IT’S COMPLICATED

Wild Imagination by doubleAA10
Geram adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan Jaehwan sekarang. Ketika baru saja keluar dari studio rekaman untuk membantu dongsaengnya, Jiyong, dia membuka akun twitter-nya. Dia kemudian mencari fanbase untuk boyband terkenal Dong Bang Shin Ki yang saat ini tinggal berdua karena masalah kontrak yang terlalu ribet untuk diuraikan. Perhatiannya kemudian tertuju pada sebuah link youtube yang terdapat judul iklan Missha ’The First Treatment Essence for Men’.
 
Apa-apaan itu? Kenapa Minku-NYA harus memperlihatkan bagian atasnya seperti ini?
 
Oke, tarik nafas, Jaehwan , satu dua. Tapi kemudian dia kembali hampir membanting ponselnya kalau tidak ingat bahwa ada banyak data Taekwoon di dalamnya. Yang dia pikirkan sebenarnya bukan videonya, tapi yang terjadi saat pembuatan videonya. Untuk menampilkan bagian seperti ini, tidak mungkin kalau Taekwoon tidak membuka baju yang artinya mereka yang ikut dalam projek iklan ini dapat melihat tubuh Taekwoon yang HANYA milikNYA!
 
Belum lagi bagaimana tanggapan dari para netizen yang mengatakan bahwa Taekwoon terlihat y dan menggiurkan. Oh, yang membuat Jaehwan kesal adalah bagaimana para homin shipper kemudian mengatakan bahwa Taekwoon terlihat menggoda dan bagaimana Wonshik akan kemudian ’memakannya’ saat itu juga sehingga sang magnae tidak akan bisa berjalan selama seminggu ke depan.
 
Tiba-tiba Jaehwan tersenyum.
 
Para homin shipper itu tidak sepenuhnya salah karena Taekwoon memang tidak akan bisa berjalan selama seminggu ke depan, TAPI bukan karena Wonshik melainkan karena dirinya – Lee Jaehwan . Dan Jaehwan berjanji untuk membuktikan kepada siapa Taekwoon dimiliki.
 
Oh dan mungkin sepertinya kali ini Wonshik harus berhati-hati karena Jaehwan juga sudah menyiapkan kartu As untuk sang leader.
 
Ting Tong.
 
”Urngh…hWonshikkieg…pin..ahh~” gumam Taekwoon di sela-sela tindakan Wonshik menggigit lehernya.
 
Wonshik berdecak kesal karena kegiatannya diganggu. Dia kemudian merapikan pakaian mereka dan segera menuju ke pintu dorm mereka, bersumpah untuk membunuh siapapun yang menganggu dia saat melampiaskan hasratnya.
 
Oh, sebelum kalian semua bingung, mari kujelaskan sedikit. Wonshik dan Taekwoon tidak saling berhubungan, tidak, mereka masing-masing memiliki pasangan kekasih yang kita tahu sebagai Hongbin dan Jaehwan . Namun, sebagai seorang namja, terkadang mereka membutuhkan satu sama lain untuk melepas hasrat, kasarnya mereka tak lebih dari buddies. Terkejut? Jangan. Masih banyak rahasia yang tersembunyi di balik pintu dorm DB5K yang tidak diketahui.
 
”Puas bermain  bersama Minku-KU?” Sebuah suara yang familiar terdengar di telinga Wonshik. Meskipun memakai samaran, sebuah topi baseball dan kacamata hitam, Wonshik bisa mengenali bahwa yang berdiri di hadapannya sekarang adalah Jaehwan atau Lee Jaehwan .
 
”Puas kalau kau tidak menganggu,” jawab Wonshik dengan santai.
 
Sebuah seringaian terpasang di wajah Jaehwan . ”Good thing I’ve called Jae (Syukur aku sudah menelepon Jae)”
 
Mendengar nama Hongbin disebutkan oleh sang penyanyi senior, Wonshik membesarkan matanya karena kaget. ”Apa yang kau rencanakan?” tanya Wonshik.
 
Jaehwan mengangkat kedua bahunya dan menyelinap masuk ke dalam dorm. Matanya kemudian menangkap sosok Taekwoon yang sedang berdiri di dapur sembari mengambil air minum. Pandangannya menajam saat melihat kerah baju Taekwoon yang terbuka. Untung saja dia sudah memperingatkan Wonshik agar tidak memberi tanda pada sesuatu yang menjadi miliknya.
 
”HWonshikkieg siapa yang – Shichi?” Tidak perlu dijelaskan bahwa Taekwoon saat ini sangat terkejut seperti seorang anak kecil yang ketahuan mencuri. Yah, well, Taekwoon memang sudah mencuri dalam artian lain sebenarnya. Badannya bergetar saat melihat tatapan Jaehwan yang tajam ketika namja itu sudah melepas kacamata hitamnya. ”Ada apa kau ke sini?” tanya Taekwoon dengan takut-takut.
 
”Jadi aku tak boleh menemui namjachinguku, eh?” balas Jaehwan dengan tajam.
 
Gulp.
 
Taekwoon menelan ludah, tahu bahwa melawan Shichi saat ini bukanlah hal yang tepat. Namjachingunya itu tidak suka mendapat jawaban yang tidak sesuai harapan. Taekwoon tahu lebih baik untuk terdiam. Dia merasa Jaehwan menatapnya cukup lama, meskipun sebenarnya hanya 30 detik saja. Wonshik muncul di belakang Jaehwan tak lama kemudian. ”Kosongkan jadwal kalian, oh, aku lupa, jadwal kalian besok memang kosong,” ujar Jaehwan dengan candaan.
 
Wonshik ingin menanyakan dari mana Jaehwan tahu, tapi sepertinya namja itu mempunyai  caranya sendiri untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Wonshik rasa Jaehwan akan cocok menjadi seorang detektif terkenal jika saja namja itu tidak menjadi seorang penyanyi.
 
Tak banyak lagi berbasa-basi, Jaehwan segera menarik tangan Taekwoon membuat gelas yang dipegang sang magnae terjatuh ke atas lantai menimbulkan bunyi. Dia menatap Wonshik dengan tajam sesaat sebelum menyeringai, ”Aku harap kau akan baik-baik saja. Ciao.”
 
Blam.
 
Pintu dorm yang ditutup dengan kasar membuat Wonshik hanya bisa menghela nafas. Seharusnya dia mengabaikan ketukan pintu tadi dan melanjutkan kegiatannya dengan Taekwoon. Setidaknya dia dapat dipukul setelah memuaskan keduanya. Dia ingin kasihan terhadap Taekwoon mengingat kecemberuan Jaehwan biasa tidak akan memberikan hal yang baik, tetapi dia sendiri harus memikirkan masalahnya.
 
Ting. Tong.
 
Dan sepertinya masalahnya harus dia hadapi lebih cepat daripada yang dia pikirkan.
 
.
 
.
 
”Shichi aku –”
 
”Diam, aku tak mau mendengarkan apapun darimu sekarang,” sela Jaehwan dengan tegas. Pegangannya terhadap setir mobil begitu kencang sampai-sampai Taekwoon bisa melihat tangan Jaehwan memerah karenanya. Taekwoon hanya bisa berdoa semoga mereka bisa sampai ke mana pun yang akan mereka tuju dengan selamat karena cara menyetir Jaehwan seperti orang sedang kerasukan setan. Ya, setan yang bernama cemburu.
 
Tak berapa lama, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan dengan selamat. Taekwoon bersyukur kepada Buddha bahwa dia masih bisa hidup. ”Keluar,” perintah Jaehwan . Sang magnae mengangguk. Dia membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.
 
Taekwoon tahu bahwa Jaehwan tak akan bermain lembut dilihat dari bagaimana namjachingunya memperlakukannya sedari tadi. Biasanya, Jaehwan akan menanyakan apa saja kegiatan Taekwoon hari itu atau membuka pintu untuk Taekwoon seperti seorang gentleman. Taekwoon hanya bisa berharap bahwa dia mempunyai stamina yang cukup untuk melewati apapun yang akan diberikan Jaehwan untuknya.
 
Tangannya ditarik dengan kasar oleh Jaehwan ke dalam tempat yang Taekwoon ketahui sebagai salah satu apartemen Jaehwan yang tidak diketahui publik. Begitu masuk ke dalam, matanya tiba-tiba saja ditutup oleh Jaehwan menggunakan pita hitam. ”Shichi, apa –”
 
”Panggil aku master, Minku, dan kita akan memulai hukumanmu sekarang,” bisik Jaehwan di telinga Taekwoon.
 
Badan Taekwoon bergetar saat jari lentik Jaehwan menyentuh lehernya yang terekspos. Masih sedikit sensitif karena kegiatannya dengan Wonshik tadi. ”Ahh…” desah Taekwoon. Dua tangan yang menyentuhnya begitu berbeda. Tangan Jaehwan seolah membakar tubuhnya. Sebuah sentuhan yang membuatnya terbang.
 
”Apakah aku mengatakan kau boleh mengeluarkan suara, huh?” Suara Jaehwan begitu tegas dan penuh perintah membuat bulu roma Taekwoon berdiri.
 
Tak ingin membuat sang kekasih marah, Taekwoon segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. Jika Jaehwan ingin melakukan permainan mereka, maka Taekwoon tahu untuk menurut dan ikut serta. Taekwoon menggigit lidahnya saat tangan kanan Jaehwan memilin -nya yang tersembunyi di balik kemejanya. Satu tangannya menyentuh lehernya bersamaan dengan sesuatu yang hangat yang Taekwoon kenali sebagai lidah Jaehwan .
 
Ingin mengeluarkan suara, tapi tak bisa membuat Taekwoon menggigit bibir bawahnya semakin keras sehingga dia bisa merasakan asin tak berapa lama. Bibir bawahnya terluka karena digigit terlalu keras. Padahal mereka belum menuju pada inti permainan, tapi Taekwoon sudah tidak tahan. Badannya diputar dengan cepat sehingga sekarang keduanya saling berhadapan (Taekwoon tetap tak bisa melihat).
 
Lidah Jaehwan kemudian menjilati wajah Taekwoon, pipi, hidung, bagian bawah mata, semuanya, kecuali bibirnya. Di saat Taekwoon menjulurkan lidahnya karena ingin mencicipi kekasihnya, Jaehwan menarik dirinya membuat Taekwoon mengerang kesal. Jaehwan terkekeh. Dia kemudian berbisik di telinga Taekwoon. ”Slave yang nakal, merangkaklah.”
 
Dan merangkak yang dilakukan Taekwoon. Dia mengikuti ke mana tangan Jaehwan membawanya. Tangan Jaehwan yang menyentuh dagunya sembari membimbingnya untuk masuk ke dalam. Karena baru beberapa kali datang di tempat ini, Taekwoon kurang hafal dengan strutktur bangunan, beberapa kali lututnya menabrak lantai yang ternyata sedikit lebih tinggi.
 
Bagai sebuah peliharaan yang turut pada sang majikan, Taekwoon mengikuti ke manapun Jaehwan akan membawanya. Ketika indera penglihatannya diambil, maka inderanya yang lain bekerja lebih keras. Indera perasanya bergetar saat Jaehwan menyentuh tubuhnya perlahan dan mendudukkannya di atas pangkuan sang penyanyi senior. Hidungnya menangkap aroma Jaehwan yang maskulin dan memabukkan.
 
Kali ini Jaehwan tidak menghindari bibir Taekwoon dan menciumnya dengan kasar, tak lembut seperti biasanya. Lidahnya mendesak masuk dan Taekwoon membiarkan sang kekasih untuk mengeksplorasi mulutnya. Suara kancing yang terjatuh ke atas lantai terdengar ketika Jaehwan dengan kasarnya merobek kemeja Taekwoon.
 
Tangan Jaehwan mulai bergerak menjelajah setiap inci tubuh Taekwoon yang terpampang di hadapannya. Taekwoon ingin mendesah saat Jaehwan melakukan hal itu, tapi teringat akan perintah yang diberikan kepadanya, dia hanya bisa merintih sembari menggigit bibir bawahnya.
 
”Nggh,” rintih Taekwoon saat lidah Jaehwan kemudian menggigit -nya dengan keras.
 
Di saat gigi Jaehwan berada pada yang satu, tangannya memilin dan menarik-narik yang lain. Taekwoon kehilangan logikanya. Tubuhnya meminta lebih dan celananya terasa begitu sempit. ”Ini tidak bisa dikatakan hukuman jika kau menikmatinya, Taekwoon,” kekeh Jaehwan .
 
Deg.
 
Ketika Jaehwan memanggil dengan sebutan nama aslinya, maka Taekwoon tahu bahwa Jaehwan serius dalam permainan ini. ”No more vanilla ,” bisik Jaehwan .
 
Bug.
 
Detik berikutnya tubuh Taekwoon dijatuhkan ke bawah dengan kasar hingga bertemu dengan lantai. Ingin mengaduh kesakitan, tapi dia tak bisa memungkiri bahwa ini meningkatkan libidonya. Taekwoon merasakan ada sesuatu yang menyentuh dagunya dan dia kemudian mengetahui bahwa itu adalah kaki Jaehwan yang terarahkan padanya. ” it like a good you are (Jilat seperti pelacur yang baik).”
 
Jilat yang dilakukan oleh Taekwoon. Lidahnya terjulur keluar, tangannya menyentuh kaki Jaehwan bagai permen yang diberikan kepada anak kecil dan dia kemudian mencicipi setiap inci dari kaki kekasihnya. Tak ingin menyia-nyiakan sedikit pun. Taekwoon mengerang kecewa saat kaki Jaehwan ditarik kembali sementara sang pemilik kaki hanya terkekeh melihat tingkah kekasihnya.
 
Kakinya dengan lihai kemudian mendorong Taekwoon sedikit ke bawah sehingga punggung Taekwoon yang polos bertemu dengan lantai yang dingin, tapi Taekwoon tak merasakan kedinginan, sebaliknya suhu tubuhnya seakan terus meningkat. Jari-jari kaki Jaehwan menapaki dada dan perut Taekwoon, sesekali menjepit Taekwoon sembari meraba-raba dengan jarinya. Taekwoon hanya bisa mengerang dan mendesah tertahan.
 
”Ahhh~” Kali ini Taekwoon tak bisa menahan erangannya saat kaki Jaehwan menyentuh kejantanannya yang sudah membesar di balik celananya yang mulai terasa menyempit.
 
Jaehwan terkekeh dan segera menarik kakinya membuat Taekwoon merasa kehilangan akan sentuhan kekasihnya. ”Buka ikatan talinya.”
 
Perlahan kain hitam yang menutupi matanya terlepas, membuat dia mulai bisa melihat sosok yang ada di hadapannya. Matanya mengerjap beberapa kali sampai akhirnya dia mulai terbiasa di dalam cahaya. Pupilnya membesar saat melihat apa yang ada di hadapannya, lebih tepatnya apa yang ada di sekelilingnya.
 
Cermin.
 
Semua dinding yang berada di kamar itu dipenuhi dengan cermin dan bukan hanya itu, Taekwoon juga menyadari ada sebuah kamera yang terletak di ujung ruangan. Seketika mukanya memerah karena malu membayangkan seandainya di balik kamera itu ada seseorang yang melihatnya. Jaehwan yang tahu perubahan ekspresi Taekwoon hanya menyeringai.
 
”Karena aku tahu kau sangat menyukai dirimu sendiri, aku memasang cermin ini agar kau dapat melihatnya, bagaimana?”
 
Taekwoon hanya bisa mengangguk perlahan karena malu. Lagipula Jaehwan juga masih mengatakan bahwa dia tak boleh berbicara sedikit pun. ”Cukup lama sih memang, makanya aku baru bisa mengajakmu sekarang. Dan, oh, kau lihat kamera itu?” Taekwoon mengangguk ke arah kamera yang dia lihat tadi. ”Kamera itu terhubung pada komputerku dan juga beberapa temanku sehingga mereka bisa melihat apa yang sedang kita lakukan sekarang.”
 
Mata Taekwoon membesar karena kaget sementara Jaehwan hanya terkekeh seolah hal itu bukan masalah. ”Aku hanya ingin menunjukkan kepada mereka bahwa kau hanya milikku.” Jaehwan memegang dagu Taekwoon dan mencengkramnya, mencubitnya sedikit membuat Taekwoon merintih kesakitan. ”Karena kau sepertinya akhir-akhir ini tampak seperti attention , aku memutuskan untuk memberikan perhatian yang kau inginkan.”
 
Badan Taekwoon yang begitu ringan ditarik oleh Jaehwan sehingga keduanya sama-sama berdiri di depan salah satu cermin. Taekwoon melihat mukanya yang mulai memerah karena panas dan bagaimana tubuhnya sudah tampak beberapa tanda merah dari Jaehwan . Kembali tangan Jaehwan memegang dagu Taekwoon. ”Lihat, betapa kau menikmati ini Taekwoon dan aku akan memastikan kalau hukuman kali ini akan menyakitkan untukmu.” Lidah Jaehwan menjilati telinga Taekwoon membuat tubuh sang magnae bergetar.
 
Jaehwan tersenyum melihat bagaimana dirinya masih mempunyai efek terhadap Taekwoon. Kedua tangannya bermain-main dengan Taekwoon, memilinnya dengan keras. Lidahnya menjilati leher Taekwoon sementara Taekwoon yang kakinya sudah tak kuat meletakkan kepalanya di pundak Jaehwan , bersandar di sana untuk menopang dirinya. ”Mmm…”
 
”NGGHH!!” Jeritan kali ini disebabkan karena gigitan Jaehwan yang kasar pada lehernya. Dia dapat melihat ada sedikit cairan merah di lehernya melalui cermin yang ada di hadapannya. Jaehwan menghisap darahnya seperti seorang vampir dan Taekwoon tak bisa menutupi bahwa pemandangan itu terlihat sangat menggoda.
 
Dengan lihai, tangan kekasihnya sudah melepaskan celananya membuat dia sekarang polos karena pakaian dalamnya juga telah terlepas dari dalam tubuhnya. Berbeda dengan dirinya, Jaehwan masih memakai pakaiannya dengan lengkap dan dia merasa sedikit tidak adil. Oh, tapi akal sehatnya sudah tidak terlalu bekerja dengan baik.
 
Badannya dia gerak-gerakkan untuk mendapatkan friksi dari kejantanan kekasihnya yang dia rasa juga sudah mulai menegang. Sementara sang kekasih hanya menyeringai dan mulai bermain-main di bagian selangkangannya. ”ARGHHH!” Dia tak bisa menahan jeritannya saat Jaehwan memasukkan empat jari sekaligus ke dalam hole-nya yang sempit. Tanpa lubrikasi, Taekwoon bisa merasakan jari-jari Jaehwan yang sedikit kasar dan ini membuat ini terasa lebih sakit.
 
Plak.
 
Tangan yang satu digunakan Jaehwan untuk memukul pantat Taekwoon. ”Apakah aku menyuruhmu untuk berbicara, huh?” bisik Jaehwan . Taekwoon menggelengkan kepalanya sembari menahan jeritannya saat jari-jari Jaehwan mulai melakukan gerakan keluar masuk terhadap dinding rektumnya.
 
Panas.
 
Dia merasakan suhu tubuhnya seolah naik, terlepas bahwa ruangan itu ber-AC dan dia tak memakai sehelai benang pun.
 
Sakit.
 
Bagaikan terbelah dua saat keempat jari itu masuk dan mulai bergerak di dalam dirinya. Dia dapat merasakan bagaimana jari-jari itu bekerja dengan giat mencari titik prostat.
 
Ketika badannya melengkung karena nikmat, Jaehwan tahu bahwa dia telah menemukan titik prostat sang kekasih. Akan tetapi, dia sengaja menghindari titik tersebut dan menyentuh bagian lain menikmati bagaimana Taekwoon merasa kesal. ”Ini hanya sebagian dari hukumanmu, Taekwoon~” bisik Jaehwan sembari menggigit daun telinga Taekwoon. ”Dan aku harap kau bisa menahan kembali teriakanmu. Meskipun aku sangat menyukai suara tinggimu, tapi aku lebih menyukai saat kau menahan dirimu seperti sekarang,” lanjut Jaehwan dengan suara yang rendah.
 
Plak.
 
Jaehwan memukul pantat Taekwoon dengan tangannya yang masih di luar berkali-kali hingga pantat Taekwoon memerah. Di saat yang sama, dinding Taekwoon semakin menyempit membuat sang magnae dapat merasakan jari-jari Jaehwan lebih lagi. ”Nggh…” Jaehwan melakukan kegiatannya berkali-kali hingga dia merasa bahwa sebentar lagi Taekwoon akan keluar. Ketika itulah Jaehwan menghentikan gerakannya dan membiarkan Taekwoon kebingungan.
 
Karena masih tak boleh berbicara, Taekwoon memutar kepalanya sedikit dan menatap ke arah Jaehwan . Matanya memancarkan tanda tanya atas tindakan Jaehwan . Pelantun When I can’t Sing ini hanya menyengir dan kemudian berjalan kembali ke tempat tidur yang ada di ruangan itu. ”A..a…tidak tidak, sebagai slave, tempatmu adalah di bawah,” ujar Jaehwan saat Taekwoon hendak menghampirinya.
 
Sigh.
 
Taekwoon menghela nafas dan terduduk di atas lantai yang dingin dengan keadaannya yang cukup berantakan. Precum terus keluar, lantai dan suhu ruangan yang dingin, dan juga pantatnya yang teras sakit akibat pukulan dari Jaehwan . Tak lupa juga dengan dindingnya yang merasa kosong.
 
Mereka terdiam di tempat itu cukup lama membuat Taekwoon bingung dengan apa yang sebenarnya ingin dilakukan Jaehwan . Kekasihnya itu juga hanya membaringkan diri di ranjang sembari menutup matanya, namun Taekwoon tahu bahwa dia tak tertidur. ”Taekwoon, kemari.” Satu perintah tegas dari Jaehwan membuat Taekwoon merasa sedikit senang. Dengan ekspetasi dan gairah yang meningkat, Taekwoon bergegas menuju ke arah Jaehwan . ”Merangkak.” Dan merangkaklah yang dilakukan Taekwoon. Harga dirinya terasa dipermainkan, tetapi dia dan Jaehwan pernah melakukan permainan sejenis ini berkali-kali.
 
”Kau ingin keluar?” Untuk ini Taekwoon mengangguk dengan antusias. ”Apakah kau sangat ingin milikku memasukimu, membuatmu menjerit sampai kau kehabisan suara, membuat kau tak bisa memikirkan apapun selain kejantananku yang memasukimu?” Taekwoon mengangguk sekali lagi dengan semangat, dia berharap apa yang dia dengar akan dilakukan oleh Jaehwan sementara sang master hanya terkekeh. ”Tapi sayang, kalau itu yang kau inginkan, aku tak akan membiarkannya. Ini hukumanmu, ingat?”
 
Bibir Taekwoon dimajukan ke depan tanda bahwa dia cemberut dan Jaehwan hanya mengabaikannya. Dia kemudian membuka resleting celananya dan mengeluarkan kejantanannya yang menegang sembari mengocoknya. Taekwoon menjilati bibirnya saat melihat kejantanan Jaehwan . Lidahnya tak sabar untuk mencicipi milik sang kekasih, tetapi tanpa aba-aba, dia seperti seorang anak kecil yang hanya dapat melihat permen yang dia inginkan dari jauh.
 
”Ke sini Taekwoon, hisap,” tegur Jaehwan .
 
Tak ingin menghabiskan waktunya, Taekwoon segera merangkak menghampiri Jaehwan yang sudah terduduk di samping ranjang dengan kedua kakinya menyentuh lantai. Dalam sekejap, bibir Taekwoon melahap semua milik Jaehwan hingga tak bersisa. Dia merindukan rasa ini begitu lama. Apa yang dia lakukan dengan Wonshik tak lebih dari atau sekedar kissing saja karena ini perjanjian di antara mereka.
 
Pipi Taekwoon yang temben terlihat berisi oleh karena milik Jaehwan di dalamnya. Melihat hal ini, tak perlu waktu lama bagi Jaehwan untuk menegang sempurna dan menunggu untuk mencapai enya. Terlebih dengan lidah Taekwoon yang memang sudah lihai dan tahu setiap inci dari kejantanannya. Namun, dia tidak ingin keluar di dalam mulut Taekwoon. Wajah Taekwoon yang penuh dengan cairan spermanya dan bagaimana lidah Taekwoon akan terjulur ke luar untuk menelan sperma yang akan disemprotkan kepadanya terlihat lebih menggoda.
 
Maka itulah yang dilakukan Jaehwan . Dia mendorong wajah Taekwoon yang kemudian mengerang kecewa. Tangannya mengocok miliknya dan memberikan sedikit sentuhan terakhir.
 
Splurt.
 
Cairan sperma keluar membasahi wajah Taekwoon dan sebagian ke leher dan lantai. Lidah Taekwoon keluar menjilat beberapa sperma yang di sekitar mulutnya yang bisa diraih untuk mencicipi essence sang kekasih. ”Kau tahu? Aku sedang tak ingin berlaku kasar karena sepertinya kau sangat menyukai kekerasan. Begitu masokis seperti hWonshikkiegmu yang satu itu. Oh well, aku harap Wonshik dapat mengatasinya dengan baik.”
 
”Apa yang –”
 
Ucapan Taekwoon terhenti saat tangan Jaehwan terangkat dan dia tahu telah melanggar perintah sang kekasih. ”Sebenarnya aku sudah berbaik hati ingin membiarkan ujungku memasuki dirimu, namun karena kau melanggarku maka kuharap kau puas dengan jariku saja.”
 
Tak sempat untuk memprotes, Jaehwan sudah mendorong kembali tubuh Taekwoon hingga terbaring ke lantai. Sang penyanyi senior memasukkan kelima jarinya dalam bentuk kepalan hingga Taekwoon hampir menjerit jika tidak menggigit bibir bawahnya. Kelima jari tersebut keluar masuk dinding Taekwoon berkali-kali dan Taekwoon hanya bisa menggerakkan sedikit bagian bawahnya untuk meminta lebih dari tangan tersebut.
 
”Nggh…”
 
Jaehwan tak mempedulikan bagaimana Taekwoon melihatnya dengan tatapan memelas, meminta untuk dimasuki. Seharusnya Taekwoon sudah bersyukur bahwa Jaehwan masih mengizinkannya untuk melakukan e. ”Hukumanmu bukan hanya ini, tetapi kurasa sudah cukup,” bisik Jaehwan . ”Untuk saat ini, kita punya banyak waktu juga.”
 
Akhirnya Jaehwan mempercepat gerakannya dan menumbuk titik prostat Taekwoon membuat sang magnae tak bisa berpikir jernih selain merasakan kenikmatan. Tak berapa lama, cairannya keluar dan membasahi perut serta sedikit mengenai baju Jaehwan .
 
”Padahal ini kaos favoritku, ah tapi biarlah, kuharap kau mengerti Taekwoon. Dan ini belum selesai.”
 
Taekwoon hanya bisa pasrah saat Jaehwan mengangkat badannya ke atas ranjang dan membaringkannya. Kalau Jaehwan mengizinkannya istirahat sekarang, maka namja itu serius dengan ucapannya bahwa ini bukanlah akhir dan masih akan banyak lagi yang menanti dirinya. Oh, tetapi biarlah, toh dia sekarang lebih membutuhkan istirahat untuk menyimpan tenaga melayani keganasan Jaehwan .
 
.
 
.
 
”Kau mau tahu kenapa aku melakukan ini, huh? Serius? Kau tidak mau melihat dirimu sendiri?” Wonshik berteriak dalam amarah. Dirinya berdiri dengan menghadap sosok seorang namja cantik yang kita kenal dengan nama Kim Hongbin .
 
Kim Hongbin atau yang akrab dipanggil Jae oleh Wonshik sedang duduk di atas sofa dengan mata menghadap ke lantai. ”Wonshikkie, mereka –”
 
”Jangan panggil aku seperti itu. Kau kira aku tidak meledak saat melihat tweet-mu dengan dirinya? Siapa namanya? Jin Yi Han? Jun Yu Han? Jun argh..sudahlah, pokoknya namja yang memanggilmu Joongie dan terlihat akrab denganmu itu? Oh salah, bukan terlihat, tetapi memang akrab.”
 
”Wonshikkie!” sela Hongbin yang sudah sedikit berani untuk menatap ke arah Wonshik.
 
”Kenapa? Aku benar bukan? Kau mengatakan aku tak boleh menyentuh Taekwoon hanya karena apa? Kau tak terima kalau kita hanya menggunakan satu sama lain sebagai pemuas nafsu? Taekwoon tak mencintaiku dan juga aku tak mencintainya!”
 
”Kalau begitu kenapa kau melakukannya?! Kalian berciuman?!”
 
”Dan kau tidak dengan Yi Han itu? Bagaimana dengan saat kau mencium para lawan mainmu di dalam serimu?”
 
Kali ini Hongbin terdiam. ”Mereka hanya lawan main dan aku tak pernah berciuman dengan Yi Han! Kami hanya teman, tak lebih!”
 
”Oh, dan aku tidak berteman dengan Taekwoon? Dan aku tak boleh menganggap dia sebagai lawan mainku di dalam seri? Kau boleh membenarkan perbuatanmu sedangkan aku tidak?” tanya Wonshik dengan sarkasme. Kedua tangannya tersilang di depan dadanya dan matanya memincing tajam ke arah Hongbin .
 
”Lantas bagaimana dengan BoA-noona? Kau pikir aku tak kesal saat kau melakukan tarian yang begitu intim dengannya?”
 
Suara tawa renyah khas Wonshik terdengar memenuhi ruangan. ”Kesal? Kau tak mengerti arti kesal sesungguhnya Hongbin . Kau tak tahu bagaimana rasanya punya seorang kekasih yang suka membakar api cemburu, huh?”
 
Hongbin geram. Dia mengepal tangannya dan berdiri, hendak menampar Wonshik, namun ditahan oleh sang leader. ”Jika kau ingin tahu kenapa semua ini dimulai, kenapa tak kau tanyakan dirimu sendiri, Kim Hongbin -shi? Kita berjanji akan terus menjalin hubungan ini meskipun tak bersama dalam satu asrama, tapi apa?!”
 
”Aku –”
 
”Kau yang memulai semuanya. Jika bukan karena kau tidur dengan Yoochun sampai Junsu harus meneleponku dengan penuh tangisan, maka kita tak akan pernah mengalami hal ini.”
 
Hening.
 
Hongbin kemudian teringat kejadian tahun lalu ketika dia melakukan kesalahan konyol dengan tidur bersama dengan sahabatnya. Semuanya hanya bermula karena Hongbin merasa lelah dengan hubungan yang jauh dengan Wonshik dan gosip Wonshik dengan yeojya lain. Yoochun lah yang selalu bersamanya dan menenangkan bahwa Wonshik akan tetap mencintainya. Keberadaan Yoochun semakin besar di hatinya seiring frekuensi waktu mereka bertemu.
 
Kemudian kejadian itu terjadi. Entah siapa yang memulai tak ada yang tahu. Hongbin hanya bisa mengingat dia melihat dirinya dan Yoochun polos tak memakai apapun dan terdapat bau di dalam ruangan. Ditambah lagi mata Junsu yang memerah saat menatap mereka di depan kamarnya. Semuanya itu cukup jelas bahwa dia melewati batasan dengan sahabatnya.
 
Wonshik yang mengetahui hal itu mendiamkan Hongbin dan kemudian perjanjian dengan Jaehwan dibuat. Hongbin tak mengerti bagaimana Jaehwan melakukannya, tetapi terkadang dia kagum dengan ketabahan penyanyi senior itu. Bagaimana dia merelakan Wonshik dan Taekwoon saling berhubungan dan bagaimana dia begitu memercayai Taekwoon tak akan melanggar perintahnya.
 
Blam.
 
Pintu kamar yang tertutup keras membuat Hongbin tersadar dalam lamunannya. Matanya menatap sendu ke arah kamar yang dulu menjadi kamarnya dan Wonshik. Sekarang dia hanya sendirian di ruang tamu. Semenjak hal itu juga, hubungan dia dengan kedua member-nya juga tidak terlalu baik. Mereka terlihat sibuk dengan kegiatan solo mereka masing-masing.
 
Semua ini kesalahannya. Jika saja dia bersabar, jika saja dia memiliki kepercayaan seperti yang dia minta dari para cassiopeia mungkin hubungan ini tidak akan serumit sekarang. Oh, jika saja dia bisa.
 
Pertanyaannya sekarang adalah apakah yang dapat Hongbin lakukan untuk menebus kesalahannya?
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annah_13 #1
Chapter 12: