Library

Heal Our Flashback

“Jeonghan-ah,” panggil Jisoo di pagi hari yang cerah itu. Pria dengan rambut sebahu itu menatapnya dengan tatapan manis seperti biasanya.

“Hei Jisoo,” balasnya dan Jisoo berhenti setelah mengejar pria itu di lorong gedung yang terbilang luas itu.

“Kau tau Seungcheol dimana?” tanya Jisoo dan Jeonghan menggelengkan kepalanya murung.

“Semenjak kemarin dia tidak mencari kita padahal itu adalah hari minggu. Biasanya dia akan mencari kita dan mengajak kita setidaknya ke game center,” jawab Jeonghan dan sahabatnya itu tersenyum mendengarnya.

“Dia tidak memberitahumu? Kemarin dia menemani Chan mengadopsi anak anjing,” balas Jisoo dan Jeonghan menatap Jisoo tidak percaya, “Anjing?”

Jisoo mengangguk dan Jeonghan menatapnya, “Apa yang dipikirkannya hingga mau mengadopsi anak anjing? Bukankah dia tidak menyukainya?”

“Bukankah Chan yang menginginkannya? Kau tau sendiri bukan Seungcheol adalah hyung yang sangat baik dan dia pasti menyayangi sepupu satu-satunya itu.”

“… tetapi tetap saja aku tidak dapat menyangkanya.”

“Jika ada seseorang yang menyukaimu, apakah kau dapat menyangkanya?” tanya Jisoo santai dan pria itu menatapnya dengan tidak percaya.

“Apa maksudmu? Apakah ada yang menyukaiku?” tanya Jeonghan shock.

Senyuman tipis dipamerkan oleh Jisoo, “Yoon Jeonghan, angel dari jurusan psikologi. Kau tidak tau julukan itu diberikan kepadamu setelah mereka mendengar tentang sosokmu itu? Banyak pria juga yang menyukaimu dan aku mengenal salah satu dari mereka.”

“Siapa?” tanya Jeonghan penasaran.

“Rahasia,” dengan cepat Jisoo berjalan didepannya.

“Ya! Hong Jisoo!” pekik Jeonghan tidak terima dan pria itu tersenyum.

Jisoo berhenti setelah berjalan lebih dari sepuluh meter dari depan Jeonghan. Pria itu memutar badannya dan kemudian melihat sahabatnya itu, “Hei, kelas sudah mau dimulai.”

“Aku tau itu, Jisoo yang menyebalkan.”

 


 

“Jihoon hyung, Eun dimana?” tanya Seungkwan heran setelah melihat Tein sediam itu. Tidak ada gonggongan anjing di pagi hari setelah dia bangun. Hanya terdapat Jihoon yang menikmati nasi goring kimchi buatannya sendiri dengan Tein yang berada dibawah meja.

“Dia diadopsi kemarin,” jawab Jihoon singkat dan Seungkwan membelalakkan matanya.

“Adopsi? Oleh siapa? Jangan-jangan sunbae-mu itu?” tanya Seungkwan dan Jihoon menganggukan kepalanya sekilas.

“Sepupunya ingin mengadopsi Eun dan sepertinya lebih baik aku memberikannya ke Seungcheol hyung. Kau tau sendiri bukan kita sudah kerepotan merawat Tein,” jelas Jihoon dan Seungkwan tersenyum mendengarnya.

“Kalau begitu, itu tidak masalah.”

“Kupikir kau akan kecewa”

“Aku memang sedikit kecewa Jihoon hyung, tetapi jika kau memberikannya kepada calon kakak iparku maka itu tidak masalah,” balasnya kepada hyung yang seperti saudaranya itu dan berlari menuju ke kamarnya.

“Ya! Boo Seungkwan! Apa yang sudah kau katakan tadi!” pekik Jihoon dan tidak mendengar jawaban apapun itu.

Saat Jihoon sedang memakai kedua sepatunya dan akan berangkat untuk pergi ke universitas, Seungkwan akhirnya keluar dan mengatakan, “Tolong sampaikan ke Seungcheol-ssi untuk menjaga Eun dengan baik!”

“Baiklah Seungkwan-ah. Aku mau berangkat dulu,” pamit Jihoon.

“Hati-hati di jalan hyung!”

Jihoon berjalan menuju ke halte terdekat, menunggu kendaraan beroda empat itu datang dan kemudian menaikinya. Perjalanan yang ditempuhnya tidak terlalu lama sebenarnya sekitar 20 menit untuk mencapainya. Saat sampai Jihoon segera turun, memasuki komplek universitas itu dan kemudian berniat menuju ke perpustakaan di universitas itu.

Jihoon mendudukkan tubuhnya dengan nyaman setelah sampai disana, suasana yang masih sepi di pagi hari itu dan matahari yang tidak terlalu terik membuatnya nyaman untuk berlama-lama. Hingga saat dia sedang sibuk membaca buku tentang komponis Mozart berserta dengan simfoni-simfoni yang pernah diciptakannya.

“… permisi,” ucap pria itu dan Jihoon mendongakkan kepalanya, menatap pria itu berserta dengan temannya.

“Bisakah kami duduk disini?” tunjuknya tepat ke sebuah kursi disamping Jihoon.

“Tentu saja boleh,” jawab Jihoon seadanya dan kemudian keduanya duduk disebelah Jihoon. Keheningan menyelimuti mereka bertiga hingga pria yang satunya itu mengeluarkan smartphone miliknya dan mengambil selca dengan cepat lalu mengirimkan foto itu.

 

‘Lihat aku sedang bersama dengan siapa.’

 

Dan kemudian dengan cepat mendapat balasan dari orang itu yang bertanya, ‘Kalian ada dimana?’

Sang penerima hanya tersenyum membacanya kemudian menjawabnya, ‘Perpustakaan.’

Waktu menunjukkan belum juga lima menit semenjak pesan terakhir itu disampaikan dan seorang pria dengan buku yang sudah dia bawa daritadi di tangan kirinya dan memandang kedua sahabatnya itu.

“Oh kau sudah datang?” ucap Jisoo pelan saat Seungcheol berdiri tepat didepannya. Jeonghan sendiri juga tersenyum melihat sahabatnya itu datang dan Jihoon melihat sekilas pria yang masih berdiri itu.

“Kenapa kalian berada disini?” tanya Seungcheol dengan napas sedikit tidak beraturan sehabis berlari.

“Tentu saja belajar, mata pelajaran kuliah kami akan dilanjutkan sebentar lagi Seungcheol-ah,” jawab Jeonghan dan pria itu menganggukan kepalanya singkat.

“Dan Seungcheol-ah, bagaimana denganmu?” tanya pria blasteran Korea-Amerika itu.

“Aku sedang berada di kantin dan menuju ke sini setelah kau mengirimkanku pesan,” jawabnya dan Jisoo terkekeh pelan mendengarnya.

Jisoo kemudian menatap sekilas Jihoon dan atensi mereka bertiga tertuju kepada pria mungil itu. Jihoon sendiri mencoba fokus dan tidak berusaha untuk melihat mereka. Meskipun semakin lama wajahnya seperti tomat ceri.

“Jihoon?” panggil Seungcheol setelah mereka menatapnya lama. Jihoon yang sedang memakai kacamata bulat untuk membaca akhirnya mendongakkan kepalanya.

“Uh― ya― Seungcheol sunbae?” tanya Jihoon ragu-ragu.

“Hyung,” koreksi Seungcheol dan Jihoon menganggukan kepalanya sekilas.

“… ah ya, ada apa?”

“Tidak, hanya menyapamu,” jawab Seungcheol santai dan kedua sahabatnya hanya memandanginya.

“Seungcheol-ah, kau mengenalnya?” tanya Jisoo dan Seungcheol menganggukan kepalanya.

“Tentu saja, aku dan Chan mengadopsi anak anjing miliknya kemarin Jisoo-ah,” jelas Seungcheol dan mereka berdua menganggukan kepalanya.

“Bagaimana dengan cynophobia-mu?” tanya Jeonghan sedikit khawatir dan Seungcheol tersenyum.

“Aku akan menyembuhkannya. Ada healing untuk itu.”

Jisoo sendiri tersenyum melihat Jihoon yang hanya menyimak percakapan mereka, “Aku tau pasti ada yang dapat menyembuhkanmu.”

“Jihoon?” panggil Jeonghan dan atensi pria itu menuju kepadanya.

“Ya?”

“Perkenalkan, aku Yoon Jeonghan dan dia Hong Jisoo. Kami berdua sama-sama murid semester empat jurusan psikologi. Kami berdua sahabatnya Seungcheol,” ucap Jeonghan dan Jihoon menganggukan kepalanya singkat tanda mengerti.

“Aku Lee Jihoon, murid semester dua jurusan musik,” jawab Jihoon.

“Tetapi kau terlalu manis untuk dikatakan murid universitas Jihoon,” balas Jisoo dan Seungcheol menatap sahabatnya itu dengan tatapan datar.

“… terima kasih,” jawab Jihoon dengan anggapan sebagai pujian meskipun itu cukup memalukan.

“Jihoon-ah, sesekali kau harus ikut dengan kami jika kau mau. Sekedar untuk bersenang-senang maupun menghabiskan waktu atau belajar,” tawar Jeonghan dan Jihoon menganggukan kepalanya, “Baiklah.”

“Jeonghan-ah, kita harus segera pergi ke kelas, mata pelajaran yang lain sudah mau mulai,” ucap Jisoo dan dengan cepat mereka berdua beranjak dari tempat duduk mereka berdua.

“Kami pergi dulu,” pamit Jeonghan dan kemudian melambaikan tangannya ke Seungcheol yang masih berdiri sejak awal.

Mereka berdua berjalan keluar dari perpustakaan dan Jisoo menyadari sosok Jeonghan yang sedikit murung, “Kau kenapa?”

“Tidak, aku tidak apa-apa.”

“Apa karena soal adopsi itu dan tentang Jihoon?” tanyanya lagi dan Jeonghan kembali menggelengkan kepalanya.

“Aku hanya tidak menyangka sesosok Jihoon ternyata sangat menarik,” jawab Jeonghan dan Jisoo tersenyum mendengarnya.

“Dia merupakan primadona dari jurusan musik meskipun dia pendiam Jeonghan-ah,” balas Jisoo dan Jeonghan menatapnya sekilas.

“Benarkah?”

“Kudengar dia jenius di bidang musik. Sudah banyak yang mengakui keahliannya meskipun dia seorang murid semester dua.”

“Jadi bagaimana denganku?” tanya Jeonghan perlahan dan sahabatnya hanya tersenyum melihatnya.

“Kau adalah orang yang menawan meskipun tidak ada seorangpun yang menyadarinya.”

“Termasuk Seungcheol?”

“Itu tergantung kepadamu Yoon Jeonghan, apakah kau ingin dia menyadarimu atau tidak, apakah kau ingin mendengar kenyataan yang ada semuanya ada ditanganmu.”

Jeonghan mengatakan sesuatu yang sudah ditakutinya sejak dulu, “Bagaimana seandainya aku menyatakannya dan dia menolakku lalu persahabatan kita hancur? Aku takut mengalaminya dan menyakiti diriku sendiri.”

Jisoo berhenti berjalan begitu pula dengan Jeonghan, ia mengusap pelan kepalanya, “Apakah kau yakin sesosok Seungcheol begitu? Aku yakin jika kau mengalami hal itu, masih ada kebahagiaan lainnya yang akan datang.”

 


 

“Seungcheol hyung,” panggil Jihoon setelah dia selesai membaca bukunya. Seungcheol sendiri duduk didepannya dan mengerjakan tugas dari mata pelajaran yang akan dimasukinya nanti.

“Ya?”

“Seungkwan menitipkan pesan kepadamu untuk merawat Eun dengan baik.”

Seungcheol berpikir sejenak lalu mengingat siapakah Seungkwan itu, “Ah, baiklah.”

“Bagaimana dengan Eun?” tanya Jihoon setelah keheningan panjang menyelimuti mereka berdua.

“Dia baik-baik saja. Chan sangat menyayanginya dan ingin sekali mengajaknya jalan-jalan,” jawab Seungcheol dan Jihoon tersenyum mendengarnya.

“Bawalah dia jalan-jalan sesekali kalau begitu hyung.”

“Ngomong-ngomong malam ini kau memiliki waktu?” tanya Seungcheol ragu dan Jihoon menggelengkan kepalanya.

“Maaf, aku memiliki urusan hari ini,” Seungcheol yang mendengarnya sedikit kecewa.

“Baiklah kalau begitu, aku akan masuk kelas, sampai jumpa Hoon-ie,” dan tidak lupa setelah dia bangkit, ia mengusap pelan rambut Jihoon yang lembut itu.

 

To: Jun

Aku harus melakukan pekerjaan itu bukan hari ini?

 

Balasan itu diterima secepat kilat oleh Jihoon.

 

From: Jun

Tentu saja, kudengar banyak sekali yang terjadi diluar sana akhir-akhir ini.

 

To: Jun

Baiklah, tetapi kau harus berada di rumah nanti malam.

 

From: Jun

Baiklah Jihoon-ah, kuharap kau bisa mendapatkannya lebih banyak malam ini.

 


 

Sepertinya semuanya akan bertanya-tanya tentang alur cerita ff ini dan btw mungkin mencapai 20 chapter lebih. Tapi siapa yang tau? Hehehe

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!