Pet Shop

Heal Our Flashback

Jeonghan berlari mendekati Jisoo maupun Seungcheol yang duduk di sudut kantin yang berada di dekat jendela itu. Senyuman cerahnya membuatnya terlihat sangat menawan, terlebih untuk seorang Jisoo. Sekilas bagaimana mereka bertiga bisa berteman, Jeonghan adalah teman masa kecil Jisoo dan mereka berdua bertemu dengan Seungcheol saat tahun pertama mereka kuliah. Jisoo yang kalem berbeda dengan Jeonghan yang ceria dan sedikit… hyperactive?

Jisoo adalah seseorang yang diam namun menghangatkan malam seperti bulan dan Jeonghan yang talk-active bagaikan matahari yang menyinarimu sepanjang hari. The sun and the moon. Dibalik sosok Jisoo yang cukup pendiam, ada Jeonghan yang selalu berada disampingnya. Hanya Jeonghan yang selalu membuatnya tersenyum dengan tingkah lakunya yang kekanak-kanakan, umpamanya seperti cahaya bulan yang ada karena pantulan dari matahari.

“Kenapa kalian meninggalkanku?” tanya Jeonghan mendengus kesal setelah mengambil posisi untuk duduk disamping Jisoo dan didepan Seungcheol.

“Aku terlalu lapar untuk memanggilmu, Jeonghan-ah,” bela Seungcheol dan Jeonghan menggelengkan kepalanya.

“Kau menyebalkan,” gumamnya dan Seungcheol tertawa.

“Kau tidak makan?” tanya Jisoo ke Jeonghan setelah Seungcheol selesai tertawa.

“Aku tidak lapar… baiklah, aku tidak makan karena sup krim dan bruschetta kantin ini sudah habis,” keluhnya dan kemudian Jisoo menyodorkan sup krim miliknya ke Jeonghan.

“Jisoo-ah?” tanya Jeonghan dan Jisoo menjawabnya, “Makanlah…”

“Kau yakin?”

“Bukankah yang kau ucapkan semua itu adalah kesukaanmu sejak dulu?” tanya Jisoo balik dan Jeonghan mengangguk sekilas.

“Tapi Jisoo-ah, bagaimana denganmu?”

“… kau belum sarapan dari tadi pagi Yoon Jeonghan.”

“Aku― baiklah,” putusnya dan kemudian meminum sup krim yang masih hangat itu dan kemudian Jisoo kembali menyodorkannya bruschetta miliknya dengan garpu. Jeonghan hanya membuka mulutnya dan menerima suapan dari Jisoo.

“Aku iri dengan kalian,” gumam Seungcheol sela kegiatan mereka dan Jisoo hanya terkekeh pelan mendengarnya.

“Begitukah?” tanya Jeonghan setelah mendengarnya, ada sedikit rasa tidak nyaman mengganjal di hatinya.

“Jisoo-ah, kenapa kalian tidak menjadi sepasang kekasih?” tanya Seungcheol dan Jeonghan hanya dapat menutup kedua matanya, menunggu jawaban dari sahabat kecilnya itu.

“Karena aku dan Jeonghan tidak menginginkannya,” jawab pria blasteran itu dengan santai. Kemudian pria cantik itu membuka kedua matanya dan menatap sahabatnya itu perlahan. Jisoo hanya tersenyum manis melihat sahabatnya itu dan mengusap kepalanya pelan.

“Lagi pula Jeonghan sepertinya tertarik kepada orang lain.”

“Benarkah?” Jeonghan seketika gugup mendengar ucapan sahabatnya itu dan terdiam. Tidak lama kemudian Seungcheol melihat jam dinding yang berada di kantin itu.

“Baiklah, aku mau pergi dulu,” pamit Seungcheol mendadak.

“Ada apa?” tanya Jisoo.

“Aku sudah ada janji dengan orang lain dan ngomong-ngomong bisakah kau menjemput Chan?” tanya Seungcheol.

Jisoo membalasnya, “Bisa saja, di taman dekat sekolahnya bukan?”

 “Ya, dan terima kasih Jisoo, sudah mau membantuku,” jawab Seungcheol kemudian berdiri dan meninggalkan mereka. Jisoo dan Jeonghan hanya melihat kepergiannya dan kemudian menatap satu sama lain.

Jeonghan menanyakan pertanyaan yang sudah mau dilontarkan olehnya sejak awal, “Jisoo-ah, kau serius?”

Jisoo tersenyum tipis dan kembali menyuapinya potongan terakhir bruschetta yang dimilikinya, Jeonghan hanya dapat menerima perlakuannya, “Kau tidak menggemaskan kalau begitu Han-ah.”

 


 

Seungcheol berjalan di sekitar kelas jurusan musik itu untuk mencari sesosok pria mungil yang sudah berjanji kepadanya untuk menemaninya hari ini. Dia berjalan menuju ke salah satu kelas yang merupakan kelas Jihoon dan saat hampir mendekati kelas itu, murid-murid berhamburan keluar karena kuliah mata pelajaran musik yang diberikan telah selesai. Seungcheol berdiri di tepi lorong gedung itu, menunggu sosok itu keluar.

“Hai,” sapanya saat melihat sosok itu berada di hadapannya.

“Hai,” balasnya dan kemudian menatap Seungcheol sekilas. Dengan setelan jaket jeans berwarna biru muda senada dengan celananya dan sepatu casual miliknya membuatnya mirip sekali dengan anak kecil.

“Mohon bantuannya,” gumam Seungcheol dan Jihoon mengangguk. Mereka berdua hanya diam seiring berjalan menuju ke mobil Seungcheol.

“Kau sakit?” tanya Seungcheol di sela-sela waktu itu dan Jihoon menganggukan kepalanya tanpa menatap sunbae-nya itu.

“Maaf kalau aku merepotkanmu, padahal kau sedang sakit,” sesal Seungcheol dan Jihoon menggelengkan kepalanya kemudian menatap pria tampan itu. Dia melepas masker yang dikenakannya dan membalasnya, “Ini hanyalah flu ringan.”

“Sudah beberapa hari ini kau begitu,” balas Seungcheol dan Jihoon tersenyum kecil tanpa disadari oleh Seungcheol.

“Aku tidak apa-apa sunbae,” Jihoon meyakinkan. Mereka berjalan sampai di tempat parkiran kendaraan dan masuk kedalam mobil Seungcheol.

“Bagaimana dengan Chan?” tanya Jihoon dan Seungcheol menjawabnya, “Dia akan dijemput oleh guru lesnya dan dia harus les.”

“Hanya kita berdua?” dan Seungcheol menganggukan kepalanya.

“Apakah kau mau merekomendasikan tempat untuk membeli perlengkapan?” tanya Seungcheol sesaat setelah mereka berangkat.

“Kau lebih memilih dimana sunbae? Pet shop atau supermarket?” tanya Jihoon balik.

“Terserahmu.”

“Biasanya aku pergi ke pet shop,” gumam Jihoon pelan.

“Namun disana ada―”

“Anjing?”

“Begitulah,” jawab Jihoon ragu dan Seungcheol menatapnya sekilas.

“Beritahu aku lokasinya,” balas Seungcheol dan mata Jihoon membulat mendengarnya.

“Benarkah? Tapi bukankah―”

“Lee Jihoon, kau lupa apa yang kubilang? Aku akan menghilangkan cynophobia-ku ini,” gumam Seungcheol sedikit kesal.

Jihoon menatap sunbae-nya yang sedikit kesal dan menganggukan kepalanya, “Baiklah… maaf.”

Seungcheol sedikit bersalah mendengarnya dan menatapnya, “… maafkan aku, bukannya aku ingin kesal tapi ah― baiklah aku memang pria yang payah.”

“Ketakutan itu adalah hal yang biasa sunbae…”

Pria itu menatap Jihoon sekilas lalu tersenyum manis, “Terima kasih Jihoon.”

Jihoon hanya mengangguk, “Baiklah, akan kuberitahu arahnya.”

 


 

Jihoon memasuki toko itu, terdapat banyak sekali segala jenis pet food, tempat tidur, kandang, tali dan sebagainya. Nuasa di toko itu nyaman bagi hewan-hewan maupun manusia yang berada di dalamnya. Seungcheol sendiri masih berada didepan toko itu karena didekat pintu itu ada anjing dengan ras Pomeranian berwarna seputih salju duduk didekat sana.

“Sunbae, kau tidak apa-apa? Anjing ini tidak pernah melakukan apapun kepada pelanggan,” jelas Jihoon dan mencoba meredakan ketakutan Seungcheol.

“... aku tidak apa-apa,” gumam Seungcheol kosong.

Jihoon kemudian mendekati seniornya itu, menepuk pundaknya pelan dengan keraguan yang luar biasa dan mencoba menatap kedua manik matanya, “Tenanglah, aku ada disini.”

Pada akhirnya Seungcheol menatap kedua mata Jihoon dan mereka berdua terdiam. Sang penjaga toko pun keluar dan mendekati mereka, “Jihoon-ah.”

Jihoon menatap pria itu, “Seokmin?”

“Ada perlu apa kau disini?”

“Ah… aku hanya mau membantu sunbae-ku untuk memilih perlengkapan anjing,” dan Seokmin menariknya sedikit jauh dari Seungcheol.

“Sunbae atau kekasih?” bisiknya pelan dan Jihoon menatapnya malas, “Dia sunbae-ku oke? Bisakah aku kembali ke tempatnya? Dia memiliki cynophobia.”

“Baiklah Jihoon, selamat berbelanja,” kekeh Seokmin.

Jihoon dengan segera berjalan ke arah Seungcheol, “Ikutlah denganku.”

Jihoon saat ini sibuk melihat dog food yang tersedia di rak toko itu. Jihoon menemukannya, dog food yang akan direkomendasikan olehnya dan tempatnya sangat tinggi. Jihoon berusaha mengambil makanan itu tanpa bantuan orang lain maupun alat. Dengan cepat sebuah tangan mengambilnya terlebih dahulu daripada Jihoon.

Jihoon menatap Seungcheol tanpa berkedip dan Seungcheol membuka mulutnya, “Jika kau mau mengambilnya bilang saja kepadaku.”

Jihoon hanya diam mendengarnya dan kemudian memilih perlengkapan lainnya, mulai dari makanan, shampoo, tali, mainan, piring khusus dan segalanya yang Chan maupun Seungcheol perlukan. Jihoon saat ini memandangi kandang yang cocok untuk peliharaan Chan dan kemudian menanyakan Seungcheol, “Pilihlah kandang untuk anjingmu sunbae.”

Seungcheol fokus memilihnya dan kemudian Jihoon merendahkan badannya. Didekat mereka sudah ada anjing milik Seokmin dan Jihoon dengan cepat menggendongnya.

“Hei Len, kenapa kau ada disini?” tanya Jihoon ke Pomeranian itu. Anjing itu hanya diam di gendongannya lalu Jihoon tersenyum melihatnya. Senyuman manisnya yang tidak pernah diperlihatkan kepada banyak orang.

Seungcheol hanya diam melihatnya, antara takut atau terpesona melihat seorang Lee Jihoon, “Jihoon.”

“Ada apa?”

“Aku sudah memilihnya,” dan Jihoon mengangguk mendengarnya, “Beritahu saja ke kasir apa yang kau pilih.”

Seungcheol dan Jihoon berjalan ke kasir dan Seokmin tersenyum melihatnya, “Sudah memilih?”

“Dia sudah memilih semuanya, kau bisa mengurusnya bukan Seokmin?” tanya Jihoon dan Seokmin tersenyum.

“Tunggu sebentar tuan.”

Jihoon melihat Seokmin yang berjalan menuju ke sisi lain toko itu, mempersiapkan apa yang diinginkan Seungcheol. Tatapannya kembali ke Seungcheol, “Mau menyentuhnya?”

“Eh?”

“Cobalah…”

Dengan ragu Seungcheol mengulurkan tangannya, dengan sedikit gemetaran tangannya sudah hampir sampai di tubuh Len yang seputih salju. Jihoon hanya melihat Seungcheol yang masih cukup takut sebenarnya dan menarik telapak tangannya perlahan, mendekatkannya ke bulu Len yang selembut kapas.

“Eluslah,” perintah Jihoon sambil menggerakan tangan Seungcheol yang di pegangnya. Menyisir bulunya dengan telapak tangannya dan Jihoon perlahan melepaskan tangannya, membiarkan Seungcheol mengusap bulu anjing itu dengan sendirinya.

“Menyenangkan sekali,” gumam Seungcheol takjub meskipun dia masih sedikit takut.

Jihoon tersenyum melihatnya dan Len sendiri diam menerima perlakuan Seungcheol, “Sunbae, kau sangat berbeda kalau begitu.”

Seungcheol mengalihkan atensinya kembali ke Jihoon, “Maksudmu?”

Mau tidak mau Jihoon tersenyum manis kepada orang lain untuk pertama kalinya selain orang yang sudah sangat di kenalnya meskipun itu sangat jarang, “Kau sangat menawan.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!