Episode 19 -- Prahara Rumah Tangga
All About UsWoohyun mengangguk paham. Ditatapnya jejeran manusia yang duduk disofa rumahnya. Wajah penuh kekesalan menatap sengit seonggok manusia yang babak belur. Rambutnya berantakan, pakaian melar, celana kotor bertanah.
“Untung nak Woohyun cepat datang. Tadi saya sempat mau panggil warga kompleks sebelah.” Lanjut pak Jungyeop.
Woohyun mengusap pelipisnya, berdenyut karena perilaku Sunggyu yang aneh-aneh. “Terima kasih loh, pak, sudah hentikan mereka.”
Pak Jungyeop tersenyum. “Iya, tidak masalah. Kalau begitu saya pulang dulu, ya nak.”
Begitu pak Jungyeop keluar dari rumah, Woohyun menatap lama Sunggyu dan teman-teman. Lengannya terlipat didada, menunjukkan gelagat serius.
“Kalian ini... astaga. Aku ngerti kalian mau melindungi Minseok, tapi apa perlu sampai keroyok masal orang ini? Untung dia menolak perpanjang masalah ke polisi, loh!”
Sunggyu memajukan bibirnya. “Maaf, kak. Refleks tadi.”
Woohyun menghela napas. “Kalian ada yang luka? Ada yang sakit? Astaga, Minseok, lenganmu kok merah? Nanti kita bilang apa ke Hana? Min Seok, sepatumu sudah ketemu?”
Minseok mengusap lengannya sendiri sambil melirik sinis pelaku penarikannya tadi. “Biar saja Hana tahu. Aku tidak akan menyembunyikan apapun.” Lalu ia bersedekap, menampilkan wajah garang siap berperang.
“Kak, tidak tanya aku? Aku juga korban, loh.” Howon menyela. Ia tengah mengompres tulang pipinya yang tidak sengaja kena sikut.
Woohyun menjewer telinga Howon pelan. “Korban udelmu! Itu lihat, encok gara-gara kamu tendang!” seru Woohyun kemudian menunjuk si korban pengeroyokan.
Howon cengengesan. Sunggyu menyikut pinggangnya tak santai, iri karena Woohyun menyentuh Howon.
Woohyun menggelengkan kepala. Ia mengusap rambut Sunggyu pelan, berhubung si imut sedang memeluk pinggangnya merasa bersalah. Kesempatan, cuy.
“Tuan, anda baik-baik saja? Perlukah kita ke dokter?” tanya Woohyun. Ia cukup iba dengan kondisi korban yang bisa terbilang kacau.
Si korban menggeleng. Ia memperhatikan Sunggyu yang terus mengusap wajah diperut Woohyun. Wah, si Sunggyu cari kesempatan juga ternyata.
“Kak Woohyun, kak Sunggyu!! Rumah Hana kok hancur? Kak Min—“ Hana yang baru pulang sekolah mematung. Mulut mungilnya menganga lebar, kaget melihat korban yang juga mematung.
“Luhan sialaaannnn!!!”
Seperti cheetah, Hana menerjang tubuh korban untuk memberikannya pukulan mematikan.
**^^**^^**
“Dek, lain kali jangan begitu lagi, ya?” tanya Woohyun—lagi. Mereka sedang berbaring dikamar, bersiap mengarung mimpi.
Sunggyu mengangguk tidak rela. “Iya, kak. Gyu salah. Maaf.”
Woohyun menggigit pipi dalamnya gemas. Sunggyu jadi semakin menggemaskan saat merasa bersalah. Woohyun jadi ingin peluk, ‘kan. Sayang jantungnya belum siap.
Omong-omong, setelah berhasil menghentikan Hana, barulah diketahui bahwa si korban—Luhan, merupakan mantan kekasih Minseok. Iya, pacar lelaki pertama Minseok yang meninggalkannya saat Minseok ketahuan berstatus gay dikota mereka tinggal dulu. Wajar Minseok dan Hana begitu sakit hati dengan pria itu. Tak lama setelah kabur, tersiar kabar bahwa ia menjalin hubungan lain dengan seorang wanita selama ini. Intinya, Minseok dijadikan selingkuhan terus ditinggalkan. Siapa yang tidak marah diperlakukan seperti itu?
“Kak.”
“Hm?”
“Minseok dan Hana oke ‘kan? Aku khawatir.”
Woohyun tersenyum tipis. Diusapnya punggung tangan sang kekasih. “Tenang saja. Mereka pasti bisa mengatasi ini. Lagipula Luhan itu terlihat bersalah, tahu bahwa ia tidak akan mendapat maaf dengan mudah. Biarkan mereka mengatasi urusan mereka sendiri, oke?”
“Eum.” Sunggyu mengangguk paham.
**^^**^^**
Sunggyu mengipas lehernya yang panas. Setelah berkutat dengan soal ujian, kini saatnya menunggu jadwal berikut. Menyesal rasanya berdiam di kampus dan tidak pulang seperti Min Seok dan Howon.
“Panas, panas, panas, panas, badan ini~” gumam Sunggyu. Ia melongok ke kiri dan kanan, mencari mesin minuman dingin. Kenapa sih, dosennya minta ujian di fakultas bisnis? Bagaimana jika Sunggyu malah bertemu Jingu?
Eh, sungguh ketikan penulis tak bertanggung jawab. Tak jauh dari tempat Sunggyu berdiri, Jingu menatapnya dengan senyum lebar.
Tolong kutuk penulis yang
Comments