Summer?

Heal Our Flashback

Dua minggu setelah Mingyu datang ke Seoul membawa perubahan yang cukup besar untuk Jihoon. Tidak ada alasan yang cukup jelas ketika Mingyu selalu bersama dengan Jihoon di universitas yang luas itu. Bahkan Jeonghan mulai mencurigai mereka tentang status hubungan tunangan yang pernah dikatakan oleh Mingyu . Padahal pria berkulit tan itu lebih memilih mengerjai Seungkwan saat di mereka bertiga berkumpul. Jadi apa yang Kim Mingyu inginkan?

Lalu bagaimana dengan Jisoo? Dia sangat menyayangi sahabatnya itu namun tindakannya tidak terlalu jelas, kadang dia terlihat membuat Jeonghan jatuh cinta kepadanya, kadang juga dia mencoba membuat Jeonghan kesal. Namun tipikal Jisoo yang sangat tenang bagaikan air yang mengalir dapat membuat Jeonghan terhanyut kepada sosoknya.

Tetapi Seungcheol sepertinya sangat kesal, mengingat sosok yang lebih tinggi darinya itu selalu menempel ke Jihoon. Baiklah, dia cemburu kepada sepupunya yang mendapatkan perhatian namun apakah si gelap itu harus membuatnya tidak memiliki waktu bersama Jihoon berdua saja dan terus menempel ke kurcaci miliknya?

Namun Jihoon tetaplah Jihoon, dia terus saja fokus ke kelas musiknya dan tidak pernah mencoba memperhatikan apa yang menghantuinya. Meskipun dia aneh dengan sikap Mingyu yang sangat mencoba untuk terus bersamanya dan Seungcheol yang terus membuang wajahnya. Waktu yang dapat dihabiskan dengan berjalan-jalan di taman benar-benar tersita kali ini. Jihoon tidak berbohong kali ini karena tugas dari Kang Seongsaengnim membuatnya tidak dapat mengajak Tein keluar untuk jalan-jalan. Hanya Seungkwan dengan Mingyu yang membawanya pergi dan Jihoon berharap mereka tidak melakukan hal yang aneh di taman.

 


 

Jihoon membereskan berkas-berkas yang berisi karya  Michael Jackson atau beberapa pemusik terkenal dalam bentuk bahasa Inggris yang membuat kepalanya serasa ingin meledak ketika melihatnya. Waktu menunjukkan pukul lima sore dan Jihoon tersenyum melihatnya. Dia mengambil ikat tali milik Tein dan mencari anjing itu, “Tein-ah, ayo kita jalan-jalan sebentar.”

Jihoon berjalan sedikit lebih bersemangat, begitu pula dengan Tein yang sedikit berlari. Namun sesekali dia berpikir, sudah berapa lama dia tidak berbicara dengan Seungcheol. Hari dimana Seungcheol mengantarnya pulang adalah hari terakhir mereka memiliki percakapan.  Jihoon mencoba berjalan tanpa melihat ke sekelilingnya, tanpa berharap Seungcheol akan berdiri di depannya, namun itu adalah apa yang Jihoon harapkan sebenarnya.

Selangkah.

Dua langkah.

Tiga langkah.

Langkah kakinya terhenti karena dia menundukkan kepalanya sambil berjalan dan mendapati ada sepasang kaki di hadapannya. Jihoon mendongakkan kepalanya dan menatapnya dengan teliti. Pria itu hanya tersenyum dan kemudian mengatakan, “Ada apa?”

“Tidak apa-apa,” gumam Jihoon dan tidak menyangka apa yang sebenarnya dia harapkan terjadi.

Apakah ini mimpi? Ibu peri tidak ada di dunia nyata bukan?

“Mana Mingyu?” tanya Seungcheol dan Jihoon membalasnya, “Sepertinya dia masih sibuk, entahlah dengan Seungkwan atau kuliahnya.”

Seungcheol tersenyum mendengarnya, tangan kanan Jihoon yang kosong dengan segera ditarik pria itu, “Ayo ikut aku! Sepertinya Chan sudah tidak sabar menunggumu!”

Di sisi lain taman itu, Eun sedang bermain dengan anjing lain dengan Chan yang sibuk melemparkan bola kepada mereka. Seungcheol dan Jihoon berhenti, pria yang lebih tinggi dari Jihoon itu meneriakinya, “Chan-ah! Jihoon datang!”

Chan dengan segera berlari dengan Eun untuk mendekati sepupunya. Namun Jihoon menyadarinya, hingga kapan Seungcheol akan terus menautkan kedua tangan mereka. Angin musim panas yang sudah mulai berhembus membuat wajah Jihoon semakin panas setiap detiknya.

“Seungcheol hyung,” ada nada sedikit tidak nyaman dan Seungcheol refleks melepaskan genggamannya.

“Maafkan aku Jihoon-ah…”

Jihoon memilih diam dan kemudian membawa Tein mendekati tempat Chan bermain tadi. Seungcheol mengikutinya dari belakang berjalan sambil mengamati sosok mungil itu. Seandainya dia dapat memeluk Jihoon saat itu juga, pikirnya.

“Jihoon hyung, aku mau bermain dengan Tein,” pinta Chan lalu Jihoon memberikan tali yang terlilit di leher Tein.

“Kami bermain sebentar ya hyung!” mereka hanya melambaikan tangan mereka. Seungcheol memandangi langit yang semakin merah menjelang senja, dimana hanya matahari yang muncul hari ini.

“Jihoon, sebentar lagi libur musim panas, kau sudah memiliki rencana?” tanya Seungcheol sambil membuka pembicaraan antara mereka berdua.

Jihoon menerawang ke sekeliling taman itu, “Aku akan mengunjungi orang tuaku di Busan.”

“Selama liburan?” Jihoon menggelengkan kepalanya, “Hanya tiga hari mungkin.”

“Lalu bagaimana dengan Mingyu dan Seungkwan?”

“Mereka akan ikut denganku, kebetulan kedua orang tuaku memiliki penginapan di Busan,” Seungcheol menganggukan kepalanya.

“Tolong sampaikan ke orang tuamu aku dan Chan akan berlibur ke sana juga.”

 


 

Jihoon hanya mengaduk makan malamnya karena Seungcheol juga memutuskan untuk ikut dengannya ke Busan. Chan sendiri langsung mengangguk setuju terlebih hewan peliharaan dapat dibawa ke sana. Apa Seungcheol tidak cukup membuat Jihoon salah tingkah setiap kali berada di sebelahnya, pria mungil itu pusing memikirkannya.

Pria berkulit tan itu menepuk pundaknya, “Jihoon hyung.”

“Ah ya?” Jihoon tersadar dan Seungkwan menatapnya dengan tatapan khawatir, “Apakah kau sakit? Kau hanya mengaduk sup itu sejak awal.”

Jihoon menggelengkan kepalanya dan satu suapan besar ia masukkan ke dalam mulutnya. Seungkwan memandanginya aneh, “Kau memikirkan Seungcheol hyung?”

Satu pukulan telak. Jihoon tersedak seketika saat mendengar nama pria itu dan sukses membuat Seungkwan panik. Mingyu menyodorkannya minuman kemudian diteguk cepat oleh Jihoon.

“Apa yang dilakukan oleh Seungcheol hyung?” tanya Mingyu dengan tatapan membunuh dan Jihoon menelan ludahnya kasar.

“Dia… dia…”

“Dia hanya ingin ikut dengan kita ke Busan…” jawab Jihoon tergagap-gagap dan mereka syok mendengarnya.

“Kau memberitahu rencana kita?” tanya Seungkwan dan Jihoon menganggukan kepalanya.

“Maafkan aku…”

“Tidak, ini bukan salahmu Jihoon hyung. Itu adalah haknya untuk pergi atau tidak,” gumam Mingyu dan Seungkwan hanya dapat menghela napasnya.

Seungkwan pun setuju, “Mungkin semakin banyak yang ikut, hal ini akan semakin baik.”

Mereka bertiga kembali terfokus ke makan malam masing-masing hingga Jihoon menyelesaikannya dengan cepat. Jihoon mengangkat peralatan makannya dan menyucinya hingga bersih. Pria mungil itu berjalan meninggalkan mereka berdua, “Kalau begitu, aku akan kembali ke kamarku dulu …”

“Baiklah Jihoon hyung,” balas keduanya dan Jihoon melangkah ke kamarnya dengan cepat.

Seungkwan meminum air mineral itu dan menatap hyung-nya dengan tatapan serius, “Kenapa kau sangat membenci Seungcheol hyung?”

“Lebih tepatnya aku marah kepada diriku sendiri Seungkwan-ah,” dan dia mengernyitkan alisnya, “Kenapa? Ceritakanlah kepadaku…”

Mingyu menggigit bibirnya pelan, “Dia mengingatkanku kepada seseorang dan akan terlihat payah jika aku tidak berdaya di hadapannya.”

Seungkwan meraih tangan Mingyu, mengusapnya dengan pelan, “Dan kenapa harus berhubungan dengan Jihoon hyung?”

“Aku…” Mingyu kesulitan merangkai kalimat apa yang cocok dan Seungkwan mengerti, “Tenanglah, atau sebenarnya kau mengetahui apa yang terjadi kepada Jihoon hyung saat kalian masih kecil?”

Dengan berat hati Mingyu menganggukan kepalanya, raut wajahnya sangat kacau sekarang dan Seungkwan bangkit, membawanya ke pelukan hangat.

“Aku… aku… aku sudah menyebabkan hal ini terjadi…” Mingyu mengucapkannya dengan nada bergetar, Seungkwan menjadi khawatir dengannya yang biasanya terlalu hyperactive.

Seungkwan mengusap surai rambutnya perlahan, kembali menanyakan pertanyaannya, “Apakah kau mau menceritakannya?”

Mingyu mengadahkan kepalanya menatap Seungkwan yang menatapnya lembut, “Aku akan mengatakannya ketika aku siap.”

“Baiklah… aku akan menunggu,” jawab Seungkwan dengan tersenyum kecil.

“Kembalilah seperti hyung-ku yang sangat suka mengangguku,” lanjutnya sambil menyubit pelan pipi pria berkulit tan itu.

Mingyu tersenyum dan mengenggam kedua tangan Seungkwan, “Terima kasih Seungkwan-ie.”

 


 

Esoknya, Jihoon berjalan di lorong gedung universitas itu dan tidak lama kemudian Mingyu datang dari arah berlawanan dengan kedua orang. Mingyu berhenti di depan Jihoon dan belakangnya sudah menatap pria mungil itu dengan semangat.

“Jisoo hyung? Jeonghan hyung?” dan Jeonghan meraih tangan Jihoon, sorot matanya penuh harapan.

Jisoo membuka mulutnya, “Kami juga berencana pergi ke Busan Jihoon-ah, bisakah kami menginap di penginapan orang tuamu? Kami akan membayarnya.”

Jihoon membulatkan matanya dan Mingyu hanya dapat menggelengkan kepalanya tanda bingung. Sepertinya musim panas ini akan sangat ramai dan penuh dengan banyak kejadian.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!