Episode 13 -- Tetangga

All About Us
Please Subscribe to read the full chapter

Tidak seperti bayangan Woohyun, kencan mereka tidak canggung. Mungkin karakter Sunggyu yang cerewet dan dirinya yang selalu bisa menemukan topik pembicaraan membantu. Sepanjang jalan, ada saja yang mereka ceritakan. Masalah kuliah, pekerjaan Woohyun di restoran, usaha Minseok untuk pdkt dengan Sung Ah--yang sampai sekarang masih memantul seperti bola, tanpa respon--kelakuan Howon yang semakin menyebabkan pankreas Sunggyu mengerut dan masih banyak lagi.

"Mau nonton apa dek?" tanya Woohyun. Meneliti deretan film yang tengah tayang.

"Kalau horor gimana kak?" wajah Woohyun langsung pucat. Melihat posternya saja Woohyun sudah takut. Tidak masalah jika mereka menonton film horor lewat televisi atau media lain. Tapi di bioskop, dengan suasana gelap, speaker super besar yang membuat jantung berhenti dan layar kualitas tinggi menampilkan gambar mengerikan kemanapun mata memandang? Harga diri sama sekali tidak penting.

"Aku tidak suka horor. Takut bahkan. Tapi jika adek mau menontonnya, aku ikut." Cih, dasar sok aksi kamu Woohyun.

Sunggyu menggelengkan kepala. "Baguslah jika kakak tidak mau. Akupun tidak suka film seperti ini."

"Jika tidak suka, kenapa usul dek?"

"Kirain kakak tipe laki-laki yang suka film seperti itu ketika kencan."

"Tidak semua orang seperti itu, dek. Aku ini antik. Jangan percaya sama drama, omong kosong semua."

"Ih, aku tahu dari pengalaman kok."

Mata Woohyun melebar. Sejumpit rasa cemburu menjalari hatinya. "Adek pernah kencan sama orang lain ke bioskop?" tanya Woohyun sebelum bisa dicegah. Memang sulit punya mulut tanpa filter seperti ini.

"Gak bisa dibilang kencan juga sih kak. Aku pergi bareng Howon, Minseok dan Jingu. Ketika Jingu bilang ingin nonton film horor, si Howon sama Minseok langsung setuju. Aku jadi harus ikut juga,"

Itik memang si Jingu ini. Beraninya dia.

"Bagaimana jika kita nonton ini saja?" tanya Sunggyu. Telunjuknya terarah pada film fantasi aksi. Film begini yang nikmat ditonton.

"Ayo beli tiketnya." Woohyun mendului Sunggyu. Mulutnya komat-kamit kecil, mengutuk semoga Jingu terantuk sapu.

**^^**^^**

Sehabis menonton film--yang filmnya seru dan enak dibawa diskusi--pasangan itu jalan-jalan di mall. Lihat-lihat saja, karena memang tidak ada yang perlu dibeli. Sesekali, mereka membeli snack untuk dinikmati sembari berjalan.

"Adek mau makan apa?" tanya Woohyun. Ia merapikan sedikit poni Sunggyu yang berantakan diterpa angin.

"Odeng!" seru Sunggyu ceria. "Sudah lama aku tidak makan odeng. Terakhir waktu Jingu mengajakku beberapa bulan lalu."

Senyum Woohyun pudar sedikit. Sebal juga si Jingu ini selalu menyempil di pembicaraan mereka. Namun, sebagai pasangan yang baik dan cinta damai, Woohyun cuek saja. Padahal hatinya sudah merutuk.

Keluar dari mall, keduanya berjalan menuju warung pinggir jalan. Macam-macam makanan disana mereka beli. Keduanya bersantap hingga kenyang. Meski suasana begitu tenang, nyaman dan mendukung untuk bergandengan tangan, Woohyun harus rela menunda niatnya itu. Sunggyu masih sibuk bercerita petualangannya bersama Minseok dan Howon. Bukannya Woohyun menolak, hanya saja ia tidak suka dengan nama Jingu yang sesekali diucapkan bibir merah muda Sunggyu. Cih, dia saja jarang dipanggil nama oleh Sunggyu. Bisa-bisanya Jingu ini mendapat porsi lebih banyak darinya. Hello, suami Sunggyu itu Woohyun loh!!

"...terus profesor melempari Minseok dengan spidol. Eh, si Minseok malah lempar balik spidolnya, sayang kena Jingu. Dia ketinggian sih. Duduk di depan pula. Jadilah..."

Woohyun juga tinggi kali. 170 cm itu tinggi rata-rata orang Korea!! Siapa yang berani bilang Woohyun pendek? Belum lihat aslinya itu orang. Pendek ngatain pendek. Huh!!

"...Howon terus nahan profesor biar nggak nerjang Minseok. Mentang langsing, Minseok nyelip antara Howon dan Jingu..."

Ah, masa bodoh dengan harga diri.

"Dek, jangan sebut-sebut Jingu lagi ah!" kesal Woohyun. Sunggyu spontan berhenti bicara. "Kenapa kak?" tanyanya pelan.

Woohyun menggembungkan pipinya. "Jingu ini, Jingu itu. Jingu, Jingu, Jingu. Heran aku. Kenapa kamu sering sekali menyebut namanya? Bukannya kamu tidak begitu suka dengannya? Aku bosan mendengar namanya dek. Kita lagi berdua. Ini pertama kalinya adek pergi berdua denganku. Tak masalah jika adek mau cerita banyak hal, tapi jangan si Jingu ini! Lama-lama kugigit dia."

Angin berhembus. Sakura berjatuhan disekitar keduanya. Untung tidak banyak orang di trotoar itu. Senyum manis merekah di wajah Sunggyu. "Kenapa? Kakak cemburu?" goda Sunggyu.

Bohong tidak, ya? Masa Woohyun harus bohong bilang 'tidak' seperti gadis-gadis?

"Ya cemburu lah. Padahal aku sudah jadi suami adek dua minggu lamanya. Jangankan menyebut namaku, menatapku saja adek masih canggung. Aku juga ingin kita mesra seperti orang-orang lain."

Senyum Sunggyu luntur. Wajahnya langsung merah mendengar pengakuan jujur Woohyun. Niat menggoda orang, malah dia yang bersemu. Super memang.

Malu-malu, Sunggyu menyamakan pandangan dengan Woohyun. Suaminya itu masih saja cemberut imut. Wajah Sunggyu semakin bersemu saat tatapan menggemaskan diarahkan padanya. Jantung Sunggyu seakan ingin meledak, gugup bertatapan mata begitu lama.

"Dek, aku boleh pegang tangan adek?" bisik Woohyun. Sunggyu mengangguk. Menundukkan wajah, ditatapnya lama tangan kanannya yang sudah bertaut dengan Woohyun. Astaga, tangannya berkeringat. Malu sekali. Harusnya ia lap dulu sebelum mengangguk.

"Adek," Woohyun menegadahkan wajah Sunggyu dengan bantuan ibu jari dan telunjuk. Senyum lembut terulas mendapati wajah merah itu. Untung dia tidak seputih Sunggyu. Jadi tidak jelas jika pipinya sendiri merah seperti merica. "Apa mulai besok-besok aku boleh menggandeng ketika berjalan?"

Jika mungkin, wajah Sunggyu jadi lebih merah. Padahal mereka ini pasangan menikah. Woohyun kenapa pakai tanya-tanya segala. Lakukan saja, ya tidak? Mengangguk, Sunggyu menggigit kecil bibir bawahnya.

'Astaga, pipi kak Woohyun mulus sekali. Seperti mochi.' Lamun Sunggyu. Tanpa sadar, wajahnya mendekat, kemudian mendaratkan sebuah kecupan halus dipipi kiri Woohyun.
Napas sang koki tercekat. Rasanya seperti mabuk. Kepala Woohyun langsung pusing dan tubuhnya memanas. Baru dicium pipi saja dia sudah mau pingsan. Bagaimana jika dibibir atau... posisi lain? Mungkin Woohyun sudah terbang ke surga.

"Maaf kak. Aku tidak bermaksud membuat kakak cemburu. Aku sama sekali tidak sadar Jingu ini sering sekali kusebut. Aku memang tidak begitu menyukainya, tapi dia sering memberikanku makanan. Kurasa karena itu aku jadi sedikit ingat padanya. Aku janji tidak akan menyebut namanya jika tidak penting," Sunggyu menarik Woohyun--yang masih melayang--untuk mulai berjalan. "Aku juga tidak masalah jika kakak ingin menggandengku kapanpun kakak ingin. Aku senang kakak menginginkannya."

Woohyun terbatuk canggung. Untuk sejenak, mereka berjalan dalam diam. Tak ada yang bicara, takut kalimat mereka akan bercampur aduk, selaras dengan jantung keduanya yang tak hentinya berdebum.

"Oh, kak Woohyun! Kak Sunggyu!!"

Keduanya mendongak. "Hana! Apa yang kamu lakukan malam-malam begini di luar?" heran Sunggyu. Hana bangkit dari posisi jongkoknya kemudian menghampiri tetangganya.

"Aku lupa bawa kunci. Kakakku seperti bekerja lebih awal, jadi aku terkurung di luar." Cerita anak SMP itu.

"Sudah hubungi kakakmu?" Woohyun menuntun Hana untuk berjalan menuju rumah mereka.

"Tadi sudah kutelpon. Bosnya bilang kakak sedang sibuk. Aku tidak tahu kapan kakak akan pulang."

Woohyun dan Sunggyu saling bertatapan. Hana memang sering seperti ini. Dua minggu saling mengenal, Hana terlihat seperti tinggal sendiri saja. Siang hari kakaknya tidur, sedang malam ia bekerja. Wajar jika keduanya merasa iba, melihat Hana kesepian.

"Ayo ke rumah kami. Apa Hana sudah makan? Belum? Kak Woohyun ini koki hebat, loh." Curhat Sunggyu. Hana terkekeh geli.

"Aku tahu. Masakan yang kakak berikan kemarin itu masih terasa di lidahku. Kak Sunggyu be

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
YasuharaNiwa #1
Jarang bngt nemu fanfic infinite yg b. Indonesia. Thank you thank you
akitou
#2
Chapter 21: Perasaan susah bangat mereka mau kisseu aja..... Bang uyon kita melihat bintangny sambil bakar jagung yokkk....
akitou
#3
Chapter 20: Pendek ato panjang yg penting author senang..... Saya pembaca yg sabar kok... (pdhl suka nuntut cpt update) >_<
Yuerim #4
Chapter 20: Sampai lupa gimana alur ceritanya. Thankyou sudah ingetin kalau cerita ini masih eksis. Dan thankyou juga sudah update cerita. Makin bikin penasaran aja ceritanya.
kaisoo_meanie #5
Chapter 20: Pengennya update cepet tapi panjanggggg
irenewijaya06 #6
Chapter 19: Thankyou kak udah update ?? selalu nungguin inii dan setia nunggu perkembangan hubungan woogyu aaaaaa.. ayoo cepet honeymoon ?
kaisoo_meanie #7
Chapter 19: Makasih udah di lanjut, aku nungguin lanjutannya lagiii, kepoo
akitou
#8
Chapter 19: Title hhuawa..... Bikin salah paham kirain bakal ada sesuatu.... Ayah membuyarkan suasana
gari_chan #9
Chapter 18: Woohyun sungguh selow tetap selow, walau di gosipin bodo amat, gyu ikutin woohyun tuh suami mu patut di contoh