Kim Mingyu

Heal Our Flashback

Mereka bertiga menatap satu sama lain, Jihoon yang terkejut melihat Mingyu, Mingyu yang memberikan respon yang sama dan Seungcheol menatap mereka berdua dengan tatapan tidak mengerti. Keheningan menyelimuti mereka dan Seungkwan yang berjalan keluar dengan niat menyusul Mingyu pun tidak kalah terkejut.

“Jihoon hyung! Kau sudah kembali!” sambut Seungkwan dan memecah keheningan diantara mereka. Jihoon mencoba berpikir kembali dan kemudian bertanya, “Kau sudah tau bahwa Mingyu sampai ke Seoul?”

Seungkwan hanya dapat tersenyum aneh, “Um… dia sudah datang kemarin malam dan berniat untuk memberikanmu kejutan dan ternyata hyung tidak ada di rumah.”

“Kenapa kau memberitahunya Boo!”

“Tapi bukankah ini sudah menjadi kejutan baginya?”

“Jihoon hyung, kau tidak mengucapkan apapun kepadaku?” dan Jihoon menatap teman masa kecilnya itu sambil tersenyum, “Selamat datang Mingyu.”

“Seungcheol hyung?” panggil Seungkwan dan pria itu menatapnya, “Ya?”

“Kau mau ikut dengan kami?” dan dia menggelengkan kepalanya, “Adikku berada di rumah dan aku harus kembali sekarang juga. Ngomong-ngomong kakinya tidak sengaja terkilir dan aku sudah mengobatinya kemarin.”

“Benarkah?” tanya Mingyu dan melihat kaki Jihoon yang sebelahnya tidak memakai sepatu.

“Aku harus pamit dulu, kedua temanku menunggu di rumah,” pamit Seungcheol dan menghentikan langkahnya, “Semoga cepat sembuh Jihoon.”

Semburat merah terlihat di wajahnya saat Seungcheol tersenyum kepadanya, “Terima kasih sudah mengantarku dan hati-hati di jalan.”

Jihoon menundukkan kepalanya dan kemudian mencoba berjalan sendiri memasuki apartment mereka bertiga sekarang karena sejak awal Mingyu memutuskan untuk tinggal bertiga dengan mereka. Seungkwan membantunya berjalan menuju ke arah lift dan Mingyu berada di belakang.

Jihoon menundukkan kepalanya, dia masih saja tidak dapat lepas dari apa yang Seungcheol katakan tadi kepada Jeonghan, mulai dari pernyataannya hingga penolakan Seungcheol yang sukses membuat Jihoon tercengang. Bagaimana cara Seungcheol yang memperlakukan Jeonghan seperti tidak pernah terjadi apa pun.

“Jihoon hyung,” dan Jihoon tersadar dari lamunannya.

“Ya Mingyu?”

“Kau tidak apa-apa?”

“Maksudmu?”

“Wajahmu terlihat memiliki banyak pikiran sekarang…” Jihoon terdiam, sebuah kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan dirinya saat ini.

“Aku tidak apa-apa, percayalah,” Jihoon berusaha meyakinkan Mingyu namun sepertinya gagal. Mingyu memang terlihat seperti murid SMA yang baru lulus namun ilmu pengetahuan tentang psikologinya sudah tidak dapat diragukan lagi.

Namun Mingyu kali ini memilih untuk diam, menghela napas panjang dan membuka pintu ruangan mereka. Tein segera berlari menuju ke arah kaki Jihoon, “Tein-ah, aku belum mandi…”

“Jihoon hyung, kau sudah makan?” tanya pria berkulit tan itu dan Jihoon menggelengkan kepalanya.

“Baiklah, kau mandi dulu dan aku akan membuatkan kimchi spaghetti untukmu.”

“Terima kasih Mingyu,” Jihoon dengan segera bergegas menuju ke kamar mandi di kamarnya. Seungkwan menatap pria yang lebih tinggi darinya itu, “Aku juga mau.”

“Kau tidak diet?” Seungkwan menatapnya tajam dan dia tertawa. Mingyu mencubit pelan pipinya, “Kalau begitu kau harus membantuku.”

 


 

Jihoon keluar dari kamarnya dengan pakaian rumah miliknya. Sweater putih dengan celana selutut yang membuatnya seputih salju dan juga pastinya mengalahkan snow white. Jihoon tersenyum ketika melihat kedua sahabatnya duduk menunggunya untuk sarapan.

“Terima kasih Mingyu,” dan sahabatnya itu tersenyum mendengarnya. Jihoon mengambil suapan pertama begitu pula dengan Seungkwan.

“Kau tidak menyuapiku?”

“Kau sudah makan tadi hyung…” namun Mingyu tidak menerimanya, “Kau bahkan tidak berterima kasih kepadaku.”

“Kenapa kau suka mengisengiku?”

“Karena aku senang melihatmu kesal.”

“Mingyu…” panggil Jihoon setelah dia selesai mengunyah sarapannya. “Apakah jatuh cinta dapat menyembuhkan pistanthrophobia?”

Mereka semua benar-benar terdiam saat itu, bunyi dentingan jam dapat terdengar dengan jelas. Keheningan itu menyelimuti mereka dengan asumsi klasik seperti Lee Jihoon menyukai orang lain? Atau dia sudah siap mempercayai orang lain? Semuanya kembali ke Jihoon namun sekarang pertanyaan itu menghantui mereka namun poin utamanya adalah siapa yang disukai oleh Jihoon? Apakah dia…

“Seungcheol hyung?” Seungkwan menyeletuk dengan cepat dan Jihoon membulatkan matanya. Pria mungil itu mengerti apa maksud orang Jeju itu, “Kau pikir aku sudah jatuh cinta kepada seseorang?”

“Aku hanya menebak Jihoon hyung.”

“Lalu apa yang membuatmu berpikir seperti itu Boo Seungkwan?”

“Aku hanya menebak dan lagi pula Chan sangat menyukaimu dan Seungcheol hyung sering menanyakan keadaanmu kepadaku.”

“Tunggu… jangan-jangan kau sudah mengenal Seungcheol hyung?”

Seungkwan memutar bola matanya, “Setiap kali aku mengantar Tein berjalan-jalan dia selalu berlari ke arah Eun. Dan karena itulah Seungcheol hyung berbicara kepadaku, dia selalu menanyakan kemana dirimu karena kau tidak membawa Tein untuk jalan-jalan. Ayolah jika aku adalah ibu peri atau cupid aku pasti sudah menjodohkan kalian sejak awal.”

Jihoon tidak dapat berkata apa-apa lagi, sahabat mereka yang baru saja bergabung bersama mereka membuka mulutnya, “Kembali ke topik awal. Kau menanyakan itu bukan Jihoon hyung? Bukan masalahnya tentang jatuh cinta, namun kepercayaanmu lah yang paling penting. Jika kau menyukainya namun tidak ingin memiliki hubungan yang lebih karena tidak percaya bukankah sama saja?”

Kali ini Mingyu memperlihatkan sosok seriusnya, “Namun Jihoon hyung, apakah kau mengingat kenapa kau bisa trauma dan mengalami pistanthrophobia?

“Aku…”

“Tidak tau.”

Jihoon tidak mengingatnya sama sekali.

 


 

Seungcheol memasuki rumahnya yang sudah sepi. Hanya ada adiknya yang sibuk bermain di kamarnya dengan Eun. Dia tersenyum saat memasuki kamar Chan dan menempatkan dirinya di samping Chan yang berada di ranjang itu.

“Seungcheol hyung? Kenapa kau tidak bersama teman-temanmu?” Seungcheol tersenyum mendengarnya, “Aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu. Lagi pula, mereka sudah mengirimkan pesan bahwa mereka mendadak memiliki urusan.”

“Kalau begitu… aku ingin ke game center!” pekik Chan bersemangat.

“Kau ingin pergi kesana?” Chan menganggukan kepalanya dengan cepat, “Lagi pula Eun sudah tertidur, bagaimana jika pergi sebentar ke sana?”

Seungcheol melihat Eun yang tertidur di sisi lain ranjang itu dan kemudian mengulurkan tangannya. Anak kecil itu tersenyum seperti mendapatkan permen yang sangat banyak, dengan cepat dia menerima uluran tangan hyung-nya.

“Kau yakin tidak apa-apa kita meninggalkan Eun sebentar?”

“Tidak masalah jika kau menutup pintu dengan aman. Jangan lupa dengan tempat minum dan makannya sudah kau sediakan atau belum.”

“Baik bos!”

Seungcheol mengusap kepalanya pelan, “Apakah nanti kau mencoba untuk mengalahkanku  bermain mesin DDR lagi?”

Semangat anak itu langsung berkobar, “Tentu saja!”

 


 

Jihoon bertemu dengan Seungcheol di kantin itu saat jam istirahat. Saat itu kantin sangat penuh dan hanya tersisa meja Seungcheol yang masih cukup untuk diduduki olehnya. Seungcheol menunjuk ke arah mejanya dan Jihoon dengan pasrah menempatkan dirinya di sana.

“Mana Jisoo hyung dan Jeonghan hyung?”

“Mereka sibuk dengan murid baru yang hari ini pindah ke sini,” Jihoon menganggukan kepalanya tanda mengerti.

“Ya! Siapa pria tampan itu?” pekik perempuan yang duduk di dekat meja mereka.

“Kenapa dia sangat tampan.”

“Apakah dia murid baru yang dikenalkan sunbae tadi?”

“Kenapa mereka berjalan mengarah ke sini!”

“Aku tidak dapat melihatnya terlalu dekat!”

Mereka bertiga berdiri di depan mereka berdua. Jihoon menatapnya dengan tatapan tidak percaya dan begitu pula dengan Seungcheol. Dia tersenyum melihat sahabatnya yang menatapnya dengan tatapan yang menurutnya lucu.

“Bolehkah aku duduk di sini Jihoon sunbae. Ah ya, perkenalkan, namaku Kim Mingyu,” ditambah dengan senyuman manisnya yang membuat perempuan di dekat sana semakin tertarik melihat Mingyu. Jeonghan hanya dapat melihat tingkah Mingyu dengan gelengan kepala dan Jisoo tetaplah Jisoo, tersenyum kalem dengan isi pikirannya yang berkeliaran.

“Han…” panggil Jisoo.

“Hm?”

“Kau tidak apa-apa? Aku siap membawamu lari kapan pun yang kau mau,” Jeonghan tersenyum menatap sahabatnya itu, “Aku tidak apa-apa.”

Jeonghan lebih baik sekarang karena Jisoo selalu ada bersamanya.

 


 

maaf late update dan terlalu pendek :")

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!