Stromy Day

Heal Our Flashback

“Chan-ah, aku pulang,” panggil Seungcheol saat memasuki rumah itu. Jihoon sendiri berjalan perlahan dengan bantuan lengan Seungcheol yang melingkar di pinggang mungilnya itu. Eun berada di gendongan Seungcheol juga masih sedikit kedinginan dan terus mencoba menghangatkan dirinya.

“Hyung?!” pekik Chan setelah mendengar suara Seungcheol yang cukup keras. Anak kecil itu dengan segera mendekati Seungcheol dan melihat Eun yang memandanginya dengan tatapan memelas.

“Eun… maafkan aku,” sesalnya dan Jihoon tersenyum melihatnya, “Mandikan dia dengan air hangat sebentar oke? Kemudian keringkan badannya dengan cepat.”

Chan menganggukan kepalanya dengan cepat dan kemudian membawa anak anjing itu ke kamar mandi didalam kamarnya. Seungcheol memandangi perginya sosok sepupunya itu dan kemudian matanya menatap Jihoon secara intens.

“Ikut aku”

“Ada apa memangnya?” tanya Jihoon dengan tatapan polos.

Seungcheol menggelengkan kepalanya, “Kau terkena hujan Jihoon-ah… kau lupa?”

“Dan lalu?”

“Kau perlu mandi Jihoon-ah, aku tidak mau kau sakit…”

Semburat merah muncul di wajahnya Jihoon dan dia menggelengkan kepalanya, “Aku tidak apa-apa…”

“Ternyata kau lebih keras kepala dari yang kukira Jihoon-ah,” balasnya dan kemudian menarik pinggang Jihoon mendekat kepadanya.

“Dengarkan apa yang kusuruh oke? Jangan terlalu keras kepala,” bisiknya pelan dengan suara khas miliknya yang membuat Jihoon menundukkan kepalanya.

Seungcheol tersenyum dan kemudian membantu Jihoon memasuki kamarnya. Jihoon memandangi kamar Seungcheol yang cukup luas dan mewah itu. Dengan jendela lebar yang berada di samping kiri tempat tidurnya dan interior minimalis berwarna hitam putih itu membuat Jihoon sedikit takjub. Meskipun begitu, kamar Seungcheol memang nyaman untuk siapapun itu.

Pria berambut hitam itu membuka lemari yang berisi baju-baju miliknya dan kemudian memilih salah satu dari mereka. Sweater biru tua dengan celana pendek berwarna putih itu Seungcheol ambil dengan cepat kemudian ke kamar mandi di ruangannya. Terdengar suara air mengalir didalam kamar mandi itu dan Jihoon bernapas lega, ‘Aku tidak akan disuruh mandi kalau begitu.’

Seungcheol keluar tanpa mengatakan apapun itu dan kemudian menarik Jihoon kedalam ruangan itu. Jihoon melihat ke sekeliling ruangan yang sempit itu namun itu cukup jika sebagai kamar mandi. Terdapat wastafel dengan cermin yang menggantung di dinding begitu pula toilet dan bath tub. Semuanya itu berwarna putih mulai dari dinding hingga keramik yang melapisi lantai itu.

“Apakah aku harus mandi?” tanya Jihoon perlahan dan Seungcheol menganggukan kepalanya.

“Tapi―”

“Tapi? Kau mau aku yang memandikanmu?” dengan cepat Jihoon menggelengkan kepalanya, “Bukan itu maksudku hanya saja bukankah ini terlalu berlebihan?”

“Bukankah akan lebih tidak sopan lagi jika seandainya aku mengantarmu pulang dengan keadaan basah kuyup dan kaki terkilir lalu membalasnya dengan ucapan terima kasih saja? Tidak aku menolak,”  jawab Seungcheol dan Jihoon menghela napas pasrah.

“Baiklah kalau begitu… sekarang keluarlah,” jawab Jihoon dan dengan cepat pria tampan itu keluar dari ruangan itu. Jihoon merendam tubuhnya yang kedinginan itu didalam bath tub yang berisikan air hangat dan kemudian mencoba merasakan tubuhnya yang kembali menghangat. Jihoon berpikir sekilas, kenapa pria seperti Seungcheol memperdulikan sosoknya dan kenapa dia berada di rumahnya sekarang, entahlah Jihoon sudah tidak mau memikirkannya sejauh itu.

Jihoon menyelesaikan mandinya itu setelah 15 menit berlalu dan memakai pakaian yang sudah disediakan Seungcheol untuknya. Jihoon melangkah keluar dari kamar mandi di kamar itu dan tidak melihat Seungcheol berada disana. Ia kemudian berencana melihat dimanakah sosok sunbae-nya itu.

“Eun! Kau jangan menganggu Seungcheol hyung!” pekik Chan yang terdengar berada dibawah rumah itu. Terdengar juga suara anjing menggongong dan suara seseorang tertawa renyah. Jihoon berjalan perlahan sambil menahan sakit di kakinya hingga dia sampai di dapur.

Seungcheol sibuk mengaduk sesuatu di dalam panci yang berada diatas kompor itu dengan Eun yang sibuk bermain diantara kaki Seungcheol. Chan sendiri sibuk memperhatikan Eun dan tertawa setiap kali Eun mencoba untuk menganggu Seungcheol.

Jihoon tersenyum kecil melihat mereka yang sibuk dengan kegiatan mereka sendiri hingga Seungcheol menyadari Jihoon yang sudah berada disana. Seungcheol dengan cepat mematikan kompor yang masih menyala itu dan berjalan mendekati Jihoon yang sembari berdiri dengan kikuk.

“Kau seharusnya tidak bergerak terlalu banyak Jihoon-ah…”

“Aku tidak apa-apa Seungcheol hyung…”

“Jihoon hyung!” pekik Chan dan berjalan mendekatinya.

“Maafkan aku atas kejadian ini…”

Jihoon tersenyum mendengarnya lalu menepuk pelan pundak Chan, “Lupakan itu… asalkan mulai sekarang kau lebih berhati-hati saat mengajak Eun keluar itu lebih baik.”

Chan tersenyum manis dan mengangguk, “Terima kasih hyung…”

Seungcheol kemudian menanyakan sesuatu, “Kalian tidak lapar?”

“Tentu saja kami lapar hyung!” pekik Chan semangat dengan Eun yang menggongong.

Seungcheol lalu membawa Jihoon untuk duduk di meja makan itu dan Chan duduk dengan manis menunggu makan malam mereka sedangkan Seungcheol sibuk menyiapkan makan malam mereka dengan cepat.

Mata Chan berbinar-binar setelah melihat apa yang menjadi makan malamnya hari ini, “Nasi kare?”

“Aku tau kau menginginkan ini Chan, makanlah dengan banyak,” jawab Seungcheol dan dengan semangat Chan menyendok sesendok penuh nasi kare itu kedalam mulutnya.

“Kau tidak makan Jihoon?” tanya Seungcheol yang melihat Jihoon hanya melihat makanan didepannya.

Jihoon menatap Seungcheol perlahan dan berucap pelan, “Apakah lebih baik aku pulang saja ke rumahku?”

Dengan cepat Seungcheol menggelengkan kepalanya, “Malam ini terjadi badai Jihoon…”

Pria mungil itu membelalakan matanya, “Hah? Yang benar saja… kalau begitu ijinkan aku menelepon Seungkwan.”

Seungcheol menganggukan kepalanya tanda mengerti, “Tetapi setelah kau makan.”

“Baiklah…”

Mereka bertiga melewati makan malam dengan cerita panjang laki-laki kecil itu tentang bagaimana sekolahnya hari ini atau Eun yang sibuk bermain diantara kaki mereka. Jihoon hanya tersenyum setiap kali melihat perbincangan diantara mereka dan dia hanya sibuk mengamati bahwa Seungcheol adalah orang yang childish, berbeda dengan tampangnya yang dapat memikat siapapun, Chan yang terlihat ceria namun ada saatnya dia merasakan kesepian.

Jihoon berdiri disamping Seungcheol yang sibuk membereskan makan malam mereka, dengan tangannya yang sibuk mencuci piring-piring kotor. Eun dan Chan sendiri sudah berada di kamar milik Chan. Jihoon hanya terus menatapnya hingga Seungcheol mendekatkan tangannya yang penuh busa itu.

“Hei…” pekik Jihoon saat Seungcheol menyentuh hidung Jihoon dengan jari telunjuknya yang penuh dengan busa.

“Kenapa? Kau tidak menyukainya?” tanya Seungcheol sambil terkekeh pelan dan kemudian mengusap wajah Jihoon agar penuh dengan busa.

Jihoon menatap Seungcheol dengan tatapan datar dan kemudian melapisi tangannya dengan busa sabun cuci piring itu dan menepuk wajah Seungcheol berkali-kali, “Apakah kau senang dengan ini?”

“Eh… hei…” sela Seungcheol saat Jihoon sibuk menepuk wajahnya. Jihoon menghentikan aktivitas itu saat Seungcheol mengcengkram lengannya agar berhenti.

Mereka berdua terdiam, membiarkan mata mereka berbicara suatu sama lain. Jihoon sendiri pun tidak mengalihkan atensinya dan membiarkan matanya larut dalam manik hitam gelap itu. Seungcheol sendiri hanya dapat menanyakannya, “Apakah kakimu masih sakit? Aku belum mengobati kakimu dari tadi.”

“Sudah agak lumayan. Maaf karena sudah menepuk wajahmu. Sepertinya sifat asliku keluar…”

Seungcheol terkekeh pelan dengan wajahnya yang penuh dengan busa, “Tidak masalah, tetapi aku ingin kau menunjukkan sosok aslimu untukku.”

Jihoon menggelengkan kepalanya dengan rona merah di wajahnya, “Sosokku yang itu terlalu membosankan.”

“Tidak bagiku, kurcaci kecil,” Seungcheol tersenyum dan menurut Jihoon itu menawan. Pria tampan itu mendekatkan kepalanya dan kemudian mendekatkan bibir mereka.

Kecupan itu hanyalah kecupan biasa hingga Jihoon yang terkejut pada akhirnya menutup kedua matanya dan mengikuti permainan Seungcheol. Tautan itu hanyalah tautan yang manis yang menyenangkan hingga Jihoon melepaskannya dan melihat keadaan wajah mereka yang penuh dengan busa dan wajahnya yang sedikit panas.

“… aku ingin mencuci wajahku,” gumam Jihoon setelah ciuman itu berakhir.

Seungcheol tersenyum kecil, “Baiklah…”

 


 

Kamar itu hanya terdapat mereka berdua yang masih sibuk berkutat satu sama lain, dimana Jihoon yang duduk di tepi tempat tidur Seungcheol yang berukuran king size dan Seungcheol yang terfokus ke pekerjaannya.

“Hei sakit,” rintih Jihoon saat Seungcheol mencoba mengobati pergelangan kakinya dengan perlahan.

“Tenanglah Jihoon-ah.”

Seungcheol mencoba untuk tidak menyakitinya  dan kemudian memperban pergelangan kakinya dengan pelan. Jihoon hanya menatap pria itu mengobatinya, ia menatap pria itu dengan serius tanpa memperdulikan badai di luar sana. Setelah Jihoon memperhatikannya cukup lama, dia merasa Seungcheol cukup menarik baginya.

 

Kenapa aku menerima ciuman itu dengan mudahnya… bukankah kau tidak menyukainya… lalu kenapa? Dan kenapa dia sangat memperhatikanmu?

 

Sekilas pertanyaan itu melintas di benak Jihoon namun sosok mungil itu tidak tau bagaimana menjawabnya. Ketika Seungcheol hampir menyelesaikan pengobatannya itu, petir pun menyambar dengan sesuka hatinya.

Jihoon terkejut mendengar suara keras itu dan Seungcheol menatapnya dengan tatapan heran, “Kau takut petir?”

Jihoon dengan cepat menggelengkan kepalanya lalu terkejut lagi saat suara itu menyambar di telinganya. Pria tampan itu kemudian menatap ekspresi Jihoon yang tidak meyakinkannya jika Jihoon tidak takut petir.

“Kau takut Jihoon.”

“Ti― tidak― aku―”

Jihoon tergugup mendengarnya, keringat dingin menyucur di sekeliling dahinya dan Seungcheol dengan cepat merebahkannya di tempat tidur itu. Seungcheol merebahkan badannya di samping Jihoon dan menatap pria disampingnya itu.

“Bolehkah aku bertanya?” Seungcheol membuka pembicaraannya.

“Hm?”

“Bagaimana kau menemukan Eun?”

Jihoon terkekeh pelan mendengarnya, “Aku dari tim penyelamat anjing… Jun adalah ketua dari organisasi itu.”

Seungcheol berpikir sekilas dan mengingat sosok dokter hewan itu, “Ah… begitukah?”

“Aku selalu bertugas setiap hari senin untuk menyelamatkan anjing terlantar dan ya begitulah…” lanjut Jihoon dan Seungcheol menganggukan kepalanya sekilas.

“Bagaimana dengan cynophobia-mu hyung?” tanya Jihoon dan Seungcheol tersenyum.

“Aku sudah tidak takut lagi dengan anjing―”

“Terima kasih Jihoon-ie.”

“eum… sama-sama.”

“Apakah aku akan tidur di ruangan lain?” tanya pria mungil itu dan Seungcheol berpikir sekilas, “Ada ruangan khusus tamu namun mengingat kondisimu, aku tidak yakin akan itu sekarang…”

“Kalau begitu aku akan tidur di ruang tamu saja,” lanjut Seungcheol dan Jihoon menggelengkan kepalanya pelan.

“Mungkin lebih baik begini…”

Jihoon memikirkan sesuatu, “Orang tuamu dimana hyung?”

“Mereka sedang memiliki urusan dan akan pulang hari senin sepertinya.”

“Oh…”

Jihoon kemudian menutup matanya saat mendengar sambaran petir yang diiringi hujan deras itu. Seungcheol sendiri mecoba untuk mengalihkan perhatiannya, “Apakah kau mau menonton film?”

Jihoon menganggukan kepalanya pelan dan Seungcheol membuka film komedi agar Jihoon tidak terfokus kepada sambaran petir lagi. Sesekali Jihoon tertawa kecil saat melihat scene dimana pemeran utamanya terlalu ceroboh hingga mencapai akhir film tersebut Jihoon mengantuk dan kemudian menjatuhkan kepalanya di pundak lebar pria bermata bulat itu.

Seungcheol mengecup puncak kepalanya singkat dan bergumam seperti pangeran-pangeran di negeri dongeng klasik, “Good night kurcaci kecil…”

“Aku menyukaimu,” ungkapnya kepada orang yang sudah tertidur itu.

Seungcheol lalu mendekatkan tubuh Jihoon ke pelukannya dan pria mungil itu sepertinya sudah bermimpi tentang pantai di Busan.

 


 

Niatnya ga bikin se fluffy ini. Sorry late update!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sseundalkhom
#1
Chapter 26: YA AMPUN TOLONG UPDATE, SEUNGCHEOL AYO BANGUN CHEOL ARGGGGHHHHH
mongiemong
#2
Chapter 25: I think we don't have as much active readers on aff anymore as we used to. the tag isn't as active that's why there's less feedback.

kaget juga tadi pas liat fic ini di update. finally last chapter 1 lagi yaa.. after all the pain and sadness jihoon uda rasa huhu. makasi tetep ngelanjutin fic nya walau udah setahun. this fic deserves an ending for our jicheol ^^
lakeofwisdom
#3
Chapter 24: GANTUNGNYA MANTEP YAAAAA HMMM
Balalala1717 #4
Chapter 22: JIHOOONNYA OMOOOOO ngambek tapi pengen disayang sayang gitu yaa
leejihoon92
#5
Ff kaporit memang ini hehhh....
Balalala1717 #6
Chapter 21: Waaah mind blown mih si mingyu ternyataaaa
lakeofwisdom
#7
Chapter 21: udahlah mingyu kasih tau aja :((
Balalala1717 #8
Chapter 20: LAAAAH JADI SEUNGCHEOL..... ?!!!