Save Me

Heal Our Flashback

Untuk background taman di setting FF ini itu di Yeouido park ya, bisa di lihat dari video ini: https://www.youtube.com/watch?v=KlF6aw8_TDQ

Enjoy untuk update spesial ini! ^^ maaf membuat kalian menunggu selama dua minggu ini! FF khusus ini wordnya 2k hehe


 

Mingyu berpikir sekilas dan kemudian melihat tiket penerbangannya menuju ke Seoul. Senyuman kecil terukir saat dia mencoba untuk membuat satu rencana. Kembali lagi dia melihat foto yang diambil sepuluh tahun yang lalu itu didalam dompet berwarna cokelat tua itu. Dan teleponnya kemudian berdering nyaring tertera nama orang yang dikenalnya.

Seungkwan

Dengan cepat Mingyu menekan tombol hijau itu dan berkata, “Halo?”

“Mingyu hyung, besok kau akan datang kesini bukan?”

Pria itu terkekeh pelan dan kemudian menjawabnya, Maafkan aku Seungkwan-ie, aku membeli tiket penerbangan malam ini.”

“Benarkah? Kau tidak berbohong bukan?” tanya Seungkwan tidak percaya dan Mingyu tersenyum mendengarnya.

“Untuk apa aku berbohong sayang.”

“Itu mengelikan hyung.

“Hahaha… bagaimana dengan Jihoon?”

“Ini hanya rahasia kita berdua oke?”

“Apa itu?”

Sepertinya dia memiliki kekasih?”

“Kau bercanda Seungkwan-ie,” canda Mingyu dan Seungkwan membalasnya, “Untuk apa aku berbohong tentang Jihoon hyung.”

“Apakah kekasihnya lebih tampan daripada hyungmu ini?”

Aku tidak tau, tetapi kau memang sudah tampan sejak dulu,” jawab Seungkwan santai dan Mingyu terkekeh pelan mendengarnya.

“Tumben sekali kau memujiku,” balas Mingyu.

Seungkwan membalasnya, “Jadi kau tidak suka?

“Tidak, aku menyukainya.”

Baiklah, penerbanganmu kapan?” tanya Seungkwan balik ke topik awal.

“Mungkin aku sampai di Seoul jam sepuluh malam.”

Baiklah, aku akan menjemputmu oke?

“Baiklah Seungkwan-ie,” jawab Mingyu.

“Rahasiakan kedatanganku kepada Jihoon hyung oke?”

Baiklah hyung.” Mingyu memutuskan panggilan itu, sesekali dia memandang langit yang sangat biru itu dari jendela bandara yang cukup luas itu. Senyuman tipisnya terbentuk mengingat dia akan bertemu dengan teman kecilnya yang memiliki sosok mungil itu.

 


 

Seungkwan langsung menghampiri Jihoon yang baru saja pulang dari aktivitas kuliahnya, dengan tatapan memohon Seungkwan menyentuh pundak Jihoon dengan erat. Tein duduk disamping Seungkwan dengan ekornya yang tidak berhenti bergerak.

Jihoon menatap Seungkwan dengan tatapan keheranan, “Seungkwan?”

“Hyung, aku memiliki urusan mendadak hari ini!” ucap Seungkwan dan Jihoon membelakkan matanya.

“Urusan? Bukankah hari ini hari sabtu?” tanya Jihoon dan Seungkwan menggelengkan kepalanya, “Aku memiliki urusan di sekolahku dan sepertinya akan pulang malam dan sepertinya hari ini hyung yang akan membawa Tein jalan-jalan.”

Jihoon menghela napas pendek, “Baiklah kalau begitu… ngomong-ngomong kau tidak lupa bukan besok Mingyu datang ke Seoul?”

“Aku akan tidak lupa dengan Mingyu hyung,” jawab Seungkwan dan Jihoon tersenyum.

“Baiklah, pergilah kalau begitu,” balas Jihoon dan Seungkwan menganggukan kepalanya.

“Aku pergi dulu hyung,” pamit Seungkwan dan Jihoon menatap sahabatnya itu keheranan, “Sekarang?”

Seungkwan berhenti mengikat tali sepatunya itu, “Tentu saja… aku sudah terburu-buru hyung.”

Seungkwan berlari keluar dari apartment dengan cepat hingga sosoknya menghilang memasuki lift dan Jihoon menatap mereka berdua yang duduk menatap sosoknya itu. Sepertinya mereka sudah terlalu bersemangat untuk menikmati waktu mereka di luar rumah.

Pria mungil itu berpikir sekilas mengingat kapan terakhir dia mengajak Tein untuk pergi ke taman itu. Mungkin sekitar dua minggu dan Jihoon menutup matanya sekilas. Bagaimana jika seandainya Jihoon bertemu dengan mereka setelah Jihoon berpikir untuk menghindarinya. Jihoon tidak membenci Chan maupun Seungcheol tetapi ada sesuatu yang berat membuat kedua kakinya sulit untuk menghampiri mereka terlebih dahulu.

Jihoon menutup matanya seklias lalu membukanya, “Kau mau pergi ke taman?”

 


 

Anak anjing itu berjalan didepan pemiliknya dengan semangat, sesekali mengendus bunga-bunga yang berada di taman itu hingga mau berlari menghampiri beberapa anak kecil yang berada di taman itu. Pria itu hanya menatapnya dan mengikuti mereka berdua dari belakang.

“Hyung?” tanya Chan dan pria itu melihat sepupunya sekilas.

“Aku mau es krim,” pinta Chan dengan jari telunjuknya menghadap ke penjual es krim di dekat mereka dan Seungcheol tersenyum mendengarnya. Mereka berjalan mendekati penjual itu dan kemudian menanyakan ke Chan, “Kau mau rasa apa?”

“Rasa cokelat! Dengan banyak chip diatasnya!” seru Chan bersemangat.

“Baiklah, kalau begitu dua mint dan satu cokelat,” sebut Seungcheol dan Chan menatapnya keheranan.

“Dua mint?”

“Hm?”

“Hyung akan memakan dua es krim?” tanya Chan kebingungan dan Seungcheol tersenyum melihat sepupunya itu.

“Kau akan tau nanti Chan-ah,” jawab Seungcheol dan memegang kedua es krim yang sudah dibelinya itu. Dia berjalan didepan Chan dan bocah laki-laki itu hanya berjalan mengikutinya dari belakang dengan Eun disampingnya.

Seungcheol berjalan dan tersenyum melihat anjing pomsky itu mengibaskan ekornya saat melihat pria tampan itu.

“Jihoon-ah,” panggil Seungcheol setelah melihat sosoknya yang masih bermain dengan kedua anjing itu. Pemandangan khusus yang hanya dapat dilihat oleh sesosok Seungcheol.

Jihoon melihat Seungcheol tanpa berkedip dan mencerna apa yang terjadi kepadanya sekarang, “Seungcheol hyung?”

“Sudah lama aku tidak melihatmu berada disini,” gumam Seungcheol singkat.

“Ya, sudah lama,” balas Jihoon dan kemudian melihat Chan yang berada dibelakangnya.

Jihoon tersenyum melihatnya, “Hai Chan. Hai Eun.”

Chan menatap pria mungil itu dengan tidak percaya, “Jihoon hyung?!”

“Ya Chan?” tanya pria mungil itu dan anak kecil itu memeluk Jihoon dengan cepat.

“Kenapa kau tidak datang menemuiku hyung?” tanya Chan didalam pelukannya dan Jihoon hanya dapat menghembuskan napas pendek.

“Maafkan aku Chan-ah,” jawabnya dan mengusap rambut pendek Chan perlahan.

“Dia sangat merindukanmu Jihoon-ah,” ucap Seungcheol dan kemudian orang yang dibicarakan Seungcheol itu menganggukan kepalanya.

“Ngomong-ngomong kita tidak bertemu selama beberapa hari ini, bagaimana kabarmu?” tanya Seungcheol dan pria manis itu hanya menatapnya.

“Seperti biasa, melakukan aktivitas kuliah dan kemudian bersantai di rumah,” jawab Jihoon dan kemudian melihat Chan yang masih memeluknya.

“Hei Chan, mau sampai kapan kau begini?” tanya Jihoon dan tersenyum melihatnya.

Akhirnya Chan mendongakkan kepalanya dan melepaskan pelukan itu, “Kenapa hyung tidak menemuiku hampir dua minggu ini? Setidaknya kabari aku atau sampaikan pesan ke Seungcheol hyung.”

Jihoon memandang bingung ke sorot wajah Chan yang cemberut. Jihoon ingin tersenyum karena ada yang merindukannya tetapi sepupunya lah yang membuat Jihoon tidak mau menemui Chan dan lebih memilih menyuruh Seungkwan membawa Tein untuk sekedar jalan-jalan.

“Chan-ah, ngomong-ngomong es krim mu?” tanya Seungcheol dan Chan tersadar mendengarnya.

Chan melepaskan pelukan itu dan kemudian memandangi Seungcheol dengan tatapan takut, “… sepertinya ada noda menempel di baju Jihoon hyung…”

“Chan―” ucap Seungcheol saat melihat sweater pink yang dipakai Jihoon itu terdapat noda es krim cokelat yang belum habis dimakan Chan tadi. Bahkan bercak itu besar sekali di belakang punggung Jihoon.

“Jihoon hyung, maafkan aku…” sesal Chan dan kemudian memamerkan puppy eyes miliknya.

Jihoon tersenyum mendengarnya, “Hei, itu tidak masalah… kalau begitu aku akan pulang mengganti bajuku.”

“Dan kemudian kembali?” tanya Seungcheol dengan kedua es krim yang masih berada di kedua tangannya itu.

“Sepertinya tidak, karena aku sudah cukup lama berada disini,” jawab Jihoon dan Seungcheol menganggukan kepalanya tanda mengerti.

“Sampai jumpa,” pamit Jihoon dan kemudian berjalan menjauh dari tempat itu. Chan dan Seungcheol hanya menatap punggung belakang itu.

“Chan-ah?” tanya Seungcheol dan sepupunya itu menatapnya.

Pria bermata bulat itu menatap es krim yang hampir meleleh di kedua tangannya, “Kau mau es krim ini?”

“Baiklah,” jawab Chan dan Seungcheol memberikan es krim itu. Seungcheol segera berlari searah dengan langkah Jihoon yang menuju ke arah rumah Jihoon. Pria mungil itu berjalan tidak jauh dari tempat mereka dan dengan cepat Seungcheol menyusulnya.

Jihoon merasakan sesuatu dipundaknya, tidak berat dan melindunginya. Pria itu memutar badannya, melihat Seungcheol yang meletakkan jacket jeans miliknya ke punggung Jihoon. Sosoknya masih terdiam saat melihat orang di belakangnya itu memberikan jacket untuk menutupi noda es krim itu.

“… maaf untuk noda es krim itu Jihoon. Ngomong-ngomong pakailah jacket milikku. Kau dapat mengembalikannya kapan saja,” ucap Seungcheol dan kemudian berlari kembali ke tempat sepupunya itu.

Chan masih dengan semangatnya menghabiskan es krim terakhirnya itu dengan cepat, setelah es krim keduanya sudah dilahap dengan cepat. Seungcheol sendiri hanya dapat menggelengkan kepalanya karena dia sendiri tau kalau sepupunya sangat mencintai es krim.

“Hyung… aku sudah selesai!” serunya saat memakan habis waffle cone es krim itu.

Seungcheol tersenyum mendengarnya dan kemudian memikirkan sesuatu yang terasa tidak lengkap diantara mereka. Pria itu kemudian bertanya, “Eun dimana?”

Yang diberi pertanyaan terkejut mendengarnya dan melihat ke sekeliling tempat mereka berdiri, “Aku tidak tau…”

 


 

Langkah kakinya dengan cepat berjalan mencari seseorang setelah dia memutuskan untuk keluar dari rumahnya. Setelah mengganti pakaian baru yang terbebas dari noda dan meletakan atasan yang terkena sisa noda es krim itu didalam keranjang pakaian kotor, Jihoon mendapatkan panggilan penting dari Seungcheol. Pria itu dengan cepat berjalan kembali ke taman itu. Saat dirinya sampai, Chan sudah menangis sesegukan dan Seungcheol yang penuh dengan keringat di wajahnya, menatap ke seluruh daerah taman yang dapat dijangkau oleh kedua matanya.

“Seungcheol hyung?” panggil Jihoon dan pria itu menatapnya.

Pria yang dipanggil Jihoon menjawab panggilan itu, “Maaf merepotkanmu Jihoon-ah, Eun sepertinya pergi saat Chan memelukmu dan lepas dari pengawasan kami…”

“Seungcheol hyung, Eun sendiri sudah kusayangi seperti Tein. Jika salah satu mereka menghilang aku harus ikut mencarinya juga,” jawab Jihoon.

“Tapi…”

“Bisakah kau mengantar Chan pulang terlebih dahulu?” tanya Jihoon setelah menerawang ke langit sore yang mendadak gelap sebelum waktunya.

“Bukankah itu hanya akan membuat waktu semakin terbuang?”

“Seungcheol hyung―”

Jihoon menarik napas panjang dan melihat Seungcheol kedalam manik matanya itu, “Percayalah kepadaku. Aku akan menemukannya.”

“… jika menurutmu begitu, baiklah,” jawab Seungcheol pasrah dan kemudian mengantar Chan pulang ke rumahnya.

Jihoon sendiri kemudian berjalan berlawanan dari tempat itu, berharap taman Yeouido akan lebih kecil dari pinggir sungai Han yang termasuk panjang itu. Meskipun Jihoon adalah penyelamat anjing, dia khawatir tidak akan menemukan Eun seperti menemukan anak anjing lainnya. Pria itu masih mengingat dengan jelas kapan pertemuan pertamanya dengan Eun, di malam hari di ujung kota Seoul yang jauh dari rumahnya itu. Jihoon berlari mencari ke sekeliling taman itu dengan berharap menemukan Eun di sekitar sana tanpa mengalami apapun itu. Jihoon berjalan menuju ke daerah yang jarang di laluinya, daerah yang berada jauh dari tempat biasanya orang-orang menghabiskan waktu. Tempat yang memiliki suasana tenang dan damai. Kadang hanya terdengar suara aliran air yang mengalir dari sungai kecil dengan arus yang cukup deras.

Rintik-rintik hujan pun terjatuh diatas kepala Jihoon yang tidak tertutup apapun itu dan pria mungil itu meruntuk, “Sial.”

Tetapi Jihoon tidak memutuskan untuk kembali ke rumahnya yang hangat dan terus berjalan mendekati kolam yang dialiri air jernih. Air yang beriak menuju ke tempat yang lebih rendah seiring dengan hujan yang semakin deras. Bibir Jihoon yang kaku karena dinginnya hujan musim semi itu nyaris tidak dapat berbicara.

Dengan seluruh kekuatannya, ia mencoba memanggil sosok anak anjing itu, “Eun!”

Sebuah gonggongan terdengar tidak jauh dari kolam itu dan Jihoon berjalan ke sekeliling kolam itu dan melihat sosok anak anjing itu berada di tengah-tengah batu di kolam itu. Eun duduk sambil menundukkan kepalanya dan badannya terguyur hujan.

Jihoon membelalakkan matanya berjalan kemudian melangkahi pagar pembatas kolam itu, “Eun!”

Pria itu menatap ke sekeliling dan kemudian berpikir sekilas, anak anjing itu berada diatas batu di tengah-tengah kolam itu. Jihoon tau kalau kolam itu tidak dangkal, tapi apakah dia harus menceburkan dirinya didalam kolam?

Jihoon berjalan setelah melihat adanya batu menanjak yang sepertinya membawa anak anjing itu ke tengah kolam. Dengan penuh keyakinan Jihoon melangkah berada diatas batu itu. Langkah pertama Jihoon tidak sulit namun untuk langkah kedua dan ketiga dia harus membelah aliran air yang seharusnya turun kebawah dan itu membuat sepatunya dan kakinya sendiri basah. Dinginnya air itu menusuk kedalam tulang-tulangnya dan Jihoon memutuskan untuk menyelamatkan anak anjing itu lebih cepat.

Jihoon meraih Eun yang menggigil didalam pelukannya. Dia sendiri juga tidak kalah menggigil dan mencoba berjalan keluar dari kolam itu. Langkah kaki yang kurang berhati-hati itu membuat Jihoon tersandung batu dan Jihoon terjatuh bersama dengan Eun.

“Ah,” Jihoon membuka matanya dan merasakan sesuatu yang hangat melekat diatas kulitnya yang dingin, begitu pula dengan Eun yang masih bersamanya tidak menggonggong tanda kesakitan.

Pria mungil itu menatap payung bening yang jatuh berada didekat pagar kolam itu dan melihat pakaian yang pernah dilihatnya. Jihoon kemudian menyadari bahwa seseorang sudah menompangnya sehingga dia tidak jatuh dan kemudian matanya serasa ingin keluar melihat siapa itu.

“… hyu―”

“Sstt… diamlah,” perintah Seungcheol dan Jihoon terdiam didalam pelukan itu, mengeratkan tangannya di pinggang Seungcheol. Eun sendiri berada di gendongannya dengan tangan kiri menompang anak anjing itu. Seungcheol sendiri juga meletakkan tangan kanannya di puncak kepala Jihoon, tidak membiarkan hujan akan membuat kepala Jihoon pusing nantinya meskipun hujan sudah tidak terlalu deras.

Seungcheol berpikir sekilas, apakah arti jatuh cinta itu seperti apa yang dikatakan Jisoo kepadanya? Pada saat Jihoon tersenyum manis kepadanya, dia akan ikut tersenyum. Saat Jihoon memeluknya jantungnya akan berdetak tidak karuan. Saat Jihoon tidak sengaja melakukan eye contact dengannya wajahnya akan semerah tomat. Tetapi Seungcheol tau satu hal yang berbeda dari apa yang Jisoo katakan.

 

Aku tau satu hal yang berbeda ketika aku berada di samping Jihoon dengan sekumpulan anak anjing yang kutakuti sejak awal.

Meskipun dia hanyalah pria mungil dengan senyuman manis bak anak anjing yang terlihat girang aku menyadarinya saat ini.

Dialah kekuatanku untuk menyembuhkan ketakutanku, dia seperti kunang-kunang yang membawaku keluar dari gua tak berujung. Dan pada hari ini aku menyadarinya,

… aku jatuh cinta padamu Jihoon-ah.

Sebuah rasa yang terkesan klasik untuk orang lain tetapi tidak bagiku, sosokmu yang seperti kurcaci kecil…

Biasanya didalam cerita putri salju, pangeran akan mencium putri untuk memutuskan kutukan dari nenek sihir yang memberikan apel beracun lalu hidup bahagia selamanya. Jadi bagaimana denganku dan seorang kurcaci kecil yang malah menghilangkan ketakutanku?

Sepertinya cerita masih akan panjang…

 

“Jihoon…” panggil Seungcheol dan pria mungil itu menatap pria itu.

“… terima kasih,” lanjut Seungcheol dengan tersenyum dan Jihoon hanya menatapnya tanpa berkedip.

“Itu tidak masalah bagiku…” jawab Jihoon dan dengan cepat melepaskan pelukannya di pinggang Seungcheol.

“Hyung, Eun sudah kedinginan,” ucap Jihoon dan Seungcheol melihat anak anjing itu yang sepertinya mencari kehangatan dari tubuhnya.

“Kalau begitu―”

“Jihoon-ah, ikutlah denganku. Sepertinya aku sudah banyak merepotkanmu hari ini, anggap saja sebagai balasan.”

“Tapi― ah!” rintih Jihoon setelah merasakan sesuatu yang membuat pergelangan kakinya sakit.

Seungcheol membelalakkan matanya dan kemudian “Kau terkilir?”

Jihoon menggelengkan kepalanya dan kemudian Seungcheol melihat kaki Jihoon. Saat Seungcheol ingin mengangkat kaki Jihoon, pria itu merintih kembali dan Seungcheol melihatnya dengan perlahan.

“Kakimu terkilir cukup parah Jihoon-ah,” dan sebuah gelengan membalas perkataan Seungcheol.

“Aku tidak menyangka kau keras kepala,” kekeh Seungcheol pelan dan wajah Jihoon seketika merah merona.

“Ngomong-ngomong kita harus cepat,” balas Jihoon saat melihat anak anjing itu berada di tangan Seungcheol.

Pria tampan itu menganggukan kepalanya dan kemudian mengenggam tangan kanan Jihoon untuk membawanya keluar dari kolam itu. Setelah selesai melewatinya Seungcheol mengambil payung yang tergeletak di lantai taman itu dan memberikannya kepada Jihoon. Eun sendiri sudah ia kembalikan ke Jihoon dan dengan cepat Seungcheol menganggkat punggung dan kaki Jihoon.

“Hyung?!” pekik Jihoon tidak percaya saat Seungcheol mengendongnya dengan mudah.

“Hm?”

“Kau benar-benar…”

Seungcheol terkekeh melihat wajah Jihoon yang seperti kepiitng rebus, “Aku ingin cepat-cepat sampai ke rumahku dan memandikan Eun. Kau lihat sendiri bukan?”

“Aku tau tentang itu. Tunggu… kau akan membawaku ke rumahmu juga?” tanya Jihoon tidak percaya dan Seungcheol menganggukan kepalanya.

“Bisakah kau membantuku memeriksa Eun? Aku takut dia mengalami apa-apa.”

“… itu tidak masalah bagiku.”

“Baguslah kalau begitu,” balas Seungcheol dan kemudian berjalan kembali untuk pulang ke rumahnya bersama Jihoon.

 


 

“Jihoon hyung, aku pulang,” panggil Seungkwan setelah membuka pintu rumahnya. Hanya ada Tein yang tertidur lelap didepannya.

Dan seseorang memeluknya dari belakang, “Hyaa!!”

“Kenapa kau seterkejut itu?” tanya suara bariton yang khas itu.

“Mingyu hyung?!” pekik Seungkwan setelah memutar kepalanya.

“Kau tidak ada ucapan lain huh?”

“Tentu saja, tetapi kau mengejutkanku hyung! Baiklah selamat datang,” senyuman tipis terlihat di wajah Mingyu.

“Baiklah Seungkwanku yang menggemaskan,” balas Mingyu dan menyubit pelan pipinya itu.

“Hei aku tidak menyukainya.”

“Maaf… maaf…” kekeh pria berkulit hitam itu dan Seungkwan mendengus kesal.

“Ngomong-ngomong Jihoon hyung kemana?” tanya Mingyu dan Seungkwan menggelengkan kepalanya.

“… sepertinya ini akan menjadi malam yang panjang,” gumam Mingyu pelan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!