonghan yang sibuk mengunyah snack.

“Apakah masih lama sampai ke rumahmu?” tanya Seungcheol dengan matanya yang masih fokus dengan jalan raya di depannya. Jihoon yang duduk di sebelah pengemudi membalasnya, “15 menit lagi akan sampai.”

“Dari mana kau mendapatkan mobil van ini, Seungcheol hyung?” tanya Jihoon dan Seungcheol memalingkan wajahnya, “Ini milik keluargaku dan kami jarang memakainya.”

“Jihoon-ah,” panggil Jeonghan dan Jihoon memutar badannya, “Ya?”

“Apakah kau bisa membuka radio sebentar?” tanyanya dan Jihoon dengan cepat mencoba menekan tombol radio namun Seungcheol menekan tombol itu duluan hingga kedua jari mereka bersentuhan. Jihoon menarik mundur tangannya dan mencoba menghindari lirikan-lirikan kecil Seungcheol. Jeonghan hanya dapat memutar matanya dan Jisoo sendiri tersenyum melihat tingkah Jeonghan.

Alunan melodi lembut keluar dari speaker mobil itu dengan suara lembut seorang wanita dengan pria yang bernyanyi setelahnya. Jihoon mengetahui lagu ini, tentu saja karena lagu ini menggambarkan ketidakjelasan dan akhirnya wajah Jihoon memerah ketika mencermati bait-bait lirik lagu itu. Namun sepertinya tidak hanya Jihoon yang seperti itu, Jeonghan dengan Seungcheol sendiri benar-benar terdiam mendengar lagu itu.

 

These days, it feels like you’re mine, it seems like you’re mine but not
It feels like I’m yours, it seems like I’m yours but not
What are we? I’m confused, don’t be aloof
It feels like we’re lovers, it seems like we’re lovers but not
Whenever you see me, you act so vague to me
These days, I hate hearing that I’m just like a friend

 

“Seungcheol hyung, belok ke kiri dan kau langsung akan menemukan rumah penginapan,” Jihoon mengarahkan dengan jari telunjuknya.

Rumah yang sekaligus menjadi penginapan itu seperti lodge di tepi pantai namun bangunannya terbuat dari bebatuan dan memiliki ornamen kayu. Tidak terlalu besar namun dari penampilannya bangunan itu terawat dengan baik dan menghadap langsung ke laut.

Tidak lama kemudian mereka sampai dan Jihoon turun dan memasuki rumahnya, “Eomma… aku pulang.”

Di belakangnya sudah terdapat semua orang termasuk Tein maupun Eun yang berada di gendongan Chan. Dengan cepat seorang perempuan turun dari lantai dua rumah itu, “Jihoon? Kau sudah datang?”

Jihoon tersenyum melihat ibunya yang datang menghampirinya dan kemudian memeluknya. Jihoon membalikkan badannya, “Selain Mingyu dan Seungkwan ada tiga sunbaeku dari universitas dengan adiknya.”

Ibunya tersenyum melihatnya, “Senang mengenal kalian semua, terima kasih sudah menjaga Jihoon. Ngomong-ngomong kalian berjumlah 7 orang akan kusiapkan kamar dengan jumlah yang sama.”

“Eomma… aku hanya akan tidur di kamarku,” ibunya tidak setuju, “Ayolah… eomma hanya ingin kau bersenang-senang dengan teman-temanmu.”

Jihoon menghela napas pendek, “Baiklah… tapi apakah kamar hostel kita cukup?”

“Ah… eomma lupa kalau hanya tersisa kamar untuk lima orang dan untuk dua orang.”

“Kalau begitu aku dan Jeonghan sekamar saja,” gumam Jisoo mendadak dan Jeonghan menatapnya tidak percaya.

“Tidak masalah bukan Jeonghan-ah?” dan Jeonghan terdiam.

“Kalau begitu, baiklah. Jihoon… tolong antarkan mereka,” Jihoon kemudian menaiki tangga menuju ke kamar yang sudah diberitahukan oleh ibunya.

“Dan untuk Jisoo hyung dan Jeonghan hyung,” Jihoon menunjuk kamar itu.

Jihoon berjalan menuju ke kamarnya dan melihat mereka yang sibuk membagi tempat tidurnya. Ada tempat tidur yang berukuran queen size, satu tempat tidur single dan tempat tidur lainnya yang bertingkat.

Seungcheol dan Chan mendudukkan tubuh mereka di tempat tidur berukuran queen size itu, sedangkan Mingyu dan Seungkwan masih memilih dimana mereka akan tidur di tempat tidur bertingkat itu dan single bed untuk Jihoon. Tein dan Eun sudah berada di ruangan lain khusus hewan peliharaan tamu.

“Jihoon…” panggil Seungcheol.

“Ya?” pria mungil itu menatapnya.

“Kau ikut dalam pertukaran pelajar ke Jepang bukan?” dan Jihoon menganggukan kepalanya. Seungkwan melebarkan kedua matanya, “Kenapa kau tidak memberitahuku Jihoon hyung?”

“Aku baru saja mendapatkan informasi itu dan Mingyu, apakah kau ikut?” pria berkulit tan itu menggelengkan kepalanya.

“Berarti hanya aku, Jihoon, Jisoo, Jeonghan dan Soonyoung yang mengikuti program itu,” ucap Seungcheol dan Mingyu membalasnya, “Aku menolak untuk mengikuti pertukaran pelajar itu.”

“Kenapa?” tanya Seungkwan.

“Tidak mungkin aku meninggalkanmu sendiri bukan?”

“Bukankah kau lebih baik mengikuti program itu, ayolah aku tidak apa-apa,” pinta Seungkwan dan Mingyu melirik sekilas ke Jihoon dan Seungcheol.

“Tidak… lebih baik aku bersamamu.”

Seungkwan menatap keseriusan di mata Mingyu dan memilih untuk diam dan menundukkan kepalanya, “Aku mengerti.”

“Jika kalian sudah membereskan barang kalian dan mau bermain di pantai silahkan,” ucap Jihoon dan Chan bersemangat.

“Aku mau ke pantai!”

“Seungkwan,” panggil Mingyu dan dia mendongakkan kepalanya, “Kau tidak mau ke pantai? Bukankah kau pasti merindukan pantai.”

Pria itu tersenyum dan berdiri di samping Mingyu, Chan sendiri sudah bersiap-siap ke pantai.

“Kalian pergilah, tubuhku masih lelah sehabis mengendarai mobil selama empat jam,” gumam Seungcheol dan merebahkan badannya di tempat tidur itu.

“Dan Chan, jangan nakal dan ikuti omongan mereka,” pesan Seungcheol dan mencoba untuk tidur.

Chan menatap pria mungil itu, “Bagaimana dengan Jihoon hyung?”

“Aku akan pergi setelah mengecek sesuatu dulu. Kalian turunlah,” dan mereka bertiga meninggalkan kamar itu.

“Jihoon…” panggil Seungcheol dengan nada mengantuk saat pria itu membuka smartphone miliknya, mengecek apakah ada e-mail yang masuk. Pria mungil itu mengambil posisi duduk di pinggir ranjang single miliknya yang bersebelahan dengan ranjang Seungcheol.

“Apakah kau pernah terganggu dengan sikapku?” dan Jihoon terdiam namun dia menggelengkan kepalanya meskipun rona wajahnya sudah tidak dapat disembunyikan.

“Kalau begitu…”

Seungcheol bangkit dan mengamati tubuh mungil Jihoon, “… apakah aku boleh menciummu?”

Jihoon menatapnya dengan rona wajahnya yang memerah dan Seungcheol berpikir itu lucu. Meskipun cahaya yang masuk ke ruangan itu cukup gelap hanya bermodalkan jendela yang tidak terlalu besar, namun Seungcheol masih dapat melihat wajah Jihoon.

Seungcheol mendekatkan wajahnya dan mengecup bibirnya sekilas. Jihoon menutup matanya, menolak tatapan pria itu dan kemudian menganggukan kepalanya. Pria itu tersenyum dan kemudian mengecup bibirnya, tangannya meraih tenguk Jihoon dan memperdalam kecupan mereka. Jihoon tidak mengerti apa-apa dan membiarkan Seungcheol mendominasi tautan mereka.

Tautan itu di hentikan Seungcheol saat tubuh mereka terjatuh di tempat tidur Jihoon. Pria mungil itu hanya dapat menatapnya dan Seungcheol membalas tatapannya. Tidak ada yang berbicara saat itu, hanya detak jantung mereka dan angin laut yang berhembus dengan kencang.

 


 

Jisoo dan Jeonghan berdiri di pantai itu, sesekali Jeonghan menikmati angin musim panas itu dan Jisoo menarik tangan mereka lalu menautkannya. Jeonghan tidak pernah menyangka Jisoo akan bergerak secepat itu setelah pernyataan Jeonghan sebulan yang lalu. Untuk pertama kalinya hati Jeonghan serasa tidak karuan dengan perlakuan sahabatnya itu.

“Jeonghan…”

“Hm?”

“Apakah kau sudah melupakan Seungcheol?” dan Jeonghan menggelengkan kepalanya. Jisoo menatapnya dengan tatapan polos dan Jeonghan bertanya, “Kenapa?”

“Jadi usahaku sia-sia?”

“Tidak Jisoo-ah, aku juga sedang mencobanya. Kau tau ini sangat susah.”

“Kalau begitu…” Jisoo tersenyum dan kemudian mencium Jeonghan dengan cepat tepat di bibirnya.

“Apakah itu cukup untuk melupakan Seungcheol, karena aku tidak suka kau memikirkan orang lain selain diriku. Aku tidak peduli lagi dengan hal yang lain, jadi kau harus bersiap-siap dengan hal lainnya.”

Jeonghan menatapnya dengan tidak percaya, rona wajahnya yang sudah memerah dan itu di depan umum, bahkan Mingyu sendiri tidak sengaja melihatnya dan hanya dapat menggelengkan kepalanya. Kedua sunbae-nya ternyata sama saja dengan Seungcheol, pikirnya.

“Kau…”

“Kau alien Jisoo-ya!” pekik Jeonghan dan melepaskan tautan mereka. Dia berlari menuju ke arah hostel dan Jisoo hanya dapat tersenyum kecil.

“Dia tidak tau bagaimana aku yang sebenarnya ya,” kekehnya kecil dan sibuk menikmati pemandangan pantai itu.

Mingyu dengan cepat berjalan menuju ke arah Seungkwan, kepalanya pusing sekarang juga. Seungkwan menatap sahabatnya itu dengan tatapan aneh, “Terlalu banyak orang yang kasmaran di sekitarku.”

Seungkwan menatapnya bingung, “Huh?”

 


FF ini bakalan end sebentar lagi deh /mungkin/ hehe

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!