Love Rental

Wild Imagination by doubleAA10
Jaehwan menatap jam yang bertengger di dinding rumahnya.
 
Sudah lewat lima belas menit dari waktu yang dijanjikan, itu cukup membuat Jaehwan kesal. Pasalnya ia sudah membayar biaya sewa di muka untuk sesuatu yang ia tunggu kini.
 
Ditariknya selembar brosur yang terletak di meja, membacanya lebih detail agar ia tak mejadi korban penipuan yang sering terjadi akhir-akhir ini.
 
Hm… asli. Terlihat jelas dari lambang yang tertera di paling atas selebaran ini. Meski Jaehwan memungut kertas ini dari jalanan. Namun ia tahu jika semua yang tertera didalam sini benar adanya.
 
Yeah. Jaehwan memutuskan menyewa seekor kucing untuk menemani selama sebulan. Meski hanya menyewa seekor binatang, tampaknya akan menyenangkan. Tentu saja, ia tinggal seorang diri di rumah sebesar ini. Hanya ada beberapa pekerja yang akan membereskan rumahnya ketika dari pagi sampai sore, setelah itu mereka akan pulang ke rumah masing-masing.
 
Jangan tanya orangtuanya dimana, mereka hampir mirip mesin pencari uang yang selalu tega menelantarkan anak tunggalnya di rumah.
 
Jaehwan menghela nafas. Padahal ia sudah susah payah bolos jam kuliah terakhir demi menyambut calon penghuni baru rumahnya untuk sebulan kedepan…
 
TING TONG…
 
Ah! Itu pasti dia!
 
Senyum Jaehwan mengembang. Tak perlu menunggu, ia langsung melesat ke pintu depan dan membukanya cepat.
 
CKLEK
 
Ini dia…
 
"Selamat sore, senang bertemu denganmu~! Aku Taekwoon , si 'kucing'."
 
Jaehwan bilang seekor kucing, tapi sebenarnya dia seorang bocah laki-laki…
 
Taekwoon … ya, Jaehwan harus mengingat nama itu dengan baik.
 
Sosok yang memperkenalkan diri sebagai kucing itu tersenyum kelewat manis ketika Jaehwan hanya memperhatikannya dari atas sampai bawah. Meski dia merasa tidak ada yang aneh dengan pakaiannya.
 
Dia hanya memakai hoodie berwarna soft pink dengan hiasan berbentuk telinga kucing di kedua sisi kepalanya, dengan jeans selutut berwarna putih. Sudah, hanya itu, meski hoodienya agak kebesaran sih. Jangan lupakan sebuah tas yang ia bawa untuk keperluannya sebulan ke depan.
 
"Uhm… Tuan?" Taekwoon  mengerjap ketika dirasa calon Tuan-nya ini sudah terlalu lama memandangi.
 
Jaehwan tersentak. "Ah, selamat datang. Aku sudah menantikanmu untuk sebulan kedepan."
 
Dibukanya pintu semakin lebar, mempersilahkan Taekwoon  agar masuk ke rumah mewahnya. Jaehwan tak berkedip ketika Taekwoon  melangkah masih dengan senyum yang sangat menggemaskan hingga Jaehwan tak sabar untuk menyampaikan keinginannya.
 
Dia sangat manis.
 
Bagaimana Jaehwan harus mendeskripsikan keadaan saat ini jika ia saja tak bisa berkata apapun. Seluruh kalimatnya seolah tertahan di tenggorokan. Ia terlalu terpana dengan keindahan yang disuguhkan dari peliharaan barunya. Jaehwan pikir ia tak salah pilih hewan peliharaan.
 
SRET
 
SRET
 
Jaehwan tidak terkejut saat pintu sudah tertutup, Taekwoon  dengan berani membuka satu persatu yang dikenakan hingga tersisa balutan kain tipis yang menutupi selangkangan serta collar yang melingkar di leher mulusnya. Oh ya,
 
"Tuan, sebelumnya aku akan memulainya dengan menanyakan type yang kau inginkan. Kau suka yang penurut? Nakal? Atau… mungkin pilihan lain?"
 
Alis Jaehwan terangkat sebelah. "Aku bahkan boleh memilih?"
 
"Tentu saja, asal kau menuruti aturan dasar tentang 'tidak boleh ada bagian tubuh yang terluka, dan tidak ada kekerasan' aku akan melakukan apapun yang kau suka. Juga tidak masalah jika harus melakukan kapanpun kau ingin." Jawab Taekwoon  santai sambil membenarkan letak collar berwarna soft pink senada dengan hoodie yang kini sudah tergeletak di lantai.
 
"Tunggu sebentar, aku harus mengenakan semua keperluan untuk peliharaan ini setiap waktu." Dibuka tasnya cepat dan menggeledah isinya untuk mencari sebuah alat yang akan membantu nanti.
 
Nafas Jaehwan tertahan. Taekwoon  mengeluarkan sebuah dengan ekor kucing menempel di ujungnya.
 
Taekwoon  melirik Jaehwan sekilas, sebelum akhirnya menyalakan benda itu dan menggesekannya cepat ke belahan bokong kenyalnya.
 
"Nghh.. nhh.. a–ahhh~" Taekwoon  sedikit menunggingkan tubuh ketika itu mulai masuk ke holenya dan bergetar hebat disana. Menyebabkan kedua bongkahan kenyal miliknya ikut bergetar. Menciptakan sensasi panas terlebih saat ia menggerakan itu keluar masuk.
 
Dihentikan permainan itu sejenak, ia harus memuaskan Tuan-nya terlebih dahulu. "Agh.. mmph~" Taekwoon  berusaha menahan desahan. Ia berdiri lalu berjalan menghampiri Jaehwan yang masih terpaku di tempat.
 
"Tu—Tuan? Apa ada yang salah?" Taekwoon  mengerjap bingung ketika Jaehwan masih saja diam tanpa tindakan.
 
Jaehwan berdeham untuk menyembunyikan rona wajah ketika tertangkap basah menikmati setiap kelakuan Taekwoon  yang berhasil membuat sesuatu di bawah sana mulai mengeras dan membesar melebihi ukuran normal. "Saat melihatmu memasukan ekormu, itu membuatku benar-benar bergairah," jawabnya jujur.
 
Taekwoon  tersenyum senang. Ia langsung merendahkan tubuh di hadapan Jaehwan untuk memperhatikan sesuatu yang sangat disukainya. "Ah! Milikmu sudah mengeras," pekiknya girang.
 
Perlahan diusapnya gundukkan itu hingga Jaehwan hampir melepas desahannya. Taekwoon  mengarahkan wajahnya mendekat lalu mulai menggesekkan pipi chubby-nya ke gembungan milik Jaehwan yang masih berbalut kain.
 
Pandangan Taekwoon  berubah sayu. "Bagi peliharaan, milik Tuan-nya adalah benda paling menyenangkan yang pernah ada." Lidahnya terjulur untuk menjilati gundukan milik Jaehwan tak peduli masih ada kain yang membatasi. Ia sangat menyukai benda ini, sangat-sangat sehingga Taekwoon  tak sabar untuk mengulumnya.
 
Taekwoon  menurunkan zipper celana di depannya hingga tak sengaja batang milik Jaehwan menampar pipinya. "Ung.. Milikmu besar," ungkapnya jujur. Jemari lentiknya mengusap benda keras itu. Taekwoon  menjulurkan lidahnya sedikit untuk merasakan milik Tuannya untuk pertama kali.
 
Namun…
 
Taekwoon  langsung menarik lidahnya. Lalu sedikit mendongak untuk melirik majikannya ragu-ragu. "Ah… maafkan aku. Kau belum memberitahuku type apa yang kau inginkan." Diremas jarinya gugup. Sedari tadi majikannya hanya diam hingga ia takut tindakannya dinilai salah.
 
Jaehwan mengerjap, hampir saja desahannya keluar ketika lidah basah dan hangat Taekwoon  mengenai ujung kejantanannya.
 
"Lakukan yang terbaik menurutmu, tunjukan bahwa kau nakal juga… menggemaskan." Tangan Jaehwan terulur, mengusap pipi chubby Taekwoon  yang memerah.
 
"Uhm~ aku akan berusaha semampuku untuk memuaskanmu." Taekwoon  tersenyum manis. Jemarinya berusaha menangkup kejantanan Jaehwan untuk memijatnya perlahan. Sebelah tangan lagi meremas twinballs Jaehwan dan memilinnya dalam gerakan teratur.
 
Mata Jaehwan terpejam, menikmati sensasi hangat yang melingkupi miliknya. Ia mengulum bibirnya sendiri, berusaha meredam desahan ketika Taekwoon  mulai berani menjilati ujung kejantanannya lagi.
 
"Shh," Jaehwan mendesis. Bukan hangat lagi, melainkan panas yang ia nikmati ketika kepala juniornya dihisap kuat. Taekwoon  melakukan pekerjaan dengan baik, miliknya benar benar dihisap, dijilat, dan kini hampir seluruh batang Jaehwan sudah berada di mulut Taekwoon .
 
"Ummh~" Taekwoon  melenguh saat Jaehwan mendorong batang besar itu makin masuk ke mulutnya. Namun ia menyukainya. Bukankah itu berarti Tuan-nya menikmati ini? Ia makin semangat ketika lidahnya bertemu cairan aneh yang keluar dari lubang kecil di ujung batang Tuan-nya.
 
"Su —Taekwoon h,"
 
Yang dipanggil tidak menyahut. Taekwoon  malah sengaja membelitkan lidahnya lalu mencekungkan pipinya untuk menjepit kejantanan Jaehwan.
 
Taekwoon  yakin batang itu sudah berukuran maksimal. Begitu keras, dan Taekwoon  tidak tahan untuk menggesekan giginya dan menggigit-gigit pelan benda keras itu. Lidahnya yang sudah terampil sengaja menjilati ujung kejantanan Jaehwan dan menusuk pelan lubang kecil yang berada disana untuk mengundang cairan itu keluar lebih banyak.
 
PLOP
 
Taekwoon  terbelalak.
 
Jaehwan menarik kejantanannya cepat. Nafasnya terengah meski baru permulaan. Bukan karena kepayahan, tapi service Taekwoon  benar benar membuatnya gila. Hanya , tapi Taekwoon  sudah sehebat ini membuatnya hampir keluar.
 
"Uh? Apa ada yang salah?" tanya Taekwoon  takut-takut. Bahkan majikannya belum keluar sama sekali tapi permainan sudah berhenti.
 
"Sebenarnya aku tidak suka basa-basi." Jawab Jaehwan cepat menutupi nafasnya yang hampir tidak beraturan.
 
"M —Maafkan aku. Ung… tuan ingin memasukannya sekarang? Disini? Aku sudah siap~"
 
Jaehwan melihatnya. Milik Taekwoon  sudah sama-sama mengeras namun masih ada kain tipis yang menutupi, juga ekor kucing yang menggantung dari sela Taekwoon .
 
Dengan tidak sabar ditariknya Taekwoon  dan dibawa ke dalam rengkuhannya dalam satu gerakan. Jaehwan tak akan tahan jika harus membawanya ke kamar, lebih baik sekarang, disini, seperti ucapan Taekwoon  tadi.
 
Direbahkan tubuh Taekwoon  di sofa. Tak lupa Jaehwan melepas seluruh helaian kain yang berada di tubuhnya. Begitu juga Taekwoon  yang sudah mengerti, ia ikut melepas selembar kain tipis di selangkangannya.
 
Jaehwan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Taekwoon . "Hey, bisakah aku mengeluarkan ini?" bisiknya. Ia membelai kenyal Taekwoon  untuk merasakan itu masih disana. Sengaja ia gerakan maju mundur, ingin mengetahui reaksi yang akan didapat dari Taekwoon .
 
"Ngghh~ tentu ahh.." Taekwoon  menggigit bibir bawahnya pelan. Sebelah kakinya sudah pindah ke senderan sofa untuk memberi ruang bagi sang tuan untuk menikmati tubuhnya.
 
Sedikit bermain tidak masalah, batin Jaehwan. Meski ia tak suka basa-basi, tapi jika itu Taekwoon  tampaknya akan menyenangkan.
 
Jemari Jaehwan mulai menelusuri dada Taekwoon  yang cukup berisi, membelainya, dan memainkan kedua benda kecil kecoklatan yang terlalu menggoda untuk dilewatkan. Diapitnya salah satu puting Taekwoon  di sela jemari, dipelintirnya gemas hingga Taekwoon  terpaksa memekik antara sakit dan nikmat.
 
"Ahh~ nghh mhhh.."
 
Taekwoon  menggeliat ketika lidah Jaehwan bermain main di putingnya. Kakinya dibiarkan terbuka semakin lebar, memberi isyarat pada sang majikan bahwa ia benar-benar siap. Jemarinya bergerak meremas dan menggelitik bahu serta punggung Jaehwan.
 
"Enghh ahh~!" Taekwoon  mengerang putus asa.
 
Jaehwan menyembunyikan seringai. Digigit pipi chubby Taekwoon  gemas. "You're so cute and y. I want to hurry up and get inside you."
 
Taekwoon  tersipu, wajahnya merona.
 
"Nghh.. Hurry.. please me hard.." pinta Taekwoon  ketika sadar itu sudah tercabut dari holenya yang kini sudah terbuka lebar dan memerah. Tangannya nakal meraih batang Jaehwan dan meremasnya. Diarahkan benda itu ke depan holenya.
 
"Mminh.." Jaehwan menggeram. Sial! Taekwoon  sungguh menggoda!
 
Ia mulai memasukkan kepala juniornya ke lubang sempit itu. Meski sudah diisi sejak tadi, tetap saja masih terlalu sempit.
 
"Nghh~ahh.." Taekwoon  menggigit bibirnya kuat. Perlahan tangannya turun untuk membantu agar milik Jaehwan lebih mudah masuk. Ia memegang kedua bagian -nya dan melebarkannya ke arah yang berlawanan.
 
Jaehwan mendorong lagi, berusaha mencapai titik paling dalam hingga miliknya bisa terbenam seluruhnya. Jaehwan sudah tak bisa berpikir jernih ketika hole Taekwoon  seakan menjepitnya begitu hebat. Lebih nikmat daripada yang ia rasakan ketika Taekwoon  melakukan .
 
"Ahh Taekwoon hh.."
 
"Nghh unghh," tubuh Taekwoon  sedikit bergetar.
 
Jaehwan mengusap pinggul Taekwoon  dan menariknya agar penyatuan tubuh mereka semakin rapat. Ia menggerakan miliknya keluar masuk perlahan. Menikmati setiap detik saat rektum Taekwoon  menghisap miliknya seakan meminta agar bergerak lebih cepat dan menusuknya lebih dalam.
 
"Taekwoon h? Kau menyukainya, kan? Shh."
 
"Ne, tuanhh~ nghh ahhh!" tubuh Taekwoon  terhentak-hentak. Jaehwan menambah intensitas hujaman kejantanannya hingga masuk terlalu dalam di lubang Taekwoon .
 
"Panggil namaku saja, Minh.. nh panggil aku Jaehwan," tangan Jaehwan membelai dada Taekwoon  untuk kembali dikerjai hingga putingnya memerah.
 
"Ohh! Ahh! Ne Kyuhh—hyunh-ah~ nghh," Taekwoon  meremas pinggiran sofa kuat. Menahan rasa nikmat yang terlalu menguasainya. Lengannya beralih melingkar di leher Jaehwan. Diremasnya helaian surai coklat yang membuat penampilan majikannya ini tampak sangat menawan.
 
"Panggil terus namaku, Sayang." Ucap Jaehwan rendah.
 
"Nghh nhh ahh~! Lagihh Kyu-hyunhh~" pinta Taekwoon  manja. Pinggulnya ikut bergerak naik turun berlawanan arah dengan Jaehwan.
 
Jaehwan mengigit daun telinga Taekwoon . Sesuai permintaan peliharaan manisnya ini, ia makin mempercepat tempo genjotannya. Disisakan ujung kepala juniornya, lalu didorong dalam sekali hentak, sedikit memaksa agar dapat menyentuh titik nikmat Taekwoon .
 
"Ngh-Ahhh! Ahh~! Disanahh nghh~" tubuh Taekwoon  makin menggeliat. Matanya terpejam, menikmati titik nikmatnya dihajar habis-habisan. Sengaja ia mengetatkan hole-nya untuk menggoda sang majikan.
 
"A -Ahh Taekwoon , aku bisa keluar sekarang jika kau melakukan itu." Cukup sudah. Jaehwan makin mempercepat gerakannya. Ia menerobos lubang sempit Taekwoon  semakin brutal. Mencari dan mencari titik yang bisa membuat Taekwoon  menjeritkan namanya begitu y.
 
"Ahh! Ahhh! Jaehwanhh~ nghh a—aku ohh~!" jemari Taekwoon  makin kuat meremas surai coklat Jaehwan. Tubuhnya terhentak-hentak sesuai irama batang Jaehwan yang bergerak keluar masuk dari lubangnya.
 
"Keluarkan.. Sayangh." Bisik Jaehwan.
 
"Nghh.. Aahhhh~!" tubuh Taekwoon  terlonjak sesaat setelah ia melepaskan cairan putih kental hangat yang mengotori perutnya serta Jaehwan. Nafasnya terengah-engah. Disusul Jaehwan yang menyemburkan cairannya jauh di dalam tubuh Taekwoon .
 
Taekwoon  melenguh pelan. Cairan Jaehwan di dalam tubuhnya terasa hangat, lengket, sekaligus membuatnya nyaman. Tak ada yang bisa membuat Taekwoon  merasa lebih nikmat selain kenikmatan dari majikannya.
 
Dua tubuh yang bermandikan keringat itu saling bertatapan. Menatap pasangannya masing masing yang masih sibuk mencari oksigen dan menikmati sisa sisa e yang baru saja mereka alami.
 
Jaehwan tersenyum. Lengannya terulur untuk membelai pipi Taekwoon . "Kerja yang bagus, Sayang."
 
"B—Benarkah, Tuan?" sepasang mata foxy itu tampak berbinar seakan lupa hal hebat apa yang baru saja terjadi. Senyum lugunya terlukis. Sangat jauh dari image kotor yang biasanya melekat dalam diri 'peliharaan' seperti Taekwoon .
 
Jaehwan mengangguk. Detik selanjutnya ia hampir saja terjungkal dari sofa ketika Taekwoon  menubruknya dan menggesekan pipi chubby-nya ke dada Jaehwan. Hampir mirip kucing yang ingin bermanja-manjaan pada pemiliknya.
 
"Ah~ aku sudah melakukan pekerjaan yang baik, kan? Tuan menyukainya~?"
 
Jaehwan terkekeh. "Tentu, Taekwoon . Jangan lupa panggil aku Jaehwan saja. Kau lupa, huh?" jemarinya mengacak-acak rambut Taekwoon  gemas, sebelah lagi mengusap pipi yang terlihat merona itu. Ingin sekali Jaehwan menggigitnya.
 
Selain itu…
 
Jaehwan tak bisa berbohong jika ia benar benar terpesona…
 
Dari cara Taekwoon  yang menggodanya. Wajahnya yang manis, polos, namun dibalik itu semua ada sisi yang terlalu sulit di deskripsikan ketika mereka sudah berhubungan tubuh. Jujur, itu membuat Jaehwan terkejut, sekaligus makin terpesona.
 
Baru saja sehari, namun Taekwoon  sudah bisa membuatnya tergila-gila hingga rasanya tak rela untuk melepas Taekwoon  ketika kontraknya sudah habis.
 
Bulan depan.
 
Namun…
 
Ada lagi yang masih mengganjal di benak Jaehwan…
 
"Taekwoon  sering melakukan ini?"
 
"U—uh? Melakukan apa?" Taekwoon  mengerjap.
 
"Ini, seperti kita tadi. Seberapa sering kau melakukannya hm? Dan sudah berapa orang yang melakukannya padamu?" sedikit tidak rela Jaehwan melontarkan pertanyaan ini tapi…
 
Taekwoon  menunduk untuk menyembunyikan wajah. Jemarinya bertaut gelisah seakan Jaehwan menanyakan hal yang tidak wajar dan mengganggu. Tapi itu bukan hal yang mengganggu, kan? Seharusnya ia terbiasa mendengar pertanyaan itu! Tapi bagaimana ia terbiasa jika Tuan Jaehwan, majikannya, pemiliknya itu adalah…
 
"Tuan Jaehwan.. adalah orang pertama yang menyewaku," jawab Taekwoon  kelewat pelan, lebih mirip bisikan.
 
Jaehwan mendesah kecewa. Ia telah memperkirakan akan mendapat jawaban seperti ini. "Sudah kuduga.. pasti kau—EH?! Apa? Kau bilang apa, Min?!"
 
Bibir Taekwoon  bergetar. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. "Hiks.. hiks.. hueeeee maafkan aku hiks. Tuan Jaehwan pasti kecewa karena aku belum berpengalaman. Hiks hiks!" tangisnya pecah. Pasti Tuan Jaehwan akan marah. Pasti Tuan Jaehwan akan melaporkannya ke pusat!
 
Benak Taekwoon  langsung dipenuhi prasangka-prasangka buruk. Padahal Tuan Jaehwan bilang kerjanya sudah bagus, tapi kenapa Tuan Jaehwan sekarang terlihat marah dan kecewa? Batinnya takut. Tangisnya semakin mengeras, wajah manis itu bahkan sudah dipenuhi air mata.
 
Jaehwan tertegun. Namun detik berikutnya ia sigap menyingkirkan air mata di wajah manis itu. Perasaan bahagia mulai bermunculan ketika tahu ialah orang pertama yang menyewa Taekwoon . Oh ya ampun! Sebuah keberuntungan yang amat sangat!
 
"Hey, Sayang. Siapa bilang aku akan memarahimu? Aku tidak marah, Sayang." Jaehwan mengecup dan menjilati sisa air mata Taekwoon . Sebisa mungkin bersikap lembut agar tangis itu segera lenyap.
 
Taekwoon  masih sedikit terisak, perhatiannya mulai tertuju pada Jaehwan. Ditatapnya sang majikan berharap tidak mendapat amukan marah atau hal menyeramkan lainnya. "Benarkah..?"
 
"Tentu. Aku justru senang ketika tahu akulah orang pertama yang menyewamu. Aku hanya terkejut karena ini pertama kalinya untukmu. Kau terlihat berpengalaman dan hebat." Ungkap Jaehwan jujur.
 
"Ung… maafkan pelayananku masih kurang. Aku dan yang lain memang mengalami pelatihan habis-habisan agar kami tidak mengecewakan Tuan kami meski itu pengalaman pertama sekalipun. Jadi.. apa Tuan masih ingin melanjutkan kontrak meski tahu aku bukan peliharaan yang berpengalaman?"
 
Jaehwan tersenyum mendapati Taekwoon  masih saja terlihat ragu dan takut. Jadi ini yang Taekwoon  sembunyikan sejak tadi? Benar-benar polos. Jaehwan tak menyangka jika Taekwoon  bisa bergabung dalam Pet Rental Organization.
 
"Pastinya, Sayang. Bahkan aku berpikir untuk memperpanjang masa sewa untukmu."
 
Taekwoon  mengerjap, sedikit tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar dari majikannya. Sinar kesedihan itu mulai sirna, berganti dengan binar bahagia. "Berapa lama? Aku pasti akan melayani Tuan Jaehwan dengan segala kemampuanku~!" ucapnya semangat.
 
Tawa Jaehwan meledak. Ia tak tahan lagi untuk melanjutkan kegiatannya melahap tubuh Taekwoon .
 
"Aku ingin memperpanjang masa sewa untukmu hingga—" Jaehwan menggantungkan kalimat hanya untuk menangkap raut penasaran dari peliharaan manisnya. Ia terkekeh geli.
 
"—Selamanya."
 
--------------------------
 
 
 
 
Strawberry.
 
Rasa strawberry.
 
Mengapa harus strawberry?!
 
Tidak ada rasa lain?
 
Vanilla misal.
 
Atau chocolate?
 
Arghh! KENAPA-HARUS-STRAWBERRY?
 
Taekwoon  mem-pout-kan bibirnya kesal. Lalu membuang bungkusan aluminium foil itu ke sembarang tempat. Tangannya bersedekap di dada sambil menunggu Jaehwan di atas ranjang seperti biasa sebelum malam malam panasnya bersama sang majikan.
 
CKLEK
 
Refleks Taekwoon  menoleh ke arah Jaehwan yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ritual pembersihan diri. Dilihatnya seluruh tubuh Jaehwan yang basah dari ujung kaki sampai kepala berbalut bathrobe dengan beberapa tetes air tampak jatuh mengenai lantai. Wangi segar langsung menyeruak penciuman Taekwoon .
 
Err y sekali!
 
Ouh, ingin ia menghisap menggigit kulit putih pucat itu, memberi beberapa tanda merah terlebih di bagian leher dan—
 
Taekwoon  menggeleng cepat. Tidak! Ia harus menunjukkan aksi protesnya pada Jaehwan karena tidak mau menuruti permintaannya!
 
Jaehwan langsung menghampiri dan duduk disisinya. "Sayang?"
 
"Hng," bibir Taekwoon  masih mengerucut lucu.
 
Kening Jaehwan mengerut. "Ada apa? Kukira kau sudah telanjang bulat ketika aku selesai mandi."
 
"Huh!"
 
"Eh?" kerutan di kening Jaehwan makin bertambah, terlebih ketika mendapati bungkusan aluminium foil berserakan di lantai.
 
"Mengapa dibuang? Bukannya kau memintaku membelikan itu?" Jaehwan beranjak untuk memungutnya lalu meletakan benda itu di meja terdekat.
 
"Aku tidak mau rasa yang itu!" rengek Taekwoon .
 
"Tidak mau yang ini? Kau hanya memesan yang memiliki rasa, Sayang. Mana aku tahu jika kau tidak mau yang strawber—"
 
"—Tidak mau! Tidak mau! Tidak mauuuu!"
 
Jaehwan terperangah. "A–apa?" rasanya seperti ditolak mentah-mentah.
 
"Aku bosan dengan yang strawberry! Aku mau yang lain!"
 
"Memangnya ada rasa apa lagi? Hanya ada rasa buah-buahan, Taekwoon ," terang Jaehwan perlahan, tidak ingin membuat suasana semakin keruh. Ia meraih tubuh yang lebih pendek itu ke dalam pelukan. Dikecupnya pelan pucuk kepala Taekwoon  agar lelaki manis itu mengurungkan niat protesnya.
 
"Pokoknya aku mau rasa yang lain titik!" Taekwoon  memberontak di pelukan Jaehwan dan menjauhkan diri cepat. Ia langsung membuang muka melanjutkan aksi ngambek-nya.
 
"Dimana aku harus mencarinya, Sayang?"
 
"Terseraaah! Aku tidak peduli!"
 
"TAEKWOON  JANGAN KETERLALUAN!" Jaehwan kalap hingga tak bisa menahan suaranya tetap tenang. Ia hampir tersulut emosi ketika Taekwoon  bertingkah seperti itu! Tidak tahukan Taekwoon  jika ia sudah terlalu dipusingnya oleh urusan kuliah? Ia menyewa Taekwoon  untuk melepas penat, bukan untuk menambah pikiran.
 
Yang dibentak tampak tercekat, dan langsung membatu. Mulutnya terkatup rapat seolah takut tak sengaja mengeluarkan sepatah kata yang dapat membuat kemarahan majikannya bertambah. Kepala Taekwoon  tertunduk. Ia beringsut mundur ke sudut ranjang. Bibirnya bergetar pelan, diikuti pandangannya yang mulai samar oleh cairan hangat yang menghalangi. Dan beberapa detik setelahnya, isak tangis mulai terdengar.
 
"Oh, damn," rutuk Jaehwan samar. Tahu jika ia sudah kelepasan hingga membuat peliharaannya ini ketakutan.
 
"Baik baik, maafkan aku, Sayang. Kemarilah," suara Jaehwan melembut, ia menghampiri tubuh Taekwoon  dan merengkuhnya erat. Dikecupi pucuk kepala Taekwoon  sambil mengusap punggungnya sayang.
 
"Sst, sayang. Sudah jangan menangis lagi, ini memang salahku," dibiarkan Taekwoon  menangis di bahu. Ia masih berusaha meredakan isak tangis Taekwoon  dengan memberi sentuhan-sentuhan lembut namun menenangkan.
 
"Hiks.. m–maaf hiks.."
 
"Oke-oke, tadi kau ingin rasa apa hm? Vanilla? Chocolate?" ditariknya dagu Taekwoon  agar bisa bertatapan langsung dengannya. Jemari Jaehwan mengusap cairan yang membasahi wajah manis itu lamat-lamat.
 
Mendengarnya membuat Taekwoon  mengerjap singkat. "Ung…?"
 
"Chocolate? Akhir-akhir ini kau suka sesuatu yang berbau chocolate, kan?" terka Jaehwan. Ia boleh bernafas lega ketika Taekwoon  mulai menunjukkan ketertarikan dengan berhenti menangis.
 
"Baiklah, chocolate, oke? Tunggu disini sebentar, aku akan mencari alternatif lain," ia tersenyum dan mengecup bibir Taekwoon  sekilas sebelum membawa kakinya ke dapur buru-buru.
 
Astaga. Hanya karena masalah sesepele ini hingga membuat Taekwoon  merengut, merengek, dan berakhir menangis. Err.. karena kesalahannya juga sih yang tak bisa mengontrol suaranya. Tapi ia juga tidak mungkin membentak jika saja Taekwoon  tak menolaknya seperti tadi!
 
Jaehwan menghela nafas. Ia membuka lemari penyimpanan makanan untuk menemukan setumpuk persediaan chocolate kesukaan Taekwoon . Anak itu memang banyak menyimpan makanan yang manis-manis. Belum lagi setumpuk ice cream aneka rasa yang terdapat di lemari pendingin.
 
Mungkin jika orang tuanya pulang, mereka akan terkejut mendapati mansion putra mereka dipenuhi berbagai makanan manis dan… seorang slave yang telah ia sewa.
 
slave?
 
Apa itu tidak terlalu kasar?
 
Mari kita sebut Taekwoon  dengan panggilan yang lebih sopan.
 
'Peliharaan yang Jaehwan sewa'.
 
Iya kira-kira begitulah setelah dua bulan Jaehwan melewati hari-harinya dengan Taekwoon . Laki-laki manis itu benar-benar manja ternyata. Berbeda dengan image awalnya yang sangat pemalu dan menggemaskan.
 
Sekarang juga makin menggemaskan sih. Bahkan kadar keimutan Taekwoon  semakin meningkat setiap harinya hingga Jaehwan kadang tidak tahan untuk tidak menyetubuhinya walau sehari. Karena itu lah ia memperpanjang kontraknya sampai satu bulan ke depan. Meski mahal, namun Jaehwan puas.
 
"Nah, selesai," gumam Jaehwan sambil menatap hasil karyanya yang tidak terlalu buruk mungkin. Kejantanannya telah berlumur chocolate, sesuatu yang mungkin bisa mengalihkan perhatian Taekwoon  dari pengaman rasa strawberry tadi. Ckck, Taekwoon  memang agak sensitif akhir-akhir ini seperti kucing hamil.
 
Segera Jaehwan kembali ke kamar dengan bathrobe yang masih menggantung di tubuh.
 
"Sayang?"
 
Yang dipanggil tampak terkejut. "N–ne?"
 
Jaehwan merebahkan diri di sisi Taekwoon  dan melepas bathrobe-nya. "Ini, memang aku tidak bisa menemukan penggantinya. Err… tapi kau mungkin lebih suka yang ini."
 
Taekwoon  mengerjap lucu ketika melihat tubuh Jaehwan yang dengan batang yang sudah berbalur cairan kental berwarna coklat dan… aroma manis yang sangat familiar.
 
Melupakan kejadian tadi, Taekwoon  mulai mendekat. Ia menatap wajah Jaehwan dan kejantanan majikannya berkali-kali sebelum tangannya terulur ragu-ragu untuk menyentuh benda besar itu.
 
"Tunggu apa lagi, Sayang? Kau pasti menyukainya," salah satu sudut bibir Jaehwan tertarik membentuk seringai.
 
'Bagus! Lanjutkan, Sayang!' batin Jaehwan.
 
Taekwoon  mendekatkan hidung lalu mengendus batang majikannya pelan-pelan, sesekali lidahnya terjulur hingga ujungnya menyentuh cairan kental itu. Layaknya kucing yang memeriksa makanannya sebelum dimakan.
 
"C–chocolate?" tanyanya ragu, namun tidak dapat menyembunyikan binar senang karena permintaannya dituruti.
 
"Tentu, Sayang. Seperti permintaanmu," Jaehwan menahan nafas. Oh God! Bahkan Taekwoon  belum menyentuh tapi batang kemaluannya sudah mulai ereksi dengan sendirinya.
 
Taekwoon  tersenyum seperti bocah polos. Lalu menjulurkan lidah lagi untuk menjilati batang kemaluan sang majikan dari ujung sampai pangkal. Dikecup-kecup batang itu berkali-kali sambil membayangkan makanan manis kesukaannya.
 
"Manis sekali~"
 
"Hmh…"
 
Taekwoon  mengemut-emut kepala kejantanan itu, tempat dimana cairan kental berwarna coklat berkumpul lebih banyak. Sebelah tangannya mengusap bola kembar milik sang majikan.
 
"Masukan, Sayang. Hisap seperti biasa shh," Jaehwan mendorong kejantanannya masuk ke mulut Taekwoon . Gemas karena gerakan Taekwoon  yang lamban.
 
"Hmmp therlalu besarh~!" rengeknya manja namun tetap melanjutkan mengemut-emut benda keras berbalut chocolate itu.
 
Tangannya menyentil pelan bola kembar Jaehwan yang juga keras, ia menggunakan ujung telunjuk untuk menelusuri urat-urat kasar yang muncul di pangkal kejantanan Jaehwan, bagian yang tak bisa dijangkau oleh mulutnya.
 
"Ohh Taekwoon , kau hebat sekali dalam menghisap hmh,"
 
Taekwoon  terkikik dalam hisapannya. Lidahnya membelit batang besar di mulutnya itu sambil menghabiskan sisa-sisa chocolate yang menempel di sana. Sesekali digelitiknya lubang kecil di ujung untuk mencari cairan kental lain yang lebih banyak.
 
"Hmm urmm~ urmm~" Taekwoon  bersenandung senang melihat majikannya menikmati ini semua. Ia menggesekkan kejantanan Jaehwan ke giginya disertai gigitan-gigitan kecil.
 
"! Taekwoon h!"
 
Jaehwan menekan kepala Taekwoon  kuat, mengabaikan fakta bahwa mulut Taekwoon  tak cukup besar untuk menampung batangnya. Ia menggerakkan pinggul tak sabaran, membuat kejantanannya bergerak keluar masuk di rongga panas milik Taekwoon . Persetan! Ini terlalu nikmat!
 
"Ungh! Hughh!" mata Taekwoon  melebar saat benda keras itu memaksa masuk hingga pangkal tenggorokan. Sebal, ia melepas kulumannya tiba-tiba.
 
"A–apa? Kenapa berhenti, Sayangh?" wajah Jaehwan menyiratkan kehampaan dan kecewa.
 
"Ish, dia main kasar. Aku tidak suka~!" Taekwoon  menampar pelan benda besar yang sudah mencapai ukuran maksimalnya itu dengan ujung yang sudah memerah disertai cairan precum yang mulai keluar. Sudah tidak ada lagi chocolate yang tersisa.
 
"Shh, baiklah. Sekarang terserah Taekwoon  ingin menghisapnya bagaima—"
 
SLURP SLURP
 
"—Ouh!"
 
Taekwoon  menghisapnya lagi, kali ini lebih kuat, lebih cepat, dan lebih bernafsu. Kepalanya bergerak maju mundur membuat batang keras itu keluar masuk dari mulutnya yang kecil. Ia mencekungkan kedua pipi agar benda itu terhimpit lebih kuat di mulutnya. Sebelah tangan memilin-milin bola kembar Jaehwan dan menarik kulitnya yang terasa kasar.
 
"Humm umm," kening Taekwoon  mengerut. Cairan kental mulai terasa di lidah. Ia sebal juga mengapa Jaehwan datangnya lama sekali padahal ia sudah mengisap dan mengemut batang itu cukup lama. Sengaja ia menggesek giginya lagi sambil menyedot cairan kental itu agar keluar lebih banyak.
 
Jaehwan meremas surai Taekwoon , melampiaskan nikmatnya yang luar biasa. Batangnya makin keras seiring hisapan Taekwoon  yang menggila.
 
"Ohh ! Sedikit lagi sayanghh."
 
Taekwoon  dapat merasakannya. Kedutan-kedutan samar dari kejantanan sang majikan makin mengundangnya untuk mengemut benda keras itu lahap. Diremas pangkal batang Jaehwan agar cairan kental putih kesukaannya cepat keluar dan—
 
"Jung Taekwoon hh!"
 
GULP
 
Taekwoon  langsung menelan semua. Ia melepas batang Jaehwan pelan dari mulutnya, sesekali menjilatinya ketika dilihat masih ada sisa sperma di sana.
 
"Nnn… enak hihi~" ia terkikik kecil, lalu menjilati bibirnya memutar untuk membersihkannya dari semua sisa chocolate dan sperma Jaehwan.
 
"Oh ya Tuhan. Kau memang luar biasa, Sayang." Jaehwan menoleh ke bawah, kejantanannya sudah benar-benar bersih dari semua cairan kental berwarna coklat dan putih itu.
 
"Aku mau lagii~"
 
Kedua mata Jaehwan refleks melebar, namun seringainya tercetak kembali. "Lagi? Di lubang bawahmu, kan?"
 
"Aniii! Aku ingin menghisap dan mengemutnya lagi, tapi ingin rasa vanilla!"
 
"V–vanilla?" belum sempat ia mencerna, Taekwoon  sudah lari keluar kamar. Jaehwan sudah tahu jika lelaki manis itu akan ke dapur dan mencari bahan makanan lain yang berbau vanilla. Tapi baguslah, hitung-hitung ia memuaskan hasrat tanpa perlu bergerak.
 
Tak butuh waktu lama, Taekwoon  sudah kembali dengan membawa sebuah kotak kecil.
 
Sebuah kotak yang hampir membuat bola mata Jaehwan meloncat keluar dari tempatnya!
 
Jaehwan tidak masalah jika benda yang Taekwoon  bawa adalah susu rasa vanilla.
 
Namun itu— oh astaga! Taekwoon  seolah menantangnya untuk melakukan yang ekstrim!
 
"Jaehwannie~ aku mendapatkan vanilla ice cream! Hihi!"
 
VANILLA ICE CREAM!
 
Damn it! Taekwoon  sukses membuatnya batang kesayangannya tegak kembali hanya dengan perkataan polosnya! Ouh, mungkin ia akan menyetubuhi Taekwoon  sampai pagi setelah sesi vanilla ice cream ini!
 
.
 
.
 
.
 
END
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annah_13 #1
Chapter 12: