Date or Punishment?

Wild Imagination by doubleAA10

Bell tanda berakhirnya pelajaran hari itu berbunyi dnegan keras memengkakkan telinga, membuat hampir sebagian pelajar di sekolah itu memiliki wajah yang berbinar-binar riang. Hari terakhir di sekolah untuk menikmati libur ganda di akhir pekan tentu saja hal yang paling dinantikan pelajar korban kekerasan kurikulum yang baru.

Tidak terkecuali si kembar. Si pirang dan si rambut hitam.

Si pirang –yang kalian ketahui bernama Oh Taekwoon- tampak terburu-buru mengemasi buku pelajarannya yang tercecer. Dengan wajah sumringah ia mengucapkan salam kepada gurunya dan segera berjingkrak-jingkrak senang. Sedangkan kembarannya, si hitam –Oh Sehun- tampak lebih diam dan sesekali mengawasi saudara kembarnya yang hyper aktif itu. Aw, bukan hanya saudara kembar. Namun belahan hatinya.

Adalah rahasia mereka berdua, dan mungkin Tuhan juga. Si kembar dari keluarga Oh itu mengidap –atau mungkin twincest- sejak di bangku SMP dan sekarang mereka sudah duduk di bangku akhir SMA. Sejak kecil mereka tidak terpisahkan, dan ditambah keadaan kedua orang tua yang super sibuk, jadi sangat mendukung mereka ketergantungan satu sama lain. Sejak saat itulah hal yang tabu dan menyeleweng itu dimulai.

Taekwoon sangat tergantung dengan keberadaan Jaehwan yang pada akhirnya selalu melindunginya, selalu menemaninya kemanapun ia pergi, selalu bersamanya setiap waktu. Benih cinta terlarang itu pada akhirnya tumbuh di hati Taekwoon dan terus berkembang. Sedangkan Sehun, dengan nalurinya ia selalu bersama Taekwoon, melindunginya, menjaganya. Dan sangat posesif dengan keberadaan saudara kembarnya itu. Tidak seorang pun boleh menyentuh saudara kembarnya itu.

Ngomong-ngomong soal posesif, sekarang Jaehwan tengah menatap saudara kembarnya yang tengah mengobrol dengan salah satu anak yang Jaehwan tempatkan dibagian atas daftar hitamnya. Si bungsu dari keluarga Wu yang digosipkan tengah dekat dengan saudara kembarnya. Gosip itu menyebar dari sekelompok perempuan berisik yang menamakan grub mereka dengan " Fans Club". Mata Jaehwan tidak bisa lepas dari dua sejoli yang kelihatannya sedang berbincang mesra di depan kelas, tanpa memperdulikan anak-anak yang mulai buyar satu persatu menuju rumah mereka masing-masing.

"Kris, terima kasih atas bantuannya tadi," Taekwoon malah dengan gegabahnya tersenyum hangat pada Kris. Tanpa memperdulikan tatapan nyalang saudara kembarnya yang cukup posesif itu. Sedangkan Kris, seperti biasa ia tetap stay cool dnegan wajah stoic dan hanya menjawab singkat perkataan Taekwoon.

'Cup' dengan singkat Taekwoon mengecup pipi kiri Kris dan melenggang kembali ke tempat duduknya. Membuat mata Jaehwan ataupun Kris sama-sama terbelalak. Jika Kris terbelalak karena kaget, Jaehwan lebih terbelalak karena emosi.

'Awas saja kau Han…berani sekali mencium wajah dingin itu di depanku,' inner Jaehwan bergolak marah melihat kejadian itu. Sedangkan Kris hanya mengangkat sebelah alisnya kemudian segera keluar kelas. Ia tidak memikirkan lebih lanjut. Taekwoon menghampriri Jaehwan dengan wajah yang tidak bersalah sama sekali, seolah perbuatannya tadi tidak menimbulkan api kecemburuan di hati saudara kembarnya yang posesif.

"Sehun, ayo pulang," Taekwoon mengulurkan tangannya dengan riang. Jaehwan memendam kekesalannya sejenak, sambil memutar otaknya untuk membuat Taekwoon harus kembali paham bahwa ia hanyalah milik Jaehwan seorang. Jaehwan membuang patahan pensilnya, menyambut tangan Taekwoon dan memasang fake smile andalannya.

.

.

"Kau tidak makan?" Taekwoon menarik kursi makan dan segera meletakkan mangkoknya yang berisi ramen panas. Jaehwan tampak menggeleng dan kembali fokus pada ponselnya. Taekwoon mengendikkan bahu dan mulai menyumpit ramennya dengan lahab. Keheningan sempat menggantung di udara sebelum akhirnya Jaehwan membuka suara.

"Sudah memikirkan acara untuk libur ganda besok?" Taekwoon menggeleng pelan dan terus melahab ramennya. Toh memang ia tidak punya rencana untuk menikmati hari liburnya. Orang tuanya pasti sangat sibuk, tidak akan pulang jika tidak akhir tahun. Mereka terbiasa hidup sendiri sejak kelas satu sekolah menengah atas. Di sebuah flat kecil yang dekat dengan sekolah mereka tapi tidka terlalu jauh dari pusat kota.

"Ayah dan ibu juga tidak pulang. Otomatis kita tidak memiliki acara," Taekwoon baru menanggapi setelah menegak segelas air dari almari es. Tanpa ia sadari senyuman evil Jaehwan terkembang ketika mendengar jawaban Taekwoon. Jaehwan tampaknya sudah memiliki niat agak jelek untuk saudara kembarnya.

"Kenapa tidak pergi sendiri? Kupikir kita sudah lama tidak refreshing," Jaehwan memancing pembicaraan. Taekwoon menghabiskan ramennya kemudian beranjak menuju dapur cucian.

"Apa kau punya rencana bagus untuk besok Sehunku sayang?" Taekwoon memutar matanya malas. Jaehwan tertawa dan bernajak memeluk saudara kembarnya dari belakang. Merasa lebih dekat dengan saudara kembarnya itu membuat naluri liarnya menggebu-gebu.

"Well, kenapa tidak ke taman bermain? Menaiki semua wahana ekstrim? Baru saja kubaca salah satu artikel jika kau menaiki wahana ekstrim sesekali akan menyegarkan otakmu," dengan halus Jaehwan meluncurkan bujuk rayunya. Taekwoon diam sejenak, berusaha berfikir. Tidak biasanya Jaehwan yang sangat betah menghabiskan waktunya utnuk bermain playstation itu akan mengajaknya keluar. Dan berjalan-jalan.

"Kapan lagi memiliki waktu luang? Liburan masih lama Hyung," Jaehwan mendesaknya. Taekwoon menghela nafasnya, Jaehwan benar. Ia membutuhkan sedikit refreshing akibat kurikulum baru yang semakin lama terasa mencekik murid-murid yang menjalaninya.

"Baiklah. Tidak ada salahnya jika kita melakukan refreshing—" Taekwoon menggantung kalimatnya. Mencuci tangannya, dan mengeringkannya dengan lap di samping tempat cucian. Membalikkan dirinya dan mengalungkan tangannya dengan manja ke leher saudara kembarnya.

"—hitung-hitung mengajakku berkencan," Taekwoon memamerkan senyumnya yang menggoda. Ia berjinjit sedikit dan memagut bibir bawah Jaehwan dengan mesra. Jaehwan menyambut pagutan itu dengan seringai yang tercetak jelas.

'Ya.. aku akan memberikanmu sebuah kencan atau bisa kau sebut dnegan hukuman Han..' batin Jaehwan tertawa senang.

.

.

Taekwoon tersenyum senang, sesekali ia mengambil foto ketika mobil yang dikendarai Jaehwan berhenti di lampu merah. Mereka memang jarang sekali keluar bersama, terutama untuk refreshing seperti ini. Taekwoon sudah membayangkan bahwa ia akan menaiki sejumlah wahana ekstrim, well kalian perlu tau jika Taekwoon menyukai wahana yang memacu adrenalin. Sedangkan Sehun, ia tersenyum tipis membayangkan rencananya yang akan berjalan dengan mulus nanti. Memberikan Taekwoon hukuman yang tidak akan pernah Taekwoon lupakan.

Sekitar hampir 45 menit Jaehwan mengemudi, mereka sudah sampai ke taman bermain yang berada agak di pinggiran kota. Tempat itu tampak lumayan ramai –namun tidk padat seperti saat liburan sekolah-, mengingat ini adalah hari libur. Jaehwan memarkir mobilnya agak jauh dari keramaian, keuntungan mereka pergi agak pagi adalah bisa memilih tempat parkir. Dan menyeringai melihat Taekwoon yang tampak merapikan rambutnya. Taekwoon tampak cute dnegan hem berwarna denim dan celana jeans panjang berwarna hitam. Sedangkan Jaehwan memakai kaos hitam dan jeans biru.

Well Taekwoon sama sekali tidak tahu jika dirinya tengah dalam bahaya.

Sebelum sempat Taekwoon membuka pintu, Jaehwan dengan cepat menurunkan jok Taekwoon hingga posisi kembarannya itu agak berbaring. Taekwoon sempat memekik kaget, belum sempat reda kekagetannya Jaehwan sudah mencengkeram tangannya dan sebelah tangan Jaehwan yang bebas menarik sebuah tas hitam mencurigakan.

"Jaehwan… apa yang akan kau lakukan?" Taekwoon menelan ludahnya melihat seringai Jaehwan yang tampak menyeramkan. Bulu kuduknya merinding melihat seringai itu. Pasti sesuatu yang tidak baik dan menyusahkannya.

"Tentu saja mengajakmu refreshing sekaligus berkencan—" Jaehwan menggantung kalimatnya, tangannya aktif membuka resleting tas itu. Sedangkan tubuhnya perlahan beralih menindih tubuh kembarannya. Seringai iblis terpatri di wajah Sehun.

"—dan memberimu hukuman manis yang tidak kau lupakan," Jaehwan menutup kalimatnya dnegan mencium brutal bibir Taekwoon. Menghisap-hisap bibir kembarannya itu dengan ritme yang tidak teratur. Membuat Taekwoon gelagapan meladeni serangan Sehun. Perlahan mata indah itu menutup dan bibirnya mengikuti alur sang seme, tangannya mengalung halus ke leher Sehun.

"Ngh..mhh.." Dengung dan suara kecipak halus memenuhi mobil, tak lama Jaehwan menarik bibirnya. Menyisakan benang saliva yang panjang dan terhubung. Tangannya bergerak aktif menurunkan jeans serta dalaman kembarannya yang mulai luluh.

"Sh-ssh-Sehun..ahh.." Taekwoon mendesah seksi ketika bibir Jaehwan mencumbu perpotongan lehernya. Tangan Jaehwan mengambil sebuah botol dan segera menuang isinya, aroma jeruk memenuhi ruangan sempit yang mulai memanas itu. Jaehwan mengambil salah satu benda yang ia hapal di luar kepala, dan mengolesinya dengan cairan lengket beraroma jeruk itu.

"Kita tidak punya banyak waktu sayang," suara itu menyadarkan Taekwoon yang terbuai ekstasi dari ciuman hebat saudara kembarnya. Belum sempat ia melihat apa yang dipegang Sehun, holenya sudah dipaksa dimasuki sebuah benda yang memberikan sesasi dingin.

Sebuah dengan ukuran sedang dengan lube beraroma jeruk.

"Akhh.. Hun..ssh..j-anganhh..ngaah.." Taekwoon mendesah diantara rasa sakitnya. Holenya sama sekali tidak dilebarkan dan benda tumpul dingin memaksa masuk. Matanya mulai memanas, dan tangannya mencengkeram lengan Jaehwan kuat-kuat.

"Kita akan berjalan-jalan dengan benda ini Taekwoonku sayang," Taekwoon menggeleng keras ketika Jaehwan mulai mengambil remote dan menyalakannya dengan keadaan ringan. Benda itu mulai bergetar pelan di holenya dengan penuh penyesuaian.

"Dan..ah tentu saja kita tidak akan melupakan benda ini," Jaehwan mengambil sebuah ring hitam polos dan memainkannya.

"Akh..janganhh ituh..ssh.." Taekwoon menyuarakan pikirannya dengan terbata. Ujung itu mulai menyapa titik terdalamnya. Mau tidak mau membuat nya sedikit bangkit. Jaehwan menggeleng dengan wajah polos, berbanding terbalik dengan kegiatannya.

"Kau harus memakai ini sayang, kau tidak mau 'kan e di depan publik dan menampakkan celanamu yang basah oleh sperma?" dirtyt alk dari Jaehwan malah memperparah keadaan. Wajah Taekwoon memerah dan matanya mulai sayu, nafasnya mulai tidak beraturan. Ia memasang wajah memelas kepada kembarannya yang sekarang malah memasangkan ring sialan itu pada nya.

"Lepassh.." Taekwoon mencoba menghalau tangan Sehun, namun usahanya gagal. Jaehwan malah menaikkan celana dalam dan jeansnya. Mengancingkannya dan tersenyum sok polos.

"Kau harus menurut hari ini sayang, atau kita akan melakukan public . Dan bersikaplah biasa, seolah tidak ada benda bergetar itu di holemu…kau pasti tidak mau dicurigai orang-orang 'kan?" Jaehwan tersenyum puas ketika ancamannya malah seperti sebuah sihir. Taekwoon mengangguk lemah dan menggigit bibirnya. Sesekali ia mendesah kecil karena gerakan itu mengenai titik terdalamnya.

"Ayo kita turun!" Jaehwan menyuarakan semangatnya. Ya, kencan terindah yang akan ia alami dengan uke kesayangannya itu. Entah sebuah kencan atau malah sebuah hukuman untuk Taekwoon.

.

.

Awalnya Taekwoon berfikir bahwa ini adalah kencan yang bisa membuat otaknya segar, namuan malah berkebalikan. Ia tidak bisa jalan terlalu cepat karena benda sialan itu selalu menabrak prostatnya ketika ia berjalan lumayan cepat. Belum lagi senyum evil yang terkembang di wajah semenya itu.

"Ah..k-kita akan kem-mana?" Taekwoon tidak bisa cerewet seperti biasanya. Jaehwan hanya menunjuk rumah ikan. Sebuah akuarium besar. Mungkin tempat itu akan menjadi tempat yang menyenangkan bagi Taekwoon, jika saja tidak ada yang merangsang nya untuk terus bangun. Untung sekali ia tidak memakai jeans yang terlalu ketat sehingga nya tidak terlalu tersiksa dan tonjolan itu tidka terlalu jelas.

Selama di rumah ikan, Taekwoon hanya menuruti gandengan tangan Jaehwan yang berjalan kesana-kemari. Seolah menyiksanya. Ia terus menggigit bibirnya menahan nikmat, wajahnya sudah dipenuhi keringat. Taekwoon tidak lagi fokus kepada ikan-ikan lucu yang di akuarium super besar itu.

"Mh.. …" sial, Taekwoon merutuki suaranya yang sudah serak. Padahal mereka baru berjalan-jalan beberapa menit. Jaehwan menaikkan alisnya. Mengambil ponselnya dan dengan cepat memotret Taekwoon. Wajah Taekwoon yang memerah sangat kontras dengan backgorund sebuah akurarium penuh ikan lucu warna-warni.

"Kau ingin ke wahana lain?" Taekwoon mengangguk dengan cepat. Ke wahana lain dan segera mengakhiri penyiksaannya.

Mereka berdua berjalan menuju salah satu roaler coaster yang kebetulan masih sepi. Jaehwan tanpa sungkan segera menarik tangan Taekwoon, mengajaknya berlari menuju wahana itu. Sedangkan Taekwoon mati-matian menggigit lidahnya. itu seperti bergerak lebih dalam dan keluar masuk dengan sendirinya. Menggesek dinding anusnya dengan sangat-sangat nikmat.

Jaehwan tersenyum kepada petugas yang memasangkan sabuk mereka, kemudian tatapannya beralih ke Taekwoon yang tampak sangat tersiksa dengan keadaan itu.

"Kau siap Han?" Jaehwan menggenggam tangan Taekwoon yang berkeringat dingin. Taekwoon menggeleng lemah. Sebelah tangannya merogoh saku celana sendiri, menyetel gerakan itu ke medium.

"Akh…." Taekwoon menjerit agak keras tepat saat roaler coaster itu berjalan. Getaran medium itu sangat terasa ketika ia dalam posisi duduk seperti ini. Menekan prostatnya dengan telak, untung saja roaler coaster ini hanya terdiri dari 2 seat yang muat dianaiki 4 orang saja. Dua orang dibelakang mereka adalah anak kecil yang sibuk berteriak-teriak histeris.

Roaler coaster itu mulai beranjak naik, dan rasanya seperti siksaan untuk Taekwoon. nya menegang sempurna, ditambah dengan adrenalin yang terpacu saat roaler coaster itu turun tegak lurus kemudian berbelok dengan kecepatan ekstrim. Han menggenggam pegangan besi di depannya hingga jari-jarinya memutih.

"Menikmatinya Han?" Jaehwan sedikit berteriak ketika roaler coaster itu berbelok lumayan tajam, membuat tubuh Taekwoon menghimpitnya. Wajah Han dipenuhi air mata, dan nafas yang terengah-engah. Perpaduan yang sangat pas untuk menyiksa uke manisnya ini. Taekwoon menggelengkan kepalanya.

"Hyaaahh aaahhh!" ia menjerit sangat kuat ketika roaler coaster yang disebut Volcano Coaster itu turun dengan cepat. Menyebabkan dirinya seperti terhempas dan berimpas pada yang tertanam di holenya masuk lebih dalam. Jaehwan tertawa puas dengan sangat keras, meski ia sedikit mengalami gangguan pendengaran karena ada tiga orang yang menjerit dengan volume keras. Tapi baginya wajah tersiksa Taekwoon, itu lebih dari segalanya.

.

.

Setelah dari roaler coaster itu, lutu Taekwoon terasa akan lepas. Tangannya kebas. Untung Jaehwan menurunkan getaran nya sehingga ia tidak terlalu tersiksa dengan benda sialan itu. Mungkin saja jika ini bukan ditempat umum, ia pasti sudah jatuh dan mendesah-desah serta memaksa Jaehwan memasuki holenya yang lapar.

"Han…kau pasti suka dengan wahana itu 'kan?" Jaehwan tersenyum jahat sambil menunjuk wahana 360. Suatu wahana seperti ayunan yang akan mengayun hingga 360 derajad. Taekwoon menggeleng kuat-kuat, ia bisa klimaks jika tetap dipaksa seperti itu. Dia memang menyukai wahana itu, jika saja tidak ada sialan ini ia akan naik ke sana berulang-ulang.

Yeah walau dalam hati mengakui perpaduan adrenalin dan toys itu membuatnya nikmat. Tapi tetap saja. Rasanya sakit dan menyebalkan. nya juga sakit karena terhimpit jeans dan ring sialan itu bertengger di sana. Jaehwan menggeleng tidak peduli, ia malah menarik Taekwoon dengan tidak berperi-uke-an.

"Jaehwan j-jangannh. Ooh..." Taekwoon menggeleng dengan mengiba, tapi Jaehwan melotot. Ia segera menaikkan getaran itu hingga Taekwoon terpaksa membekap mulutnya sendiri. Ia segera mengangguk dna Jaehwan tersenyum senang. Mengembalikan getaran itu seperti semula. Bukan mematikannya.

Taekwoon menghela nafas sebanyak mungkin ketika ia merasakan wahana itu akan bergerak. Ia sudah hapal kebiasaan Jaehwan yang pasti menaikkan getaran nya ke arah medium, sebelum ia menaiki wahana tersebut.

Perlahan tapi pasti adrenalin Taekwoon mulai terpacu. Bersyukurlah karena seat yang sempit, membuatnya harus duduk tegak dan berimbas pada nya yang mengenai prostatnya dnegan telak. nya yang terhimpit sabuk pengaman malah berkedut-kedut seperti akan klimaks. Siksaan yang belum pernah Taekwoon rasakan sebelumnya.

Tepat ketika wanana itu mencapai puncaknya, ketika berputar 360 derajad sehingga kau bisa merasakan seluruh darahmu mengalir ke arah kepala. Taekwoon meneriakkan segala sakit dan rasa nikmatnya.

"Akhhhhh! Aaaaa!" gelombang itu datang bersama dengan adrenalinnya yang mencapai puncak. Membuat kepalanya terasa seperti akan meledak. Taekwoon merasakan merinding di sekujur tubuhnya ketika ia merasa enya datang namun tertahan oleh ring sialan yang tadi dipasang Sehun. Ia harus puas dnegan e keringnya saja. e yang sangat-sangat menyiksanya. Air mata Taekwoon turun satu persatu, perasaan sakit dan jantung yang hendak terhempas ke bawah karena wahana itu membuatnya sangat-sangat tersiksa.

Sedangkan Jaehwan hanya tersenyum tidak jelas. Sesekali ia memang menjerit, wahana ini selalu menantang adrenalinnya untuk diuji. Namun ketika mendengar teriakan Taekwoon yang sangat dihapalnya, mau tidak mau ia tersenyum sangat lebar.

'Perjalananmu masih panjang sayang,' batin Jaehwan dalam hati. Menutup matanya untuk menikmati ketinggian dari wahana itu.

.

.

"Shh-sehun, c-cu-ku-ph..ngah..ah-hh" Taekwoon berkata dengan terbata. Tapi Jaehwan menggeleng. Ia tertarik pada salah satu wahana seperti ayunan yang berada di ketinggian. Taekwoon merasakan nya seperti akan meledak dan prostatnya sudah mati rasa karena terus di rangsang terus menerus. Ia merasa seperti akan pingsan.

"T-tidakh. S-sehunhh! ukh.." Taekwoon pasrah saja ketika dirinya ditarik untuk duduk di salah satu seat. Seperti biasa, Jaehwan langsung menaikkan getaran nya menjadi medium, Taekwoon hanya terus menhanan desahannya sekuat tenaga dan menyandarkan kepalanya pada besi yang menjadi pengaman.

Seperti biasa Taekwoon merasakan perpaduan adrenalin yang cukup membuatnya pusing dan mual. Belum lagi posisi duduk yang membuatnya sangat huenak. Wajahnya sudah bercucuran keringat dan air mata serta bibir yang memerah bengkak karena terlalu sering ia gigit.

"Kau harus menikmati pemandangannya Han," Jaehwan berkata di tengah suara angin ketika wahana itu mencapai ketinggian tertentu. Taekwoon hanya menggeleng lemas, kakinya terasa seperti jelly dan ketika ia membuka matanya untuk melihat keadaan, ia merasakan jantungnya turun ke bawah. Semua tampak kecil ketika mereka berayun memutar di atas ketinggian tertentu. Belum lagi angin yang membuat seat mereka bergoyang-goyang.

Cukup dengan permainan itu, mereka berpindah ke salah satu wahana lain. Spinning coaster. Roaler coaster kecil yang memmiliki lintasan lebih berkelok kelok daripada yang pertama. Taekwoon sudah menggeleng dan ingin sekali duduk berjongkok menangis sekerasnya.

"Seh-uh-Sehun..tidakh lagih..nggh.." ia mengiba-ngiba. nya terereksi penuh dan sangat sakit. Serta prostatnya yang terus terusan dimanja itu membuatnya tidak sanggup lagi untuk menaiki wahana. Tapi Jaehwan menggeeng, memutuskan semua harapan Taekwoon. Mata Jaehwan berkilat, dan Taekwoon sudah tahu apa artinya itu. Jaehwan tidak bisa dibantah lagi.

Taekwoon menyeret langkahnya dengan menurut, ketika seat itu dipasang. Jaehwan menaikkan getaran nya hingga ke maksimal. Membuat punggungnya tegak seketika merasakan sengatan benda nista itu.

"Mmmh..ngghh.." Taekwoon mencengkeram besi pegangan itu dengan kuat-kuat. Roaler coaster itu mulai berjalan dengan kecepatan yang tidak pelan, membuat nafasnya memburu. Tikungan-demi tikungan itu membuat perutnya ngilu. Menahan adrenalin dan klimaksnya yang nyaris sampai lagi.

"Akkhh!" Taekwoon memekik lumayan keras saat roaler coaster itu terjun dengan bebas dan berbelok dengan kecepatan tinggi. Ia merasakan serbuan kupu-kupu di perutnya dan matanya mulai berkuang-kunang. Jaehwan hanya tersenyum-senyum melihat reaksi Taekwoon yang terlihat tidak sanggup lagi.

Tepat di tingkungan terakhir yang lumayan tajam, Taekwoon memekik sangat keras. Seperti pengunjung lainnya. Bedanya pengunjung lainnya memekik karena ngeri, sedangkan Taekwoon memekik karena mengalami e kering yang kedua kalinya. Prostatnya dihantam dnegan baik dan diberikan getaran yang membuatnya benar-benar seperti terasa kejang. Adrenalinnya tepat berada dipuncak, membuatnya mual dan pusing.

Taekwoon meringis merasakan nya berkedut-kedut seperti hendak pecah namun tidak ada setetes spermapun yang keluar. Air mata lolos dari sudut matanya. Jaehwan mengetahui hal itu, mengusap air mata Taekwoon dnegan penuh rasa sayang.

Terhuyung setelah melepas sabuk pengaman dari seatnya. Taekwoon bisa merasakan kemejanya basah karena keringat. Jeannya yang luman longgar itu sesak karena nya yang sudah sangat membengkak dan sakit.

"T-tidak lagi Sehunnhh..cukuph..engghh.." Taekwoon memegang lengan Jaehwan kuat-kuat untuk tumpuan. Lututnya lemas seperti jelly, dan benar-benar akan terjatuh jika ia tidak melepaskan

"K-kita makan siang dulu sebelum melanjutkan perjalanan," sedikit salah tingkah Jaehwan menggandeng tangan Taekwoon. Libidonya sudah naik sejak tadi, tapi karena ini masih di tempat umum. Ia menyimpan hasrat itu dalam-dalam. Ia tidak ingin melakukannya di depan public dan berakhir masuk ke koran.

Jaehwan melihat ke sekeliling dna menemukan kedai ramen yang ada di area food court di tempat wisata itu. Tersenyum simpul kemudian dengan berhati-hati mengajak Taekwoon menuju kedai itu.

"Well, kita makan siang di kedai ramen Han," Jaehwan tersenyum manis. Maksudku mencoba tersenyum manis pada Taekwoon yang sekarang tengah menatapnya dengan horror.

.

.

Taekwoon sudah benar-benar tidak sanggup lagi untuk sekedar duduk tegak. Ia menyandarkan kepalanya pada meja tempat mereka makan siang. Kakinya benar-benar lemas. Ia sudah e kering dua kali, nya sangat-sangat sakit dan tersiksa. Wajahnya sudah basah dengan air mata. Belum lagi suasana kafe ramen itu lumayan padat. Untung saja saat mereka menaiki wahana tadi tidak perlu mengantri lama, sehingga ia tidak perlu bersusah payah untuk memaksa dirinya berdiri.

"Kau mau makan apa Han?" Jaehwan sibuk menimbang-nimbang pesanan. Taekwoon menggeleng pelan. Ingin rasanya ia meninju kepada Jaehwan dan memaksanya melepas toys sialan di tubuhnya itu. Ini benar-benar kencan yang tidak akan ia lupakan.

"Kau harus makan atau—" Jaehwan mengambil remote itu dan menaikkan getarannya hingga maximum.

"Ngaaah..kyaa.." desahan Taekwoon pun lolos sehingga membuat beberapa orang menoleh. Beberapa gadis memandang mereka dnegan wajah memerah dan berbisik-bisik aneh. Taekwoon mencengkeram pinggiran meja dengan kuat, menahan desahan di ujung lidahnya. Posisi duduk membuat itu tertanam dalam dan memanjakan -atau malah menyiksa- prostatnya dengan ampuh.

"B-baikhh-laah..akhh..r-ramenhh..eshh..ooh t-teeh aah.." suara bercampur desahan itu akhirnya keluar juga dari mulut Taekwoon. Pandangannya begitu sayu dengan air mata yang menggenang di mata indah itu, membuat Jaehwan tidak tega. Ia mematikan getaran nya dan bergegas memesan, meninggalkan Taekwoon yang duduk dengan kepala terkulai. Nafas Taekwoon sudah terdengar satu-satu, seperti orang yang baru saja lari marathon.

Makan siang itu berjalan dengan damai –maksudku tanpa desahan atau rintihan Taekwoon-. Jaehwan sedikit kasihan melihat Taekwoon, walaupun rasa cemburu kemarin belum selesai, ia tidak tega menyiksa Taekwoon lebih lama. Toh nanti ia masih meminta jatah malam pada Taekwoon. Ia tidak mau Taekwoon berakhir pingsan saat permainan baru saja dimulai.

Secepat mungkin Taekwoon menghabiskan makannya. Mengantisipasi jika tiba-tiba Jaehwan menghidupkan lagi benda sialan itu dan membuatnya tersedak ramen panas. Meski ramennya tidak seenak di rumah, tapi perut yang kosong dan energi yang terkuras lumayan banyak karena siksaan itu membuat Taekwoon makan dengan lahab.

"Pelan-pelan saja hey," Jaehwan mengusap ujung bibir Taekwoon yang belepotan kuah ramen dan tersenyum. Taekwoon mengangkat alisnya curiga, membuat Jaehwan tertawa sambil meminum sedikit es tehnya.

"Aku tidak mau ketika aku makan kau menghidupkan benda sialan itu," N?aruto memajukan bibirnya beberapa centi. Membuat Jaehwan tertawa gemas.

"Tidak, sudah cukup bagiku. Asal kau tidak lagi mencium Kris Wu di depanku,"

"Jadi hanya karena itu kau menghukumku seperti ini?" reflek Taekwoon memukul kepala Jaehwan dengan genggaman tangannya. Membuat Jaehwan mengaduh. Meski uke manis, Jaehwan mengakui bahwa kepalan tangan Taekwoon cukup ampuh membuat kepalanya berdneyut-denyut sakit.

"Kau tau betapa tersiksanya aku? Aih sialan kau!" Taekwoon melotot dan memukul Jaehwan lagi. Jaehwan hanya meringis tanpa rasa bersalah. Mengusap kepalanya yang sakit karena terkena dua hantaman mentah dari Taekwoon.

"Aku menghukummu karena cemburu dan merasa cukup dengan hukumanku. Nah ayo pulang," Jaehwan tersenyum manis. Membuat Taekwoon mau tidak mau tersipu. Ia tidak pernah bisa benar-benar kesal kepada Jaehwan yang benar-benar cemburuan dan over protektif.

Semua tindakan itu dilakukan Jaehwan karena rasa sayangnya kepada Taekwoon.

Rasa sayang yang membuat Taekwoon slelau merasa nomer satu dan sangat berharga.

"Gendong aku, kakiku lemas sekali," Taekwoon mulai merajuk manja. Membuat Jaehwan menghela nafasnya. Ia tidak pernah bisa menolak puppy eyes dari Taekwoon. Maka tanpa memperdulikan keadaan, Jaehwan berjongkok dan membawa Taekwoon dalam gendongan punggungnya.

Pipi Taekwoon sempat memerah karena banyak orang yang memperhatikan mereka, sehingga ia memilih menggelamkan pipinya ke punggung lebar Sehun. Jaehwan menggeram kecil karena dengan posisi ini, punggungnya dengan sedikit bergesekkan dengan kaku Taekwoon. Membuat libido Jaehwan yang memang sedari tadi tinggi, semakin mencapai ubun-ubunnya.

.

.

"Sehun..boleh aku melepas cockringnya? Aku sudah menjadi anak baik~" Taekwoon merajuk manja. Sesaat setelah mereka sampai di dalam mobil, mengunci pintunya. Tanpa sungkan Taekwoon menurunkan celana jeannya, dan membuat kakunya mengacung di udara. Jemarinya menarik keluar sialan itu dan melemparkannya ke jok belakang.

Jakun Jaehwan naik turun. Ukenya selalu melakukan perbuatan yang tidak terduga sama sekali. Ia melepas jeansnya dengan wajah polos, dan menarik keluar itu dengan wajah yang memasang ekspresi –benda-sialan-ini-kurang-nikmat-masih-nikmat--Sehunku. Sekarang Taekwoon tengah merem melek memainkan nya sendiri.

"Tunggulah sampai di rumah Han.." suara Jaehwan memberat. Dengan cepat ia menyalakan mesin mobil dan melajukannya. Sedangkan Taekwoon hanya puas memainkan nya yang bocor sambil terus mendesah-desah sepuasnya. Mencoba menggoda Sehun.

Perjalan ke rumah terasa seperti sehari semalam, untung sekali desahan itu tidak memecah konsentrasi Jaehwan terlalu banyak –hanya membuat Jaehwan sakit karena terjepit celananya sendiri-. Sehingga mobil mereka selamat sampai di rumah tanpa mengalamai kecelakaan sedikitpun. Suasana rumah yang selalu sepi, di tambah langit yang mendung sangat mendukung perlakuan tidak senonoh Sehun.

Jaehwan memarkir mobilnya cepat, sedangkan Taekwoon memasang celananya dengan asal. Berlari menuju pintu rumah dan membukanya dengan satu tangan. Mendorong dirinya masuk ke dalam ruamh, kemudian Jaehwan mengikutinya dalam hitungan detik kemudian.

"S-Sehun..oohh..y-yeeahh..nggh.." Taekwoon melepas cincin hitam sialan itu dan mengocok nya yang berwarna sangat merah. Bola kembarnya yang nyaris membiru berkontraksi keras, diikuti urat nya yang berkedut-kedut dnegan jelas. Ia menutup pintu dan menyandarkan tubuhnya disana, sambil terus mendesah seksi.

Sedangkan Jaehwan merekam ekspresi kenikmatan Taekwoon sambil menelanjangi bagian bawah tubuhnya sendiri. Mengocok kakunya berirama dengan kocokan Taekwoon, sambil mendesah dengan gentle. Merangsang Taekwoon. Taekwoon memejamkan matanya ektika perutnya mulai kejang, tubuhnya seperti tersetrum jutaan volt.

"AKH..SEHUN! NGGH…" klimaks itu begitu hebat sehingga membuat tubuh Taekwoon bergetar dan tersentak-sentak layaknya orang tersetrum. Cairan putih kental mengalir dengan cukup deras, hingga membasahi lantai dan beberapa titik di sofa ruang tamu.

Belum sempat Taekwoon ambruk, Jaehwan sudah dnegan sigap menahannya. Mengakat dagu kembarannya sendiri, dimana ia bisa berkaca dengan wjaahnya sendiri. Dan memagutnya lembut, hisapan-hisapan memabukkan.

Taekwoon masih berusaha menetralkan nafasnya namun mulai membalas ciuman Sehun, tangannya mengalung pada leher Jaehwan dan sebelah kakinya mengalung pada pinggang Sehun. Mereka beradu lidah saat Jaehwan menggosokkan ujung pnisnya ke lubang Taekwoon yang sudah sedikit merenggang.

"Mhh..ssh..nghh.." lidah Jaehwan dengan liar mengobrak-abrik mulut Taekwoon. Mencari pasangannya dan saling melilit merebutkan dominasi. Tangan Taekwoon mengacak surai hitam Jaehwan dengan seduktif sementara bibirnya menghisapi lidah Sehun.

Taekwoon mendesah dalam ciuman panas itu ketika merasakan sesuatu yang tumpul, panas dan keras mulai memasukki dirinya. Masih tersisa sedikit perih –walau tadi cukup membantu- membuat Taekwoon menggigit lidah Jaehwan lumayan keras.

"Ah..sakit Han.." Jaehwan melepas paksa ciuman itu dan mengulum lidahnya sendiri yang terasa pedih. Pinggulnya otomatis bergerak masuk ke lubang hangat yang menyambutnya dengan denyutan keras itu. Taekwoon mengerang seksi dalam dekapannya.

"Ngaaah…sesaakhh..sshh..feels..full..aahh" Taekwoon memejamkan matanya. Selalu menghafal bagaimana bentuk kaku kebanggan saudara kembaranya itu. Di lubangnya yang sempit dan hangat. Taekwoon mengetatkan lubangnya, dan Jaehwan sudah tau tanda itu. Mereka bukan pertama kali bercinta, sehingga mudah untuk memahami kode satu sama lain.

"J-jangan jepit aku..Han.." Jaehwan meremas bokong sintal Taekwoon. Mengurangi jepitan di lubang Taekwoon yang membuatnya sulit bergerak. Taekwoon tetap mendesah seksi, membuat Jaehwan mau tak mau bergerak dengan cepat dan cepat.

Suara kulit dan desahan yang besahutan mendominasi suara hujan yang mulai turun di luar. Jaehwan mulai meninggalkan tanda di sekitar bahu Taekwoon, sedangkan Taekwoon terkulai di bahu Jaehwan sambil mendesah seksi dekat sekali dengan telinga Sehun.

"Dekaath...yeaah tusuk aku lebih dalam Sehun!" Taekwoon mulai menunjukkan sisi lairnya, dan bukan hal sulit bagi Jaehwan memanjakan prostat Taekwoon yang membengkak karena rangsangan sejak tadi. Mereka mengubah posisi, menumpukan Taekwoon pada sandaran sofa dan menusuknya dnegan brutal dengan gaya doggie style.

Taekwoon menggeram seperti kucing disetubuhi dengan brutal. Tangannya mencakar sofa dan tubuhnya bergerak maju mundur seiring gerakan Jaehwan yang brutal. Belum lagi putingnya yang tegak itu bergesekkan dnegan permukaan sofa yang kasar, membuat nikmat tersendiri.

"M-masukkan sepenuhnya sialan..ukhh..yeaah.." itu meluncur dengan indah dari mulut Taekwoon. Jaehwan terbakar api birahi yang semakin membesar.

"Makan ku baby..mhh.." dengan brutal Jaehwan menenggelamkan seluruh nya ke lubang Taekwoon. Bola kembar Jaehwan menempel pada pantat Taekwoon. Membuat mata Taekwoon terbalik karena prostatnya ditusuk habis-habisan dnegan ujung Jaehwan yang yang sangat panas.

"Babyhh..aakhh..cumm..cumm..AAAKHHH!" Taekwoon menggeram keras ketika nya meledak lagi tanpa disentuh Sehun. Cairan putih itu memancar deras mengotori sofa dan lantai. Membuat kontraksi otot rectum Taekwoon menyempit. Memeras Jaehwan di dalamnya yang masih setia maju mundur nyusruk. Keduanya seperti terhempas ke dunia putih yang benar-benar tinggi.

Jaehwan merendahkan tubuhnya dan menggigit bahu Taekwoon bersaman dnegan benihnya yang terlontar jauh ke dalam tubuh Taekwoon. Tubuhnya masih tersentak-sentak seiring dnegan spremanya yang keluar dan terus mengalir dnegan lancar. Jaehwan ambruk menimpa tubuh kecil Taekwoon dan terengah-engah bersama.

"Ronde selanjutnya? Kamar mandi?" yeah, satu ronde tidak akan cukup bagi Oh Sehun. Dan Taekwoon yang benar-benar kelelahan hanya pasrah ektika digendong ala kola dan mulai dibawa naik turun dalam pelukkan. Setidaknya ia benar-benar puas dnegan sesi berkencan dan humuman yang menyenangkan tadi.

Selang beberapa detik kemudian, jeritan penuh nafsu Taekwoon sudah kembali memenuhi rumah.

THE END.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annah_13 #1
Chapter 12: