Forbidden Fruit

Wild Imagination by doubleAA10
Suara kecipak kulit saling bersentuhan menggema di ruang Jaehwan. Lampu di ruangan itu tak dinyalakan semuanya karena mendapat cahaya dari sinar mentari yang menembus melalui jendela besar yang terletak di ruangan tersebut. Kita dapat melihat tubuh mungil Taekwoon berada di dalam pangkuan Jaehwan yang sedang duduk di kursi kerjanya. Kedua tangan kecil Taekwoon melingkar di leher Jaehwan. Siapapun bisa mengetahui bahwa keduanya saat ini sedang berciuman dengan tangan kekar Jaehwan melingkar di pinggang ramping Taekwoon untuk menopang agar namja muda itu tidak jatuh.
 
Lidah saling bertarung, bibir saling menempel, dan saliva saling bertautan. Jika tidak mengingat akan kebutuhan oksigen sebagai manusia, Jaehwan mungkin akan terus melahap bibir mungil yang menjadi candunya itu. ”Hyung~” desah Taekwoon ketika bibir Jaehwan yang bertemu dengan bibirnya tadi sekarang menempel pada leher putihnya yang terekspos karena kancing kemeja atasnya terbuka.
 
Mendengar panggilan itu mendadak Jaehwan menarik kepalanya mendatangkan desahan kecewa dari Taekwoon. Dia menatap namja mungil di pangkuannya. Wajah basah karena peluh keringat, mata setengah tertutup karena kenikmatan yang dirasakannya tadi, bibir merah ranum yang semakin memerah dan mengundang, dan tak lupa bekas gigitan di leher putih tersebut. ”Hyung?” tanya Taekwoon sembari membuka matanya perlahan, merasa cukup kaget karena mendadak gerakan hyung-nya itu terhenti.
 
Ekspresi Jaehwan datar dan tak ada emosi. Matanya terlihat sendu dan ada sesuatu yang tidak bisa diuraikan dengan kata-kata. Kedua tangan yang melingkar di pinggang Taekwoon, menopang tubuh mungil di pangkuannya untuk terlepas darinya sehingga namja muda itu berdiri. ”Kurasa lebih baik kau pergi Taekwoon,” gumam Jaehwan mendatangkan tanda tanya dari Taekwoon.
 
”Wae?” tanya Taekwoon yang masih berdiri di depan Jaehwan. Kepalanya sedikit dimiringkan membuatnya terlihat imut dan menggemaskan di mata Jaehwan.
 
”Aku akan melanjutkan pekerjaanku, kau main saja bersama GD,” jawab Jaehwan dengan nada datar tanpa ekspresi. Mengetahui bahwa tak ada gunanya bertanya lagi, Taekwoon mengangguk dan keluar dari ruangan Jaehwan dengan perasaan hampa.
 
Blam.
 
Ketika pintu ruangan itu tertutup, Jaehwan menghela nafas. Kedua siku tangannya berada di atas meja dan kepalanya dibenamkan di atas kedua telapak tangannya. ”Maafkan aku, ,” bisiknya lirih. ”Maafkan aku.”
 
Sudah hampir satu tahun Taekwoon tinggal bersama dengan Jaehwan yang artinya mereka tahun ini Taekwoon sudah berumur 15 tahun. Selama satu tahun itu pula, dia mengetahui apa yang terjadi di masa lalunya. Tentang hubungan Jaehwan dengan kedua orang tuanya, tentang apa yang terjadi di masa lalunya. Topeng yang dikenakan Jaehwan juga sudah lama tidak digunakan oleh namja itu di rumah kecuali untuk bekerja di luar.
 
Jaehwan dan kedua orang tuanya berteman akrab sampai akhirnya appanya, Yunho dan Jaehwan bertengkar untuk memperebutkan ummanya, Kim –Jung – Jaejoong. Mereka bertarung secara sehat dan berjanji siapapun yang dipilih oleh Jaejoong, maka yang tidak dipilih akan mengalah dan merelakannya. Singkat cerita, Jaejoong memilih Yunho karena memang sejak dulu umma-nya mencintai appa-nya itu. Jaehwan yang bersedih hanya bisa mengucapkan selamat di hari pernikahan kedua orang tuanya terlebih ketika mengetahui saat itu Jaejoong tengah mengandung Taekwoon.
 
Melihat umur Taekwoon, semua pasti berpikir bahwa Jaejoong hamil muda dan itu tidak salah. Pada umur 15 tahun Jaejoong hamil dan pada saat itu juga Yunho langsung melamarnya dan mereka menikah. Kedua orang tua Jaejoong dan Yunho sempat bertengkar hebat karena hal ini, bahkan orang tua Yunho mengatakan Jaejoong sebagai pelacur yang mau memberikan tubuhnya kepada siapa saja. Kedua orang tua Jaejoong tidak terima akan hal itu tentunya dan mereka membalas dengan mengatakan bahwa Yunholah yang bersalah.
 
Pada akhirnya, Jaehwan campur tangan. Namja itu sejak dulu selalu memiliki karisma. Dengan tutur katanya yang sopan dan berwibawa, kedua orang tua Jaejoong dan Yunho menerima keadaan anak mereka dengan damai. Bahkan ketika Taekwoon lahir, namja itu mengingat bagaimana kakek dan neneknya selalu memanjakan dirinya.
 
Jaehwan hanya pernah bertemu sekali dengan Taekwoon saat namja muda itu berumur 5 tahun. Tak banyak yang diingat Taekwoon selain bahwa saat itu Jaehwan datang dengan seorang yeojya cantik yang terlihat di foto itu. Pantas saja yeojya itu terkesan familiar di ingatan Taekwoon. Jaehwan datang dan mengatakan bahwa dia akan menikah dengan Hanbyul dan mengundang kedua orang tua Taekwoon untuk ikut. Betapa bahagianya kedua orang tua Taekwoon mengetahui bahwa Jaehwan akan menikah dengan Hanbyul. Mereka memastikan untuk datang namun Taekwoon tak diijinkan untuk mengikuti pesta pernikahan tersebut karena saat itu Taekwoon sedang sakit.
 
Singkat cerita, Jaehwan hidup hampir 7 tahun dengan Hanbyul. Pernikahan Jaehwan terlihat sempurna, sayangnya mereka tak dikaruniakan anak karena ternyata Hanbyul mandul dan memiliki masalah. Jaehwan hanya mengelus dan menerima kenyataan itu dengan lapang dada. Entah kenapa dia juga merasa sedikit lega akan hal itu karena meskipun dia mencintai dan menyayangi Hanbyul, ada sesuatu yang kurang yang tak bisa dijelaskan begitu saja.
 
Jaehwan tahu ini salah, namun tak bisa dipungkiri bahwa dia memiliki sebuah perasaan terhadap Taekwoon ketika mata mereka bertemu untuk pertama kalinya. Melihat mata Taekwoon mengingatkan Jaehwan akan mata Jaejoong yang selalu membuat jantungnya berdetak kencang. Dia tahu itu tidak benar terlebih usia Taekwoon saat itu baru 5 tahun sehingga dia mencoba menghindari untuk betemu muka dengan Taekwoon. Itulah sebabnya mengapa Taekwoon tak pernah bertemu lagi dengan Jaehwan.
 
Album foto Taekwoon yang dimiliki Jaehwan adalah album yang disimpan kedua orang tuanya. Saat Jaejoong dan Yunho meninggal karena kecelakaan pesawat bersama dengan Hanbyul, Jaehwan menyimpan semua harta peninggalan kedua sahabat dan istrinya. Ya, Jaejong dan Yunho ikut serta dalam pesawat yang ditumpang Hanbyul. Bahkan ketiganya sempat mengobrol dan membicarakan tentang masa lalu. Tak ada yang tahu bahwa itu adalah akhir bagi ketiganya –
 
– dan sebuah awal bagi Jaehwan.
 
Segala usaha dilakukan Jaehwan untuk mencari Taekwoon dan mengambil hak adopsi anak sahabatnya itu, tapi pengadilan tentu saja lebih mengijinkan Taekwoon untuk dirawat oleh saudara Jaejoong dan Yunho yang meninggalkan anak kecil itu begitu saja di panti asuhan. Saudaranya hanya mau mendapatkan harta warisan dari keduanya dan meninggalkan anak kecil itu.
 
Betapa bahagianya Jaehwan ketika dia menemukan Taekwoon di panti asuhan itu. Alasan Jaehwan memberikan sumbangan ke beberapa panti adalah dengan harapan bahwa dia bisa bertemu dengan Taekwoon, sekaligus untuk menebus sedikit dosanya. Harapannya terkabul terutama ketika namja muda itu menciumnya. Rasanya seperti semua dosanya dihapuskan dan hidupnya begitu lengkap, namun dia tidak bisa memungkiri perasaan bersalah dan tidak layak untuk mendapatkan Taekwoon. Begitu banyak pikiran berkecamuk di otaknya. Bisa saja namja itu hanya menganggap Jaehwan sebagai penyelamat. Taekwoon masih muda, masih banyak kesempatan bagi dirinya untuk menemukan orang lain yang setara dengannya, yang tidak memilik dosa, yang bukan seorang Beast.
 
Pada akhirnya, meskipun Beast bisa kembali menjadi seorang pangeran dan mendapatkan Beauty-nya, ada sebuah perasaan yang menghalanginya. Sebuah pikiran, ”Apakah aku layak memilikinya?”
 
.
 
.
 
”Hei, Minnie, kenapa?!” Seperti biasa, GD selalu tampil dengan atribut yang mencolok namun terlihat keren di tubuhnya. Namja berwajah manis itu menghampiri Taekwoon yang sedang terduduk di bangku taman dengan wajah yang sedikit murung.
 
Pukulan halus di pundak Taekwoon menyadarkan namja itu dari lamunannya. Dia memutar kepalanya dan mendapati GD seperti biasa tersenyum lebar ke arahnya. ”Heyo! Hari sedang cerah, mukamu jangan seperti itu dong!” seru GD dengan cengiran khasnya.
 
Taekwoon hanya menyunggingkan sebuah senyuman simpul yang dipaksakan. ”Annyeong, hyung,” sapanya dengan lemas. Merasa ada yang aneh dengan namja muda itu, GD memutuskan untuk duduk di sampingnya dan menunggu sampai namja itu siap berbicara. ”Hyung,” panggil Taekwoon.
 
”Hmm?”
 
”Apakah Wookie-hyung masih mencintai Hanbyul-noona?” tanya Taekwoon dengan suara pelan namun cukup keras untuk ditangkap gendang telinga GD.
 
Mendengar pertanyaan itu, GD menatap ke arah langit. Dia menutup matanya sejenak sebelum membuka suaranya, ”Tidak, dia tidak pernah mencintai Hanbyul,” jawab GD dengan tegas membuat Taekwoon sedikit terkejut dengan jawaban dari sang produser. ”Selama hidupnya yang kutahu, dia hanya mencintai Jaejoong, ummamu,” ujarnya dengan lembut sembari memutar kepalanya untuk mendapat Taekwoon sedang melihatnya dengan doe eyes seperti umma-namja itu. ”Tapi itu dulu, dan yang kutahu perasaannya kepada Hanbyul tak lebih dari seorang sahabat atau dari oppa terhadap dongsaengnya. Kau tahu kan bahwa Hanbyul mandul?” Taekwoon mengangguk. ”Sebenarnya hidup Hanbyul juga tak lama lagi. Itulah salah satu alasan Jaehwan menerima Hanbyul di hidupnya. Tapi, siapa yang menduga? Karena hidup bersama dengan orang yang dicintainya, umur Hanbyul bertahan lebih lama dari perkiraan. Jaehwan juga senang akan hal itu. Akhirnya, dia tidak merasa kesepian karena akan ada yang menemaninya.”
 
”Bukankah ada hyung dan TOP-hyung?” tanya Taekwoon dengan polosnya membuat namja itu terlihat begitu menggemaskan.
 
GD terkekeh pelan. ”Iya, tapi dia membutuhkan seseorang untuk di sampingnya, seseorang yang akan selalu menjaganya. Aku dan TOP tak akan bisa menjadi orang itu karena kami bukanlah orangnya. Hanbyul tahu bahwa Jaehwan tak mencintainya, namun dia sudah cukup puas dengan semua perhatian yang diberikan Jaehwan kepadanya. Sebenarnya aku tahu ini salah.” GD menggigit bibir bawahnya sembari mengalihkan perhatiannya pada langit yang begitu cerah. ”Tapi, aku merasa cukup senang ketika Hanbyul meninggal karena Jaehwan tidak lagi terikat oleh yeojya itu. Dia sekarang bebas.”
 
”Tapi apa yang menahannya?” seru Taekwoon. Seketika namja itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya ketika sadar bahwa dia mengucapkan itu dengan suara lantang.
 
GD kembali tertawa pelan. ”Kau tidak perlu malu, aku tahu bahwa dia menciummu. Bekas gigitan itu,” tunjuknya pada bekas gigitan merah di leher Taekwoon yang seketika itu ditutup Taekwoon oleh tangannya. ”Diberikan olehnya kan? Meskipun kau katakan itu adalah gigitan serangga, aku tahu bahwa kau dan dia saling berhubungan, Minnie, dan aku tidak keberatan. Aku rasa Hanbyul juga. Dia pasti berharap Jaehwan bisa menemukan seseorang untuk dirinya.”
 
Suasanya kembali hening sampai akhirnya GD kembali berbicara, ”Kau tahu? Beberapa fotomu yang ada di atas sebenarnya diambil oleh Hanbyul. Dia yang memberikan itu kepada Jaehwan. Dia tahu bahwa sebenarnya Jaehwan memiliki perasaan terhadap dirimu. Yeojya itu bukan hanya cantik dan baik, tapi juga memiliki feeling yang kuat. Satu ucapannya sebelum berpisah denganku di pesawat itu.”
 
”Aku akan melepaskannya, GD, aku tahu selama ini karena diriku dia tidak bisa terbang, terikat olehku dengan yang namanya tanggung jawab. Setelah ini, aku akan mengakhirinya.”
 
”Siapa yang menduga kalau hal itu benar menjadi hal terakhir yang dilakukannya?” Tangan GD menepuk pundak Taekwoon pelan. ”Hei, itu adalah masa lalu. Jangan terlalu terkurung pada apa yang telah terjadi. Tataplah apa yang ada di hadapanmu. Mungkin dia hanya takut kalau seandainya kau tidak akan mencintainya. Dia takut kalau kau hanya melihatnya sebagai sosok seorang hyung yang sempurna.”
 
Benarkah apa yang dikatakan oleh GD? Apakah dia hanya melihat Jaehwan sebagai seorang hyung dan tak lebih? Tapi, kalau memang dia hanya melihat Jaehwan sebagai seorang hyung, kenapa dia merasa berdebar kala mata mereka saling bertemu? Kenapa dia tak pernah puas dengan setiap sentuhan yang diberikan Jaehwan terhadapnya? Kenapa dia selalu terhanyut oleh suara lembut Jaehwan? Dan kenapa dia tidak suka ketika Jaehwan terlihat akrab dengan siapapun? Dia masih mengingat betapa dia membenci Tiffany-noona yang dulu dia sayangi ketika yeojya itu memeluk Jaehwan sebagai ucapan terima kasih. Rasa-rasanya dia tidak pernah mengalami perasaan itu sebelumnya.
 
”Bagaimana kau tahu kau mencintainya, hyung?” tanya Taekwoon setelah berpikir cukup lama.
 
GD menatapnya dengan lembut. ”Entahlah, banyak bentuk cinta, tapi aku tahu satu hal. Ketika aku mencintai TOP, aku tahu bahwa aku hanya ingin menghabiskan seumur hidupku dengan dirinya. Apakah kau berpikir hal itu dengan Jaehwan?”
 
Deg.
 
Tepat, itulah yang dia pikirkan ketika dia melihat Jaehwan. Dia merasa bahwa inilah orang yang dia harapkan untuk menghabiskan waktu bersama. ”Sepertinya aku benar, eh?” jawab GD dengan nada menggoda. ”Kalau begitu, mau melakukan sesuatu untuk Wookie-mu?” goda GD. Kedua pipi Taekwoon bersemu merah sebelum mengangguk dan mengikuti GD.
 
Beauty akan melakukan apa saja untuk meyakinkan Beast bahwa tak ada yang salah, bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang nyata dan benar.
 
.
 
.
 
Hari ini begitu melelahkan bagi Jaehwan ketika dia berjalan mengitari lorong panjang untuk menuju ke kamar tidurnya. Dia baru saja mengikuti rapat pemegang saham yang sepertinya hanya berujung pada pertengkaran tak berarti. Terlebih lagi sepanjang rapat, yang ada di pikirannya adalah sosok namja mungil yang memiliki mata bening indah, pipi tembem, dan wajah yang begitu menggemaskan. Kembali dia teringat akan kejadian pagi tadi. Itu bukan kali pertama mereka berciuman, bukan pula kali pertama Jaehwan hampir melangkahi batas, namun itu menjadi kali pertama Jaehwan memutuskan bahwa ini harus diakhiri. Hal terlarang ini tak boleh dilanjutkan lagi betapapun menggiurkannya buah terlarang yang ada di –
 
– depannya.
 
Kedua mata Jaehwan membesar ketika dia membuka pintu kamarnya. Katakan dia salah melihat, katakan saat ini pandangannya sedang kabur. Apakah yang sedang duduk di tempat tidurnya adalah Taekwoon yang berpakaian yeojya? Oh Tuhan, sepertinya memang dia hanya sedang bermimpi. Tidak mungkin bukan kalau Taekwoon memakai dress putih yang panjangnya di atas lutut sedikit memperlihatkan kakinya yang putih dan mulus? Terlebih lagi dengan wig panjang yang dikenakannya sekarang.
 
Oke, jadi ceritanya Taekwoon sedang duduk di ujung tempat tidur berpakaian dress putih polos yang membentuk lekuk tubuhnya yang ramping. Spaghetti line dari dress-nya memperlihatkan kedua lengan Taekwoon yang kecil dan tak lupa lehernya terekspos begitu indahnya di depan mata Jaehwan. Bibir Taekwoon sendiri terlihat lebih merah, sepertinya GD memolesi bibir itu dengan lipstik merah.
 
Gulp.
 
Jaehwan menelan ludah ketika dia melihat Taekwoon yang menatapnya dengan tatapan polos. Kedua pipi namja mungil itu bersemu merah ketika dia menyadari Jaehwan memperhatikannya dari atas sampai ke bawah. Taekwoon menggigit bibirnya pelan dan mengeluarkan suaranya yang masih belum berubah itu. ”Kau sudah pulang, urrmm, oppa?”
 
Untung saja Jaehwan memiliki daya pengendalian diri yang tinggi, kalau tidak bisa saja saat ini dia sudah berada di atas tubuh mungil Taekwoon dan menjelajahi tubuh Taekwoon yang sangat mengundang dirinya saat ini. Bayangkan saja, dress yang dikenakan Taekwoon memang menutupi bagian intim namja mungil itu, tapi terlihat begitu menggoda dan mengundang Jaehwan.
 
”Apa yang sedang kau lakukan, Minku?” tanya Jaehwan dengan suaranya yang tegas membuat tubuh Taekwoon sedikit gemetar karena takut. Taekwoon tak menjawab, melainkan hanya memalingkan kepalanya. ”Keluar,” ujar Jaehwan.
 
”Eh?” Kepala Taekwoon terangkat dan dia dapat melihat ekspresi Jaehwan yang mengeras.
 
”Aku bilang keluar!” Kali ini Jaehwan memerintah dengan suara yang lebih tegas membuat Taekwoon tersentak kaget.
 
Namja muda itu berdiri dan berjalan ke arah Jaehwan dengan perlahan. Tiap langkah yang diambil Taekwoon membuat namja muda itu semakin gemetar. Ketika dia berhenti tepat di depan Jaehwan, keduanya saling bertatapan. Untuk pertama kalinya, Taekwoon mengambil inisiatif untuk menempelkan bibirnya dengan Jaehwan. Sedikit susah memang, mengingat tinggi badan mereka yang berbeda. Taekwoon harus sedikit berjinjit dan itupun hanya bisa untuk menempelkan bibirnya sekilas.
 
Tak ada perubahan ekspresi di wajah Jaehwan  membuat hati Taekwoon terluka. Dia mengangguk dengan pelan sembari menahan agar air matanya tidak keluar. ”Arasso,” bisiknya pelan. Dia merasa konyol mengikuti saran GD untuk menggunakan dress Hanbyul dan memakai wig. Pada akhirnya, Jaehwan memang tak pernah menganggapnya lebih dari anak sahabatnya. ”Saranghae,”  bisiknya perlahan sebelum membuka pintu itu.
 
Brak.
 
Sebuah tangan kekar menahan pintu yang hendak dibuka Taekwoon. Dapat dirasakannya hembusan nafas Jaehwan di samping telinganya membuat tubuhnya gemetar hebat. ”Kau tahu apa yang kau lakukan, Minku?” bisiknya sembari menciumi leher Taekwoon yang terekspos. ”Kau tahu apa yang kau katakan tadi? Apakah kau yakin?” Taekwoon mengangguk setelah terdiam cukup lama.
 
Anggukan itu cukup membuat sesuatu dalam Jaehwan terbangun. Dia memutar tubuh mungil Taekwoon sehingga sekarang keduanya saling bertatapan. ”Kau tahu bahwa setelah ini kita tidak bisa kembali?”
 
”Aku tahu ini dan aku sungguh-sungguh mencintaimu, hyung. Aku ingin menghabiskan hidupku seterusnya bersamamu,” gumam Taekwoon sembari menundukkan kepalanya.
 
Tangan Jaehwan mengangkat kepala Taekwoon dengan perlahan. ”Kau tahu bahwa aku sangat posesif? Bahkan jika setelah ini kau meminta untuk berhenti atau kau memintaku untuk merelakanmu, aku tak akan melepaskanmu, apa kau siap?”
 
Tatapan Jaehwan begitu tajam seolah menembus apa yang ada di balik Taekwoon dan itu membuat namja mungil itu sedikit merinding. Dia mengangguk dengan perlahan. ”Ne…oppa.”
 
Dan hal berikutnya yang Taekwoon tahu adalah bibir Jaehwan yang melumat bibirnya yang mungil. Kedua tangannya terlingkar di leher Jaehwan dengan kedua tangan Jaehwan mengangkat tubuh mungilnya dalam dekapan hangat namja tegar itu. Tangan Jaehwan membantu Taekwoon agar melingkarkan kedua pahanya di pinggang kekar Jaehwan. Dia dapat merasakan miliknya yang dihalangi oleh dress dan celana dalam bergesekkan dengan milik Jaehwan. Hal ini mengeluarkan desahan di sela-sela ciumannya, ”Ahh~”
 
Bibir Jaehwan kali ini bergerak ke arah lehernya dan memberikan gigitan-gigitan kecil, menambah tanda merah yang ada di lehernya tadi pagi. Tubuh Taekwoon sekarang sudah dihempaskan di atas ranjang yang empuk dengan bibir Jaehwan masih setia di lehernya. Kedua tangan Taekwoon mengacak-acak rambut Jaehwan.
 
Tangan Jaehwan sendiri sudah menyelinap masuk ke dalam dress Taekwoon dan meraba perut datar namja itu. Ketika dia menemukan kedua tonjolan di dada Taekwoon di dalam sesuatu, dengan perlahan dia menggesekkan ibu jarinya ke atas tonjolan tersebut dan kembali mendatangkan desahan dari Taekwoon. ”Ohh~ Ahhh~”
 
”Panggil aku dengan oppa lagi, Minku,” bisik Jaehwan di sela-sela eksplorasinya terhadap leher Taekwoon oleh bibirnya.
 
”Nggh…oppa…”
 
Panggilan itu membuat celana jeans Jaehwan semakin sempat. Tak sabar lagi, Jaehwan segera melepaskan kemejanya dan melemparkannya entah ke mana.
 
Srag.
 
Dress putih yang dikenakan Taekwoon segera disobek paksa oleh Jaehwan. Dia bisa menyuruh orang untuk menjahitnya lagi, yang penting sekarang adalah buah terlarang yang ada di bawahnya.
 
Gulp.
 
Dia meneguk ludah melihat tubuh Taekwoon yang sedang memakai pakaian dalam yeojya. Sebuah bra merah maroon yang kontras dengan kulit putihnya dipadu celana dalam berwarna sama. ”Look what w have here~” goda Jaehwan diiringi dengan siulan nakal.
 
Taekwoon merasa malu. Kedua tangannya terangkat dan menutupi wajahnya. Hal ini tentu saja mendatangkan perhatian Jaehwan. Dengan lembut dia membuka kedua tangan Taekwoon sehingga dia bisa melihat Taekwoon yang menutup matanya karena tak ingin menatap Jaehwan. ”Minku,” bisik Jaehwan pelan.
 
”Jangan lihat aku, hiks,” isak Taekwoon. Dia memang sudah mempersiapkan dirinya dengan segala konsekuensi yang ada, tapi entah kenapa dia merasa takut jika Jaehwan akan jijik melihat dirinya. Senyuman lembut terukir di wajah Jaehwan. Dia menundukkan kepalanya perlahan sembari kedua tangannya masih menggenggam erat tangan Taekwoon. ”Lihat aku, Minku,” bisik Jaehwan.
 
Namun, Taekwoon semakin menutup matanya erat-erat dan menggelengkan kepalanya. ”Lihat aku,” bisik Jaehwan sekali lagi. Merasa tak ada hasilnya, Jaehwan mengecup kening Taekwoon dengan perlahan dan cukup lama. Dia berbisik, ”Aku tak pernah melihat sesuatu seindah dirimu, Taekwoon.”
 
Pernyataan itu membuat Taekwoon membuka matanya perlahan dan dia bisa melihat ekspresi lembut Jaehwan di depannya. ”Saranghae, Minku, my Minku,” gumam Jaehwan sebelum mengecup bibir Taekwoon dengan lembut. Bermula dari ciuman pelan hingga berlanjut kepada ciuman yang lebih dalam. Genggaman Jaehwan terhadap tangan Taekwoon mengendur dan namja muda itu kembali melingkarkan tangannya pada leher Jaehwan. Tangan kanan Jaehwan menyelinap ke belakang punggung Taekwoon dan melepas bra yang dikenakan Taekwoon. Tangan kirinya sendiri mulai menurunkan celana dalam Taekwoon dengan perlahan.
 
Ketika bra itu terlepas, Jaehwan segera melemparnya menyusul kemejanya yang ada di lantai. Bibir Jaehwan segera menjilati Taekwoon dengan brutal dan penuh nafsu. ”Urnghh…ahhh…oppa…” Mendengar desahan Taekwoon membuat Jaehwan semakin gencar melakukan aksinya. Tangan kanannya memilin yang satu sementara lidahnya masih setia mencicip tonjolan pink di hadapannya. Tangan kirinya memainkan twinsball Taekwoon dan menghindari kejantanan Taekwoon yang sudah mulai menegang.
 
”Oppa~”
 
Bibir Jaehwan berjalan perlahan ke bawah menyusul tangan kirinya. Dia menatap milik Taekwoon yang terlihat lebih kecil daripada miliknya dan tersenyum lembut. Kecupan singkat diberikannya pada kejantanan Taekwoon sebelum memasukkan semuanya ke dalam mulutnya. Kedua tangannya sendiri sibuk memainkan twinsball Taekwoon. ”Ohh, oppa~ oppa~” Taekwoon meracau ketika sesuatu yang hangat menyelimuti kejantanannya. Rasanya begitu nikmat terutama ketika lidah Jaehwan menjilati miliknya dengan lihai. Gesekan antara bibir Jaehwan dengan miliknya menambahkan rangsangan di dalam tubuhnya.
 
”Oppa, please, please~”
 
”Please (kulum) apa Minku? (kulum)”
 
”Faster…ohh…faster oppa…”
 
Dan sesuai permintaan Taekwoon, Jaehwan mempercepat kulumannya. Dia bisa merasakan bahwa sebentar lagi Taekwoon akan mencapai enya dan dia langsung menghentikan kulumannya. ”Urnghh~” Taekwoon mendesah kecewa namun kemudian diiringi dengan teriakan nyaring. ”OPPA!!”
 
Tanpa persiapan, tanpa aba-aba Jaehwan menembus hole mungil Taekwoon. Air mata mengalir keluar dari namja yang ada di bawahnya. Merasa bersalah Jaehwan menghapus air mata itu dengan tangan kirinya. Tangan kanannya mengocok milik Taekwoon dengan perlahan namun ibu jarinya menutup jalan keluar Taekwoon. ”Oppa~ ohh…”
 
”Mian, tapi aku ingin menjadi yang pertama memasukimu,” gumam Jaehwan pelan. Matanya terlihat sendu melihat ekspresi kesakitan di wajah Taekwoon. Melihat ekspresi itu, Taekwoon mengangguk perlahan dan menggelengkan kepalanya. ”Gwenchana, aku baik-baik saja, hanya sedikit sakit, teruskan saja…oppa~”
 
Jaehwan tahu itu bohong karena dia bisa merasakan ekspresi kesakitan Taekwoon yang menyayat hatinya. ”Pusatkan perhatianmu pada tanganku, Minku.” Taekwoon mengangguk sembari menutup matanya dan memfokuskan dirinya terhadap apa yang dilakukan tangan Jaehwan.
 
Tangan kanan Jaehwan mengocok milik Taekwoon lebih cepat dan tangan kirinya menahan paha Taekwoon yang melingkar di pinggang kekarnya agar mempermudah dia untuk melakukan gerakannya. Dia terdiam sebentar sampai merasa bahwa tubuh Taekwoon mulai rileks. Perlahan dia mulai melakukan gerakan in dan out terhadap dinding rektum Taekwoon yang sempit.
 
Tak bisa dilukiskan betapa hangat dan nikmatnya dinding Taekwoon yang menyelimuti miliknya. Dia bisa merasakan dirinya berdenyut di dalam dinding hangat Taekwoon. Tapi, dia tahu bahwa dia harus bergerak cepat untuk menemukan titik kenikmata Taekwoon agar namja yang ada di bawahnya tidak merasakan sakit lagi. ”Ohhh~ Oppa!”
 
Akhirnya dia menemukan titik prostat Taekwoon dan dengan gencarnya menyerang titik itu berkali-kali. Tangan kanannya sekarang sudah menyusul tangan kirinya menggenggam erat kedua paha Taekwoon agar dia bisa memasukkan dan mengeluarkan miliknya dari dinding Taekwoon dengan mudah. Hal itu juga untuk menahan tubuh Taekwoon yang lebih kecil dariinya tidak terhempas ke nightstand ranjang dan membenturnya. ”……oppa! Oppa!”
 
Splurt.
 
Cairan putih akhirnya muncrat keluar dari kejantanan Taekwoon, menyembur ke perutnya yang polos tak terbalut apapun. Beberapa mencapai ke dadanya yang terekspos. Tangan Taekwoon mengambil cairan putih tersebut dan menghisap jari-jarinya yang teroleskan cairan putih itu membuat Jaehwan yang melihatnya semakin liar menyerang dinding Taekwoon. ”Ohh…ahhh~” desah Taekwoon kembali ketika milik Jaehwan semakin terasa membesar membuat dindingnya menyempit dan bisa merasakan milik Jaehwan yang berdenyut di dalamnya.
 
”Urgh…ahhh~” keluar dari bibir Jaehwan ketika akhirnya tak lama dia mencapai enya dan mengeluarkan semua cairan putih di dalam dinding Taekwoon. Beberapa merembes keluar dari hole mungil namja muda itu.
 
Keduanya mengatur nafas. Jaehwan mengeluarkan miliknya yang disertai dengan cairannya yang mengalir keluar dari hole namja itu. Dia menjilati -nya sendiri yang ada di dalam hole Taekwoon membuat desahan kembali keluar dari diri Taekwoon. Setelah merasa cukup bersih, badannya diangkat hingga dadanya bergesekkan dengan dada polos Taekwoon. Bibirnya melumat bibir Taekwoon yang masih mencoba mengatur nafas. ”Sepertinya kita harus terus melakukannya sampai kau hamil,” bisik Jaehwan di telinga Taekwoon yang mendatangkan semburat merah di kedua pipi Taekwoon membuatnya terlihat begitu menggemaskan.
 
.
 
.
 
Kali ini, Jaehwan yang bersandar di sandaran ranjangnya. Kepalanya sedikit terangkat ke atas, bibirnya sedikit terbuka karena apa yang sedang dilakukan oleh Taekwoon saat ini. Dia melirik pipi Taekwoon yang semakin menggembung karena miliknya dilahap oleh mulut mungil itu. Kejantanan Jaehwan yang tidak sanggup dikulum Taekwoon disentuh oleh kedua tangan mungil itu. Kepala Taekwoon naik turun untuk melakukan pada milik Jaehwan. Oh, betapa apa yang dilakukan namja mungil itu membuat Jaehwan bisa kehilangan kendali.
 
”Urmm~”
 
”Ohh…so good, Minku, so good.”
 
Dalam hati Taekwoon ada perasaan sedikit bangga bisa membuat Jaehwan merasa nikmat dan membuat namja itu kehilangan kendali. Dia semakin gencar melakukan aksinya. Memaju-mundurkan kepalanya dan mengulum milik Jaehwan yang besar dengan mulutnya.
 
Splurt.
 
Tak berapa lama Jaehwan melepaskan enya yang kedua? Ketiga? Entahlah, sudah tidak ada yang menghitungnya. Cairan putih membasahi wajah Taekwoon dan kedua tangannya. Dia menjilati cairan putih yang berada di dekat bibirnya sementara tangannya mengelap beberapa yang ada di bagian atas wajahnya. Jari-jarinya dijilat dan diemut seperti seorang anak baik untuk merasakan Jaehwan. Namja yang lebih tua itu terkekeh dan mengangkat tubuh mungil Taekwoon ke dalam pangkuannya.
 
Taekwoon duduk dengan kedua pantatnya berada tepat di depan milik Jaehwan. ”Ahh~” desahnya pelan.
 
Jaehwan terkekeh pelan dan kemudian menjilati cairan putih yang ada di sekujur wajah Taekwoon. ”Hmm~ you taste delicious, Minku,” bisiknya.
 
”Mmm.”
 
”Ride me,” bisik Jaehwan di telinga Taekwoon membuat tubuh namja mungil itu bergetar hebat. Dia mengangguk pelan. Kedua tangan mungilnya berada di dada Jaehwan untuk menopang tubuhnya. Dia mengangkat bagian bawah tubuhnya dan dalam satu hentakan dia memasukkan kejantanan Jaehwan yang besar ke dalam dindingnya sekali lagi. ”Ngghh~” Taekwoon mengerang namun kali ini tidak sesakit yang pertama. Jaehwan menunggu sampai namja mungil itu siap sembari memberikan kecupan dan gigitan kecil terhadap leher Taekwoon. Wig yang dikenakan Taekwoon tadi sudah terlempar ke mana.
 
”Ohh…oppa…oppa!” teriak Taekwoon ketika lidah Jaehwan bermain-main dengan kedua tonjolan di dadanya.
 
Dengan tenaga yang tersisa dia menaik-turunkan tubuhnya sekaligus mencari titik prostatnya sendiri. Tak berapa lama akhirnya dia menemukan titik tersebut dan seketika itu juga dia e. Cairan putih muncrat ke dada bidang Jaehwan. ” it,” ujar Jaehwan dengan tegas. Taekwoon menghentikan gerakannya dan menundukkan badannya sedikit untuk menjilati cairan putih yang ada di dada bidang Jaehwan.
 
Slurp. Slurp.
 
Suara lidah Taekwoon yang menjilati cairan putih di dada Jaehwan terdengar bagai untaian melodi indah yang menggema di telinga Jaehwan. Sebuah ide terlintas di dalam benak Jaehwan. Dia memasukkan satu jari dari kedua tangannya ke dalam dinding Taekwoon yang sudah berisi miliknya membuat dia bisa merasakan kejantanannya yang berdenyut dalam dinding hangat Taekwoon. ”ARGH!” Taekwoon kembali mengerang kesakitan dan menghentikan gerakannya ketika merasa ada yang memasuki dirinya.
 
”Ride me,” bisik Jaehwan. Taekwoon menurutinya. Dia menarik nafas terlebih dahulu sebelum menaikkan tubuhnya dan kembali menenggelamkan milik Jaehwan ke dalam dindingnya bersama dengan kedua jari Jaehwan. Sekarang Jaehwan menambahkan jarinya sehingga ada total empat jari dengan kejantanan Jaehwan yang ada di dalam hole Taekwoon. ”Faster, Minku, faster,” perintah Jaehwan dengan nada mendesis. Tubuhnya sendiri sudah melengkung karena nikmat. Miliknya yang berada dalam dekapan hangat hole Taekwoon dan bergesekan dengan dinding tersebut bersama dengan keempat jarinya membuat dia merasa begitu nikmat.
 
Taekwoon memasukkan milik Jaehwan pada sudut yang sama sehingga kejantanan Jaehwan menyentuh titik prostatnya. ”Cumm…! Oppa! Oppa!”
 
”Ahh…Minku…oh yes…Minku! Minku!”
 
Splurt.
 
Keduanya mencapai e di saat yang bersamaan. Taekwoon segera terjatuh pada dekapan Jaehwan. Kepalanya bersandar di pundak Jaehwan yang sudah mengeluarkan kedua tangannya dari dinding Taekwoon. Sebuah senyuman lembut terukir di wjaah Jaehwan melihat ekspresi damai Taekwoon yang sudah menutup matanya karena kelelahan. Kedua tangannya membelai punggung polos Taekwoon dengan lembut.
 
Dengan hati-hati, dia membaringkan tubuh mungil Taekwoon di sampingnya. Karena masih ingin merasakan kehangatan dinding Taekwoon, dia membiarkan miliknya mendekam di dalam hole Taekwoon yang sempit dan hangat. Sebelum memejamkan matanya untuk menyusul Taekwoon, dia mengecup kening Taekwoon dengan lembut. ”Saranghae Minku,” bisiknya sembari menyelimuti mereka berdua.
 
.
 
.
 
”Aish, aku tidak bisa tidur!”
 
”Kenapa?”
 
”Kau tidak merasa terganggu dengan mereka? Cih, kenapa mereka berisik sekali!”
 
”Bukankah kau yang mendukung mereka?”
 
”Iya, tapi tidak begini! Aku kan jadi tidak bisa tidur!”
 
”Wae?”
 
”Itu…aku…”
 
”Arasso.”
 
”Eh?”
 
”Ayo kita juga lakukan apa yang mereka lakukan, Jiyong-ah. Aku juga sudah tidak tahan.”
 
”Seungie~ ahhh~”
 
”Panggil aku oppa, ne?”
 
”Ohh..ahhh~ ne, oppa~”
 
.
 
Pada akhirnya Beauty dan Beast hidup bahagia selama-lamanya.
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annah_13 #1
Chapter 12: