CATCHING DREAM

Wild Imagination by doubleAA10

”aku menunggumu di sini, .” Suara lembut itu kembali memanggil dirinya, membuat dia terhanyut dalam kegelapan yang berada di sekitarnya sekarang.

Badannya berputar untuk mencoba mencari asal suara tersebut, namun tampaknya sia-sia karena hanya kegelapan yang tertangkap oleh indra penglihatannya. Kakinya kemudian melangkah entah ke mana yang pasti suara yang memanggilnya semakin terdengar dan jelas membuat dia merinding karena takut.

Tak berapa lama, dia berhenti karena kelelahan. Di saat itulah, di hadapannya muncul sosok seorang namja yang memakai gaun putih panjang. Wajah namja itu tak tampak, ditutupi oleh kegelapan atau hanya sesuatu yang buram. Meski mencoba untuk memincingkan matanya, wajah namja itu masih tak terlihat juga.

”Siapa kau?” tanyanya perlahan. Suaranya terdengar serak karena kehabisan nafas.

Sosok itu terdiam, tak menjawab apapun. ”Kau tidak ingat padaku?” Di balik nada itu, dia dapat mendengar kesedihan dan kekecewaan yang tersirat membuat dia sendiri merasa bersalah telah menyakiti sosok tersebut.

”Siapa kau?” tanyanya lagi dengan mendesis.

”Kau akan kembali padaku, itu pasti. Karena sejak dulu sampai sekarang, Kim Taekwoon, kau adalah milikku. Kau tak akan bisa kabur dariku.”

Ingin berteriak memanggil suara itu dan mencoba meraihnya, tapi tangannya tak sampai. Suaranya tak keluar. Hanya jeritan kosong. Kegelapan kembali menemaninya, membuat dia merasa takut. Berlari menjauh untuk mencari cahaya serta berusaha untuk menggapai sosok itu.

”TUNGGU!!” Mata onyx itu terbuka lebar. Badannya segera beranjak dari tempat tidurnya membuat seseorang di sampingnya terbangun.

”Hyung , gwenchana?” Dia menggelengkan kepalanya. Badannya bergetar, keringatnya bercucuran membasahi wajahnya. Dia memeluk dirinya perlahan dan kemudian meraih tubuh namja yang menanyakan keadaannya.

Dia tidak tahu kenapa rasa takut dan bersalah itu menghantui dirinya. ”Ssh, aku di sini Hyung , gwenchana,” bisik namja itu perlahan kepada namja yang dipanggil Taekwoon atau bernama lengkap Kim Taekwoon itu.

”Wonnie,” isaknya di dalam pelukan namja yang notabene adalah suaminya itu.

Mimpi buruk tiap malam yang menghantuinya. Cepat atau lambat dia yakin bahwa mimpi itu akan datang menghampirinya sendiri. Sayangnya, dia tidak bisa mengingat di mana dia pernah mendengar suara itu dan siapa pemilik suara tersebut.

”Kau yakin akan baik-baik saja, Hyung ?” tanya namja yang bernama Choi Wonshik kepada istrinya yang tengah terbaring di atas ranjang karena sakit.

 

”Aish, pergi saja kau tuan Choi dan bawa pulang uang untukku biar bisa kubelanjakan!” seru Taekwoon kepada suaminya.

 

Wonshik tertawa terbahak-bahak sebelum mengelus kening Taekwoon perlahan dan mengecupnya. ”Baiklah, kalau kau sudah tidak tahan, silakan telepon aku dan aku akan segera datang tidak peduli apapun yang terjadi, ne?”

 

Taekwoon mengangguk. ”Iya, iya, sudah sana pergi! Dan jangan coba-coba untuk merayu asistenmu itu!” seru Taekwoon dengan nada mengancam.

 

”Asisten? Tiffany maksudmu?” Taekwoon mengangguk sambil memajukan bibirnya. Wonshik yang masih terduduk di atas kursi sebelah ranjang suaminya itu terkekeh sembari merapikan poni Taekwoon. ”Kau tak perlu khawatir, dia itu tidak lebih cantik darimu kok. Untuk apa aku melihatnya? Toh, aku punya istri yang cantik yang selalu siap memenuhi kebutuhanku.”

 

Blush.

 

Wajah Taekwoon memerah karena perkataan Wonshik . Dia mengerti makna lain yang dimaksud oleh Wonshik . Melihat suaminya yang memerah, Wonshik menjadi khawatir dan kelabakan. Pikirnya Taekwoon semakin parah dan perlu dirawat. ”Aish, sudah. Aku baik-baik saja. Sana pergi!” seru Taekwoon. Dengan enggan, Wonshik beranjak pergi setelah sebelumnya memberi kecupan singkat di kening Taekwoon tentunya.

 

Blam.

 

Suara pintu tertutup dan tak lama disusul dengan suara mesin mobil yang menyala menandakan bahwa suaminya sudah pergi kerja meninggalkan Taekwoon seorang diri. Tidak seorang diri sih, masih ada pembantu yang bekerja di rumah itu untuk menemani dirinya. Taekwoon membaringkan tubuhnya ke atas kasur sembari menatap ke langit-langit. Punggung tangan kanannya dia letakkan di atas dahinya. Matanya terpejam perlahan membawanya kembali ke alam mimpi. Dia berharap semoga saja kali ini dia bisa bermimpi indah dan bukan mimpi aneh seperti yang selama ini dia alami.

 

.

 

.

 

Desiran ombak di tepi pantai menghasilkan melodi alam tertangkap oleh indra pendengarannya. Matanya menangkap suasana pantai yang sepi, seolah tempat ini hanya miliknya seorang. Tak berapa lama sepasang lengan kekar memeluk pinggangnya, membawanya ke dalam dekapan hangat seseorang yang terkesan familiar. ”Hyung ,” bisik suara itu di telingnya.

 

Seketika itu juga kedua matanya membesar karena kaget. Bukan. Ini bukan suara Wonshik , kekasihnya, tapi kalau begitu, suara siapa ini.

 

”Lepas,” gumam Taekwoon. Dia meronta, mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan namja tersebut, namun usahanya nihil karena tenaga namja itu lebih besar darinya.

 

”Hyung ,” bisik suara itu sekali lagi. Kali ini dengan suara penuh rindu membuat bulu roma Taekwoon berdiri seketika. Suara ini begitu familiar, suara ini suara yang memanggilnya saat tidur, dalam mimpi-mimpinya selama ini.

 

Putar badanmu Taekwoon, putar badanmu, kau harus melihat siapa orang yang selama ini menganggu tidurmu.

 

Namun sayangnya, badannya tidak mau menurut. Daripada memutar, badannya lebih memilih untuk berdiri kaku dalam dekapan namja itu. ”Hyung , aku rindu,” gumam suara itu.

 

Badan Taekwoon kaku seketika, sebuah kenangan buruk tiba-tiba melintas di dalam otaknya. Sesuatu yang selama ini sepertinya terlupakan.

 

Darah.

 

Dia melihat darah di mana-mana, di hadapannya terbaring sesosok orang yang dia kenal. Dia menjerit meminta tolong, namun suaranya tak keluar. Seharusnya dia masih berada di dalam dekapan namja itu, namun kenapa? Kenapa tangannya bisa meraih keluar ingin menangkap namja itu?

 

Pantai.

 

Hal berikutnya yang terjadi, tubuhnya kembali berada di pantai, namun kali ini dia sedang terduduk dengan Wonshik tertidur di sampingnya. Sebuah senyuman terukir di wajah Taekwoon melihat Wonshik . Dia berpikir bahwa mungkin dia hanya sedang bermimpi. Tunggu.

 

Mimpi?

 

Bagaimana bisa dia bermimpi jika dia – yang mana yang kenyataan sekarang? Kepalanya mendadak pusing. Dia mengerang karena sakit yang dirasakannya. Kepalanya berdenyut keras membuat dia merasa pusing dan mual. Perlahan dia mencoba untuk membangunkan Wonshik , namun tak ada respon dari suaminya itu. Bau basi kemudian tertangkap oleh indera penciumannya. Dia menutup hidungnya untuk menghalangi bau busuk tersebut.

 

Matanya membesar karena kaget saat melihat ke arah pantai yang sekarang sudah tidak berwarna bening lagi, melainkan merah, merah darah.

 

”Urgh,” erangnya. Bau darah yang menyengat membuat dia pusing. Dia harus pergi dari tempat ini, tapi tidak mungkin kalau dia meninggalkan Wonshik seorang diri bukan.

 

Sementara tangan kanannya menggoyangkan tubuh Wonshik , tangan kirinya menutup hidung dan mulutnya dari bau basi tersebut. ”Wonnie, bangun, ayo bangun!” serunya, tetapi dia masih tak juga mendapatkan respon. ”Wonnie, urgh, Won – AHHH!”

 

Taekwoon berteriak histeris. Dia begitu ketakutan saat melihat tubuh Wonshik yang dingin dan membeku. Muka Wonshik memucat dan bukan hanya itu, banyak belatung dan binatang kecil lainnya yang keluar dari wajah Wonshik . Segera, Taekwoon mencoba untuk berlari menjauh dari suaminya itu, tapi kakinya tidak tahu melangkah entah ke mana.

 

”Hyung , kau mau ke mana?” Suara Wonshik terdengar dari arah belakang Taekwoon. Dia berpikir bahwa mungkin itu tadi hanya ilustrasi dan bahwa yang memanggilnya sekarang. Oh betapa dirinya salah karena saat dia berbalik, yang dia dapati adalah tubuh Wonshik yang penuh binatang tadi berjalan ke arahnya. Dengan cacing-cacing menjijikkan yang keluar dari mata Wonshik membuat wajah tampan suaminya itu jadi menjijikkan dan mengerikan. ”Hyung , kau harus kembali kepadaku,” seru Wonshik .

 

”Tidak! Tidak!” Kembali Taekwoon berteriak dan mencoba menghalangi Wonshik yang memegang kedua tangannya. Kedua tangannya sudah tertangkap oleh Wonshik dan dia semakin ketakutan. Terus-terusan dia meronta meminta untuk dilepaskan tapi apa daya dia tak bisa berlaku apa-apa.

 

.

 

.

 

”Taekwoon!”

 

Kedua bola mata itu membesar karena kaget. Badannya berdiri seolah terangkat oleh daya yang lain. Wajahnya basah penuh keringat bahkan kaos yang dikenakannya juga seperti habis disiram oleh air. Nafasnya tidak beraturan. ”Taekwoon, gwenchana?” Kepalanya berputar perlahan untuk melihat ke asal suara yang dia tahu bukan suara suaminya, Wonshik , tapi terdengar familiar.

 

”Hosh. Hosh.” Deru nafasnya semakin tidak teratur dan berdebar kencang saat melihat sosok yang duduk di sampingnya bukanlah Wonshik , suaminya, melainkan seorang namja lain. Namja asing yang tidak dia kenal, tetapi ada rasa rindu di dalamnya.

 

”Kau siapa?” tanya Taekwoon dengan keraguan. ”Di mana Wonshik ? Kau apakan dia?!” Dia menarik kerah namja yang ada di hadapannya untuk mendekat, melampiaskan amarahnya pada namja itu. Tak lama, matanya membesar karena kaget. Dia mendorong namja itu dengan keras hingga terdengar bunyi ”Bug” karena namja itu terjatuh ke atas lantai.

 

Deru nafas Taekwoon semakin kencang. Dia tahu siapa namja di hadapannya. Mungkin tidak jelas, tapi dia ingat dengan jelas suara ’Hyung ’ yang memanggilnya tadi. ”Kau? Siapa kau? Kau apakan Wonshik ? Di mana dia?!” seru Taekwoon. Dia bergegas beranjak dari ranjang untuk keluar dari ruangan itu, kabur dari namja yang selama ini menghantuinya.

 

”Hyung !” seru namja itu saat melihat Taekwoon hendak berlari keluar.

 

Taekwoon, tentu saja, tidak memedulikannya. Dengan lekas dia berlari menuju pintu untuk membukanya, namun tangannya segera ditarik oleh namja tadi ke dalam dekapan hangat sang namja. Sebuah nostalgia. Bagaimana bisa dia lebih merasakan kedamaian berada di dalam dekapan namja ini dibanding suaminya sendiri, Choi Wonshik ? ”Lepas,” desis Taekwoon namun tak digubris oleh namja itu. ”Lepaskan aku!”

 

”Hyung , Hyung , dengarkan aku!” teriak namja itu membuat Taekwoon terdiam. ”Sudah lama aku mencarimu, sudah lama aku menunggumu. Akhirnya kau kembali, akhirnya kau kutemukan.”

 

Namja itu menangis. Taekwoon dapat merasakannya dengan punggungnya yang mulai basah, mungkin karena keringat, mungkin juga karena air mata dari namja itu. ”Akhirnya kau sadar…hiks…aku sudah lama menunggumu, Hyung …Akhirnya kau kembali..hiks…”

 

Gulp.

 

Taekwoon merasa bersalah meskipun dia tak mengerti kenapa. Dia tak tahu siapa namja yang memeluknya sekarang, dia juga tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Perlahan dia memutar badannya untuk melihat namja itu tengah menangis haru. Tangan kanannya perlahan menyentuh pipi namja itu. ”Ma…maaf…kau..kau siapa?” tanyanya dengan lembut.

 

Mendengar pertanyaan Taekwoon, namja itu tersentak kaget, terlihat dari pupil matanya yang membesar. Rasa bersalah semakin menggeluti hati Taekwoon saat melihat senyuman tanda mengerti dari namja itu. ”Ah, sepertinya kau tidak mengingatku, Hyung . Aku Hangeng, suamimu. Kau biasa memanggilku dengan Jaehwan , tidakkah kau ingat?”

 

Perlahan Taekwoon menggelengkan kepalanya. Dia hendak menarik tangannya dari namja yang bernama Jaehwan atau Hangeng tadi tapi dengan cepat dihalangi. ”Jangan, aku tidak mau kau pergi lagi dariku. Sudah lama akhirnya aku berhasil menemukanmu. Aku tidak ingin kau pergi lagi dariku.” Tangan Hangeng yang hangat menyentuh pipi Taekwoon dengan perlahan.

 

Begitu Taekwoon ingin bereaksi terhadap sentuhan tersebut, tiba-tiba saja dia merasakan sesuatu yang basah menyentuh mukanya. Jeritan dari mulutnya kembali terdengar saat melihat sosok Hangeng yang tergeletak tak berdaya. Darah muncrat mengenai wajahnya hingga wajahnya yang putih jadi merah. Di belakang Hangeng berdiri Wonshik dengan seringaian yang mengerikan tengah memegang kapak yang baru saja ditancapkan pada kepala Hangeng. ”KYA!!” jerit Taekwoon. ”Si..Wonshik ? Apa yang kau lakukan?” serunya.

 

”Menghancurkan penghalang kita, Hyung , sekarang kita bisa bersama.”

 

Tahu bahwa Wonshik yang ada di hadapannya bukanlah Wonshik yang dia kenal, Taekwoon merasa ketakutan. Kakinya masih terasa kaku karena baru saja menyaksikan hal yang mengerikan. Meski dia tak mengenal Jaehwan , dia tetap merasa ngeri melihat seseorang terbunuh di depannya hingga bergeletak tak bernyawa seperti ini. ”Wonshik ! Sadar! Wonshik !” serunya. Dia semakin ketakutan saat melihat Wonshik yang berjalan mendekati dirinya seperti seorang psikopat.

 

Lidah Wonshik terjulur menjilati tangannya yang terkena darah bekas Jaehwan sementara tangan yang satu memegang kapak dengan gampang. ”Kenapa, Hyung ? Sekarang tidak akan ada yang mengganggu kita, sebentar lagi kita akan bersama, untuk selamanya.”

 

Ketika kapak itu diacungkan oleh Wonshik untuk mengenai Taekwoon, Taekwoon menutup matanya, menanti kapak yang akan mengambil nyawanya. Sepertinya ini akan menjadi akhir hidupnya.

 

.

 

.

 

”Taekwoon?” Namja cantik itu tersadar dari lamunannya. Dia sedang duduk di sebuah sofa yang sepertinya terletak di ruang tamu. Di sampingnya tampak seorang namja tengah menundukkan wajah untuk melihat namja cantik bernama Taekwoon tadi. ”Gwenchana?”

 

Taekwoon terlihat terkejut sesaat sebelum tersenyum dan mengangguk. Dia segera memeluk namja yang menanyakan keadaannya tadi. ”Ani, aku baik-baik saja, Hwannie ,” bisiknya pelan.

 

Namja yang dipanggil Hwannie tadi, meskipun tidak mengerti, membalas pelukan Taekwoon dengan senyuman lembut terukir di wajahnya. Jari mereka yang saling bertautan memperlihatkan cincin emas yang berkilau terkena pantulan sinar lampu. Di bagian pojok meja terdapat sebuah figura. Di dalam figura itu terdapat foto dengan tiga sosok namja yang tak asing.

 

Wonshik . Jaehwan . Taekwoon. Ketiganya berdiri sembari tersenyum dengan lebar. Taekwoon dan Jaehwan saling menggenggam tangan satu sama lain, terlihat seperti sepasang kekasih sementara Wonshik terlihat sedikit diasingkan. Foto tersebut perlahan berubah. Senyum lembut yang terpasang di wajah Wonshik berubah menjadi seringaian mengerikan. Kepala yang menghadap ke kamera perlahan bergeser ke arah kanan, tempat Jaehwan dan Taekwoon berdiri.

 

”Aku menunggumu, Hyung . Kau tak akan bisa pergi dariku karena selamanya kau hanyalah milikku.”

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annah_13 #1
Chapter 12: