Alone

Wild Imagination by doubleAA10
'anghhh!'
'ah!'
Cuaca sedang cerah di luar sana. Tapi cuaca cerah di luar sana berbanding terbalik dengan raut namja manis yang kini tengah mendekam di sudut sofa panjang di depan sebuah televisi yang menampilkan adegan dewasa ―antara namja dengan namja― yang tidak patut dilihat oleh anak di bawah umur. Tapi tenang saja, namja manis ini sudah jauh di atas dari kata di bawah umur.
Wajahnya memerah seperti menahan sesuatu. Terlihat peluh menghiasi wajah manisnya. Kelopak matanya terpejam menyembunyikan iris indahnya. Mulutnya yang manis, kini hanya mampu mengeluarkan erangan ataupun desahan yang berlomba-lomba untuk keluar. Tubuhnya yang bersender di sandaran sofa, terkadang menegang. Tak jarang tubuh lenturnya itu melengkung bak busur panah.
'ahh. ahh. AHH. AHH! !' tak jarang umpatan melompat keluar dari mulutnya. Sedangkan di bawah sana, kakinya terbuka lebar dengan celana jeans beserta dalaman yang terbengkalai di ujung kedua kaki. kulit mulus kaki namja tersebut terpampang dengan indahnya. Jika kita telusuri dari bawah ke atas, kaki jenjang tersebut begitu putih tanpa cacat sedikitpun. Jika ke atas sedikit, maka kau akan menemukan nya yang―oh! Salah satu tangannya sedang memanjakan itu. Pantas saja jika namja manis itu―Taekwoon, Lee Hyukjae― sibuk mendesah.
nya yang bisa dibilang menggiurkan itu, kini sedang berada dalam kondisi tegang. precum menghiasi di ujung sana. Tangannya yang menari dari atas ke bawah, tergerak secara konstan. Tak jarang ibu jarinya mengusap kepala nya demi menambah friksi nikmat yang dia rasakan. Lebih kasar lagi saat dia mencoba menggoda lubang di ujubg di nya itu.
"ashh, Jaehwan... ahh, nghh..." desahan itu semakin intens. Kepalanya terlempar ke sandaran sofa. Matanya menutup menahan friksi nikmat yang melanda. Kedua kakinya bagaikan kutub magnet yang sejenis, saling menjauh. Salah satu tangannya sibuk memberikan rangsangan lain terhadap -nya. Oh, asal tahu saja, bajunya sudah tergeletak di atas meja yang ada didepannya.
Lengkap sekali. nya dan -nya dimanjakan secara bersamaan dengan kedua tangannya. Sekarang, gambar yang terpampang di layar datar itu hanyalah seonggok benda yang tak terhiraukan. Tapi suara desahan yang berasal dari benda itu, semakin membangkitkan gairah si namja manis.
Taekwoon, walaupun sudah merangsang nya sejak 45 menit yang lalu, dia tak kunjung juga mencapai puncaknya, justru semakin merasa sakit pada nya. Meskipun sudah membayangkan wajah Jaehwan ―kekasihnya―, tetap saja nya bertahan untuk tidak mengeluarkan sarinya. Merasa frustasi, tangannya yang semula memainkan nya, berpindah meraba-raba sesuatu yang berada di bawah meja. membuat dirinya membungkukkan tubuhnya. Sembari mencari sesuatu di bawah sana, kepalanya ia tidurkan di atas meja kaca, dengan tangannya yang lain masih mempermainkan nya. Friksi yang masih dia terima tak ayal membuat desahan kecil keluar dari mulut nakalnya.
'Hhh..' Desahan kecil itu masih mengalun dengan indahnya.
Dua benda berbeda jenis, Taekwoon keluarkan dari bawah meja sana dan meletakkannya di atas meja. Lube dan yang mungkin panjangnya 8 inch. Telapak tangannya yang semula bermain dengan nya, kini harus dia relakan untuk berpisah sejenak. Menuangkan cairan dari botol berukuran sedang itu ke telapak tangannya. Meratakan cairan itu dan mengarahkan telapak tangan itu ke anusnya saat kedua kakinya sudah tertekuk di atas sofa, terbuka lebar menampilkan yang sedang kelaparan.
"Mmhhh…" rasa dingin menggelitik ulu hatinya saat itu menerima impuls. Jari-jarinya menggelitik kerutan yang berkeliling itu. Mencari jalan untuk mendapatkan rasa nikmat yang akan menggelitik dirinya.
Dirinya sedikit merasa sakit saat satu jarinya berhasil memasuki lubang sempit itu. Rasa panas sedikit membakar bagian bawah tubuhnya. Tapi dia mencoba menahan itu. Kepalanya terlempar ke sandaran sofa. Matanya menggelap saat merasakan bagaimana lubang miliknya berkontraksi akibat keberadaan jarinya di dalam sana.
"Anghh.." Merasa tidak puas, Taekwoon kembali memasukkan jari kedua. Kini jari telunjuk serta jari tengahnya berada di dalam sana. matanya semakin menggelap, merasakan bagaimana anusnya dipaksa membuka semakin lebar akibat ulah jarinya sendiri. Walaupu ringisan terlukis di wajah manisnya, Taekwoon berusaha menggerakkan kedua jarinya di bawah sana. Mencoba merenggangkan anusnya sendiri. Dan tangannya yang menganggur, kembali memainkan nya dengan perlahan.
"A-ahh!" jemari itu bergerak kian dalam. Berkali-kali jarinya menghentak bagian terdalam yang dicapainya.
 
"D-Jaehwan, a-ahh!" mulut manisnya itu menyebut nama kekasihnya saat dia merasa penuh di bawah sana. tiga jarinya kini berulang kali mengoyak anusnya.
 
"Hhh-" Taekwoon merasa kosong saat dia menarik paksa ketiga jarinya. Mengambil yang tergeletak dengan indahnya di meja. Mengarahkannya ke anusnya sendiri. Perlahan memasukkan itu ke anusnya.
 
Sedikit perih saat benda yang lebih besar dari pada jarinya tadi memaksa masuk. Meskipun merasakan sakit, tapi Taekwoon tetap memaksa benda keras itu masuk ke anusnya.
 
"O-ohh! Ngghh! Hah, hah, mhhh…" Taekwoon melampiaskan rasa sakit sekaligus nikmat itu dengan menjerit saat itu sudah menyentuh titik terdalamnya. Anusnya terasa sangat penuh. Lebih sesak dibanding saat ketiga jarinya tadi menjelajahi lubang hangat itu.
 
di dalam dirinya itu, semakin membakar tubuh Taekwoon hingga ke kepalanya. Rasanya seperti kepalanya berputar saat benda buatan itu berkali-kali menumbuk prostatnya. Tangannya di bawah sana menggerakkan itu dengan cepat. Sedangkan tak lupa nya juga dimainkan dengan tempo yang sama.
 
Desahan bahkan jeritan tak hentinya melantun dari bibir seksi itu. Matanya terpejam erat. Nafasnya memburu. Wajahnya semakin memerah. Tak jarang pula jika bibirnya itu ia gigit untuk menahan desahan yang tak pernah mau berhenti.
 
Tangannya di bawah sana melupakan nya. Kini tangan yang semula bermain dengan miliknya, beralih memeluk salah satu pahanya agar semakin menekuk ke arah tubuhnya. Sementara itu, tangannya yang lain semakin brutal menggerakkan di dalam anusnya. Menghentak keras, mengoyak anusnya sendiri dengan cepat. pinggulnya terangkat saat itu kembali mengenai suatu spot di dalam sana.
 
"ahh! A-ahh! Jaehwan~hh! Hae… Do-Jaehwanhhhh!" pinggulnya terangkat. Tubuhnya melengkung bagaikan busur panah. Jari-jari kakinya menekuk menahan friksi yang di terima. Matanya terpejam erat. Nafasnya tertahan. Dan mulut itu menjeritkan nama Jaehwan saat dirinya mencapai titik puncaknya. Sari-sari putih keluar dari ujung nya. Membasahi perutnya dan sofa.
 
"hah! Hah! Hah!" namja manis ini berusaha menormalkan nafasnya pasca mencapai puncaknya. Tangannya terkapar tak berdaya. Begitu juga dengan kedua kakinya yang terjatuh ke bawah, dengan posisi terbuka lebar. Tak peduli jika yang tadinya bersarang di anusnya kini sudah terjatuh di lantai. Tak peduli jika sebuah lubang d bawah sana kini sedang membuka-menutup pasca nya mengeluarkan sperma.
 
"sangat melelahkan. Bahkan aku berharap jika aku klimaks karena permainan Lee Jaehwan. Bahkan dalam fantasiku dia sangat menggairahkan. ! Aku menginginkannya saat ini!" matanya terpejam. Dan dirinya sangat berantakkan. Dalam keadaan seperti ini saja dia sangat fasih mengumpat. Dan Lee Jaehwan-lah yang menyebabkannya mengumpat. Serta Lee Jaehwan-lah yang menjadi objeknya dalam bermain solo saat ini.
 
Tidak. Dia tidak peduli dengan apapun sekarang. Karena yang di pikirannya saat ini adalah, dirinya sendiri dan Lee Jaehwan. Dia tidak peduli, bahkan dengan kekasihnya yang masih lengkap memakai kemeja serta celana bahan yang kini berada dibelakang dirinya sejak tadi. Melihatnya bermain dengan . Mendengar apa yang Taekwoon katakan.
 
"puas dengan menjadikan ku objek bermainmu, Lee Hyukjae? Apakah anusmu sudah puas dengan benda sialan itu? atau kau masih menginginkan ku seperti ucapanmu tadi?" namja tampan bertubuh tegap ini menanyai Taekwoon dengan nada dingin yang tidak bersahabat.
Sedangkan orang yang bersangkutan di depan sana menegakkan tubuhnya dan menoleh ke sumber suara –di belakannya—. Terkejut? Tentu saja.
"Lee Jaehwan." Sahutnya lirih. Entah apa yang terjadi, sangat berbeda dengan saat dia berucap sebelumnya.
"apa benda itu lebih nikmat dari pada milikku, hmm?" tanya Jaehwan saat dia berada di belakang Taekwoon. Bertanya tepat disamping telinga Taekwoon dengan sedikit merendahkan tubuhnya. sementara Taekwoon yang merasakan geli di daerah sensitifnya hanya bisa merespon dengan lenguhan samar. Di tambah lagi dengan Jaehwan yang masih tetap berada di posisinya, mulai menjalarkan tangannya meraba dada serta perut Taekwoon. Meratakan spermanya dengan gerakkan yang menggoda.
"jawab aku, sayang." Oh tidak. Nada dingin itu membuat eunhyk merinding. Apa lagi lidah Jaehwan yang juga ikut menjilati lehernya, serta bibir itu yang mengecupi leher serta belakang telinganya. Sensitive. Taekwoon hanya mampu mendesah samar. Menikmati perlakuan Jaehwan terhadap tubuhnya. Dan Taekwoon hanya diam menanggapi pertanyan Jaehwan.
 
"sepertinya aku akan menghukummu, sayang." Dan sebuah kecupan hangat mendarat di pipi halus Lee Hyukjae.
 
Taekwoon menoleh saat merasakan kecupan itu. matanya beradu dengan mata teduh seorang Lee Jaehwan. Dirinya tersenyum menantang saat melihat senyum miring Jaehwan.
 
"Sure. Cause I'm yours"
 
"Good Boy”
 
 
====
 
 
"jadi, hukuman apa yang cocok untukmu?" Dengan tubuh yang sedikit merendah, lengannya yang melingkari leher Taekwoon, Jaehwan menatap lurus ke depan sambil memasang tampang berpikir. Sedangkan Taekwoon menatap Jaehwan dengan tenang. Tidak tenang sebenarnya. Salah satu tangannya meraba lengan Jaehwan, sedangkan tangan satunya memainkan nya. Demi Tuhan, Taekwoon!
 
"berhenti bermain dengan itu, Hyuk." Jaehwan yang menyadari kelakuan Taekwoon, menatap kekasihnya itu dingin. Sedangkan yang ditatap, mencebikkan bibirnya dengan jengkel.
 
"kenapa? Aku hanya memainkan -ku. bukan orang lain." Dengan ringannya kata-kata itu keluar. Mengundang reaksi jengkel pula dari Jaehwan.
 
"aku sudah menetapkan hukuman untukmu." Jaehwan menegakkan tubuhnya. Melipat kedua lengan itu depan tubuhnya. tersenyum manis kepada Taekwoon yang tengah mendongakkan kepalanya hingga berbenturan dengan sandaran sofa. Menatap Jaehwan dengan senyum terbaiknya. Ralat, senyum seksi terbaiknya.
 
"apa? Kau akan menghajarku dengan kasar? Atau aku akan dijadikan tahanan kamar lagi? Dengan senang hati, jika seperti itu."
 
"sayang sekali, tebakkanmu hampir benar. Tapi maaf, sayang." Taekwoon menautkan kedua alisnya dan tanpa sadar bibirnya sedikit terbuka. Diam. Menandakan dirinya sedang ragu.
 
'benarkah ini Jaehwan? Bukankah biasanya dia akan langsung menghajarku di ranjang?' Jaehwan hanya tersenyum manis –sangat manis– dengan wajah seperti anak kecil. Menjatuhkan kedua tangannya pada sandaran sofa untuk menahan bagian atas tubuhnya, sehingga menempatkan kepala Taekwoon yang menghadapnya, di antara kedua tangan Jaehwan itu. sebenarnya Taekwoon sedikit terpesona dengan kekasihnya ini. Karena Jaehwan yang menyangga tubuhnya itu, kini sedang menunduk, balas menatapnya. Dengan mata teduhnya, senyum menawannya, dan helaian rambut yang terjatuh ke arah gravitasi. Sungguh, Taekwoon semakin tidak bisa berkata apa-apa.
 
"berhenti membuka mulutmu itu. Aku ingin kau berbelanja sebentar. Karena sepertinya persediaan makanan mu di kulkas sudah habis." Kata-kata itu terlontar setelah Jaehwan mengecup bibir Taekwoon sekilas. Tidak, tidak ada ciuman panas seperti di ranjang. Taekwoon hanya bisa mengerjapkan matanya yang membulat. Sedikit memerah akibat tingkah Jaehwan.
 
"berhenti memasang wajah seperti itu. karena aku akan langsung memakanmu jika kau tetap memasang wajah itu."
 
"bahkan aku sangat senang jika kau akan langsung memakan ku."
 
"berhenti. Sekarang pergilah membeli beberapa bahan makanan. Karena itu hukumanmu."
 
"hanya itu? kenapa? Kau ingin aku memasak? Bahkan ini masih jauh dari jam makan malam."
 
"sudah, lakukan saja hukumanmu, sayang."
"baiklah. Hanya berbelanja saja, bukan? Aku bersyukur. Karena hari ini anusku tidak akan sakit akibat mu." Frontal sekali.
"oh! tunggu di sini sebentar, ok?" Jaehwan beranjak dari tempatnya. Menuju sebuah paper bag berukuran cukup besar yang tergeletak di lantai tempat dia berdiri saat melihat permainan Taekwoon. Sedangkan Taekwoon duduk manis di tempatnya. Melihat Jaehwan yang mengambil sesuatu.
'ini moment yang cocok. Jika bukan karena benda ini, sudah kupastikan kau mendesah di bawahku sekarang.' Jaehwan menyeringai saat menatap paper bag itu sudah ada di tangannya. Membayangkan Taekwoon—
 
"bisakah kau percepat pekerjaanmu? Kurasa jika kau tetap berdiri di sana sambil memandangi paper bag bodoh itu, aku akan terkena flu karena tidak memakai baju."
 
"mulutmu cerewet sekali, sayang." Suara Taekwoon menginstrupsinya dari lamunannya. Dengan paper bag di tangannya, Jaehwan berjalan menuju sofa. Menempatkan dirinya duduk disamping Taekwoon.
 
"apa ini?" Taekwoon bertanya bingung saat Jaehwan menyodorkan paper bag itu.
 
"huh?!" Taekwoon memandang potongan gaun berwarna soft pink-putih menyerupai potongan baju anak-anak –ditambah pemasangan kerut dan renda putih secara berlebihan– yang baru dikeluarkannya dari paper bag itu. menatap Jaehwan meminta penjelasan.
 
"kau akan memakai itu saat pergi belanja. Oh iya, dan masih ada barang lain di dalam sana." Jaehwan mengutarakan maksudnya saat melihat Taekwoon yang meminta penjelasan. Sedangkan orang disampingnya tersedak liurnya saat melihat ke arah dalam paper bag. Dia memakai pakaian ini? dan– hell!
 
Taekwoon kembali mengintip apa yang ada di dalam paper bag itu. kepalanya pening seketika.
 
Keo
 
"sayang, cepatlah. Sudah hampir 20 menit kau di dalam." Jaehwan kini sedang menunggu Taekwoon di depan pintu kamar yang kita ketahui milik Taekwoon.
 
"kenapa lama sekali?" Jaehwan tersenyum cerah saat melihat Taekwoon keluar dari kamarnya. Mukanya yang sedikit masam tidak di perdulikan oleh Jaehwan.
 
"kau cantik. Kenapa tadi menolak, huh?" Jaehwan memuji Taekwoon dengan mengusap gemas rambut Taekwoon. Ah, lebih tepatnya wig yang terpasang di kepala Taekwoon.
 
"kau bilang kenapa?! Lihatlah aku!" Taekwoon berkata sebal. Sedangkan Jaehwan melihat Taekwoon dari bawah ke atas.
 
Flat shoes berwarna soft pink melekat dengan indahnya di kaki Taekwoon. Di sertai dengan kaus kaki putih yang panjangnya sekitar satu jengkal di bawah lulut Taekwoon. Semakin ke atas, sebuah busana tipe sweet Lolita berwarna soft pink yang panjangnya di bawah lutut melekat dengan indahnya di tubuh ramping itu. semakin ke atas lagi, sebuah wig bergelombang berwarna coklat tua terpasang rapi di kepala Taekwoon.
 
"kau cantik. Bahkan lebih cantik dari perkiraan ku. dan aku tidak salah memilih baju. Ahh, kau sangat cantik. Lihat, pinggangmu terlihat kecil, dan rambut panjangmu yang sampai di atas dadamu– oh, tidak lupa poni yang hampir menutupi mata itu sungguh menambah kecantikanmu, sayang. Oh! Kau memakai make up?" mata Jaehwan memicing, memperhatikan wajah Taekwoon yang memang memakai make up tipis. Terlihat natural. Jaehwan tersenyum mengejek saat melihat Taekwoon memerah. Dia terlihat malu.
 
"tadi kau berkata jika kau tidak mau memakainya. Tapi apa ini? kau justru memakai make up juga. Huh? Kau ingin menggodaku?"
 
"aku memakainya karena akan memalukan jika seseorang mengenaliku. Dan! Aku memakai milik noona ku. aku tidak memiliki make up, okay?" uhh, alibi yang bagus. Tapi asal tahu saja, jika Taekwoon sedang bersusah payah menyembunyikan kebohongannya tentang alasan kenapa dia memakai make up. Sebenarnya dia memang sengaja memakai agar terlihat manis di depan Jaehwan. Tunggu! Apa kata Jaehwan tadi? menggodanya? Kenapa ekspetasinya berbanding terbalik dengan Taekwoon? Mesum. *uhuk*
 
"baiklah, selamat berbelanja, sayang. Hati-hati di jalan." Jaehwan memutuskan untuk berhenti berdebat dengan Taekwoon. Taekwoon yang melihat senyum menyebalkan milik Lee Jaehwan langsung meninggalkan Jaehwan sendiri di depan pintu kamarnya.
 
"Hyuk, kau melupakan uangnya." Baru beberapa langkah Taekwoon meninggalkan Jaehwan, dia berbalik lagi berjalan menuju Jaehwan dengan muka masam. Mengambil tas slempang putih bertali kecil yang Jaehwan ambil dari dalam kamar. tas perempuan. Err
 
"kau melupakan sesuatu lagi." Baru beberapa langkah Taekwoon meninggalkan Jaehwan, Jaehwan memanggilnya kembali. Dengan muka yang semakin ditekuk, Taekwoon berbalik.
 
"apa?!" Taekwoon bertanya dengan ketus. Sedangkan Jaehwan tidak menjawab, hanya menunjuk bibirnya.
 
"aish!" Taekwoon mendekat ke arah Jaehwan. Mencium bibir Jaehwan sebentar kemudian berjalan berbalik.
 
"ah! Sekarang aku yang lupa!" teriakan heboh Jaehwan menghentikan kembali langkah Taekwoon. Kini Taekwoon hanya berhenti, enggan untuk berbalik. Dirinya berkacak pinggang menunggu Jaehwan mengatakan sesuatu.
 
"Ya!" Taekwoon menjerit ketika dengan santainya Jaehwan menaikkan bagian belakang pakaiannya. Refleks Taekwoon berbalik dan memegangi bagian bawah gaunnya. Seperti perempuan -_-
 
"kau kenapa? Seperti perempuan saja."
 
"kau gila?!"
 
"tidak. Dan, kenapa kau memakai celana dalam? Lepaskan itu." Jaehwan memerintah dengan seenak jidatnya. Membuat Taekwoon yang ada di depannya menggeplak kepala Jaehwan keras.
 
"sakit!"
 
"kau masih sadar ternyata. Apa kau gila? Menyuruhku melepas celana dalam? Jaehwan! Aku akan keluar! Dan kau mau aku melepas celana dalam? Kau bodoh atau apa? Aish!"
 
"ini salah satu dari hukumannya. Lagipula gaunnya cukup panjang. Jadi tidak masalah menurutku."
 
"jika bukan karena hukuman bodohmu, aku tidak akan melakukannya."
 
"dan jika bukan karena permainan solomu, akan juga tidak akan menghukummu." Taekwoon menggerutu dalam hati. Seharusnya dia tadi bermain saja di kamar. mengunci pintunya, dan Jaehwan tidak akan mengetahuinya. Dengan berat hati, Taekwoon melepaskan celana dalamnya. Melemparnya asal ke belakang Jaehwan.
 
"sudah?" Taekwoon bertanya dengan nada yang sangat ketus.
 
"apa setelah memakai baju ini kau benar-benar menjadi seorang perempuan?" Jaehwan berkata dengan asal. Kemudian Jaehwan berjongkok di bawah Taekwoon. Mengangkat gaun itu ke atas. Terlihat Taekwoon yang masih terdapat noda sperma akibat permainan solonya tadi.
 
"ok. Good boy." Taekwoon ingin sekali memukul kepala Jaehwan saat ini. berbagai sumpah serapah terucap dalam hatinya.
 
"baiklah, aku pergi." Sebenarnya terselip nada dingin pada kata-kata Taekwoon. Dengan langkah berat dia melangkahkan kakinya. Sedangkan Jaehwan menatap kepergian Taekwoon dengan senyum yang tidak jelas.
 
"kau memang sangat cantik memakai baju itu. ahh, tapi kau lebih seksi jika tidak memakai baju sama sekali." Jaehwan berdecak kagum saat Taekwoon berpakaian Lolita seperti tadi. Tapi tiba-tiba, gambaran Taekwoon yang bermain solo tadi muncul di kepala Jaehwan.
 
"ah sial! aku semakin tegang!"
 
Keo
 
"rambut palsu in membuatku gerah. Dan lagi, ku tegang karena tergesek baju ini! Jaehwan tega sekali! Jika aku harus memakainya di rumah, itu tidak masalah. Tapi jika memakainya di luar seperti ini? Demi Tuhan! Aku sangat malu!" Taekwoon tidak henti-hentinya menggerutu. Sampai sekarang pun, dia masih kesal. Padahal dia sudah selesai belanja. Dua buah kantung plastik besar berada di tangan kanan-kirinya. Dia sedang menuju ke toilet umum yang tak jauh dari dia berada. Sangat tidak nyaman berada di tengah keramaian seperti ini. Taekwoon merasa was-was jika ada orang yang mengenalnya. Dia bukan artis. Dia tahu itu. tapi siapa yang tahu jika tiba-tiba ada orang yang mengenalinya.
 
Masih dengan mulut yang menggerutu pelan, Taekwoon melangkan kakinya ke arah toilet pria. Taekwoon merasa risih saat orang-orang di sekitarnya melihatnya. Samar-samar Taekwoon mendengar 'apa perempuan ini mesum?' 'kenapa perempuan hendak masuk ke toilet pria?'.
 
'bodoh! Kau ini perempuan Jung Leo! Ah! Maksudku kau ini sedang menjadi perempuan Jung Leo!' Taekwoon merutuki kebodohannya. Dengan muka yang seakan ingin ditelan bumi, Taekwoon berbalik menuju toilet perempuan. Berjalan cepat masuk ke salah satu bilik dan mendudukkan dirinya di closet.
 
"bodoh. Kenapa kau bodoh, huh? Sekarang aku seperti seorang penjahat yang masuk ke toilet perempuan untuk perbuatan cabul."
 
Taekwoon mengatur napasnya karena kesal. Tangannya mengangkat rok gaun itu untuk menengok keadaan nya.
 
Taekwoon meringis saat mendapati nya sudah tegang.
 
'padahal hanya terkena kainnya. Bagaimana jika terkena tangan Jaehwan?' Taekwoon menggelengkan kepalanya cepat-cepat. tidak, dia tidak boleh memikirkan Jaehwan. Atau nya akan semakin tegang, dan dia akan bermain sendiri lagi, dan Jaehwan mengetahuinya, dan dia akan mendapat hukuman seperti ini lagi. Demi apapun, Taekwoon lebih memilih dihukum di ranjang oleh Jaehwan.
 
Eunhuk memilih membiarkan nya. Daripada dia mendapat hukuman lagi dari Jaehwan.
 
Keo
 
"kau sudah selesai?" itu suara Jaehwan. Dengan celana pendek dan kaos tipisnya, Jaehwan yang duduk di sofa yang tadi Taekwoon gunakan untuk bermain solo, menyambut kedatangan Taekwoon.
 
"hm." Taekwoon hanya menanggapi seadanya dan berjalan menuju dapur untuk meletakkan barang belanjaannya.
 
Setelah selesai, Taekwoon menuju counter dapur bermaksud untuk mengambil minum. Belum selesai Taekwoon meneguk minumannya, Jaehwan sudah meletakkan kembali gelasnnya.
 
"kau kenapa? Kau marah?" Jaehwan yang menyadari bahasa tubuh Taekwoon, membalik tubuh Taekwoon, menyudutkan tubuh itu ke counter dapur, dan bertanya dengan lembut. Sedikit merassa bersalah memang. Memaksa Taekwoon untuk crossdressing di depan publik. Padahal tadi Taekwoon sudah menolak.
 
"tidak. Sebenarnya aku merasa sedikit senang ." Taekwoon menundukkan wajahnya yang memerah karena berkata jujur.
 
"alasannya?"
 
"kau mengataan jika aku cantik memakai baju ini." uhhh, Taekwoon merasa pipinya memanas. Sebenarnya Taekwoon menahan sesuatu di bawah sana. posisi Jaehwan yang begitu intim membuat Taekwoon mati-matian menahan ereksinya. Belum lagi nafas hangat Jaehwan yang mengenai wajahnya. Matanya bergerak gelisah.
 
"kenapa kau gelisah sekali?"
 
"e-ehm, bisakah kau sedikit menjauh?" Taekwoon menjauhkan bagian atas tubuhnya. namun kesalahan besar, karena pangkal pahanya mengenai bagian tubuh Jaehwan.
 
"engh!" suara itu bersumber dari Taekwoon yang sedang menutup matanya rapat. Sedangkan Jaehwan refleks menjauhkan tubuhnya. mengamati tubuh Taekwoon dari atas hingga bawah. Seringaian kembali tercetak di wajah tampan itu.
 
Jaehwan menempatkan dirinya di bawah Taekwoon. Merasa de javu, Taekwoon menegakkan tubuhnya dan memegangi gaunnya. Dengan perlahan, Jaehwan menjauhkan tangan Taekwoon dari bagian bawah gaunnya.
 
"H-Hae!" Taekwoon berusaha menjauhkan Taekwoon saat Jaehwan menempatkan kepalanya di dalam gaun Taekwoon.
 
"diamlah, Hyuk. Ini juga hukuman." Taekwoon hanya diam. Dalam hati dia merasa senang karena dia tidak perlu bermain sendiri seperti beberapa waktu yang lalu. Tapi dia juga merasa malu. Lihatlah, Sweet Lolita yang didominasi warna putih-soft pink itu masih melekat di tubuhnya. dan rambut palsu itu juga masih bertengger manis di kepalanya.
 
"Ta-tapi Hae–" Taekwoon berusaha menjauhkan tubuh Jaehwan dari bagian bawah tubuhnya. tapi itu percuma. Karena Jaehwan menahan pinggangnya. Dan lagi Jaehwan mulai memasukkan Taekwoon yang tegang itu kedalam mulutnya. Memainkannya dengan lembut. Berimbas pada gerakan Taekwoon yang semakin melemah.
 
"Jaehwan! Hh.. ngh~" Taekwoon seperti di atas awan saat Jaehwan menambah tempo kulumannya. Di sisi lain, tangan Taekwoon mengangkat bagian depan gaun itu. memperlihatan Jaehwan yang sedang mengulum tegangnya. Kedua kakinya sedikit melebar. Tangan yang lainnya menahan berat tubuhnya di counter dapur.
 
"No! Nghh! No Jaehwan! Jangan di sana–hh!" Taekwoon mengangkat yang di pegangnya tadi semakin tinggi. Menggigit ujung gaun itu saat di rasa dua jari Jaehwan memaksa masuk ke anusnya.
 
Jaehwan menatap kelakuan Taekwoon. 'dia seperti gadis yang sedang di perkosa oleh laki-laki mesum.' Setidaknya itu suara inner Jaehwan saat melihat Taekwoon yang menggigit gaunnya.
 
"A-ahh!" Taekwoon melengkungkan tubuhnya ke depan saat jari panjang Jaehwan berhasil memasukinya, menarik kedua jari itu berlawanan arah agar memberi jalan untuk nya nanti. Di tambah pula nya yang sedang di hisap kuat di mulut Jaehwan.
 
Jaehwan tidak memperdulikan reaksi tubuh Taekwoon. Yang ada di kepalanya saat ini hanyalah menghukum Taekwoon. Menghukum kekasihnya yang tadi bermain solo. Menghukum kekasihnya yang berpenampilan cantik. Menghukum kekasihnya yang membuatnya tegang akibat permainan solonya dan pakaian Lolita itu.
 
"Jaehwan! N-no! nghh.. Aahh!" matanya terpejam. Taekwoon mencapai klimaksnya di dalam mulut Jaehwan saat laki-laki di bawahnya itu mempercepat kulumannya dan menumbuk tepat di titik sensitivenya.
 
"kau puas?" Jaehwan berdiri mensejajarkan dirinya dengan Taekwoon yang terengah. Jaehwan melepas celana beserta dalaman miliknya. Mengocok nya sendiri agar tegang dan siap menghajar lubang Taekwoon.
 
"jawab aku, sayang." Tangan Jaehwan yang menganggur, memegang dagu Taekwoon agar menatapnya. Sedangkan Taekwoon hanya menurut.
 
"kau puas?" tanya Jaehwan sekali lagi. Sedangkan Taekwoon hanya menggeleng sebagai jawabannya. Mata sayunya tak lepas dari mata Jaehwan.
 
"kau ingin aku memasuki mu, hmm?" lagi, Jaehwan mengajukan pertanyaan.
 
"Ne-hh.. hhh.." dengan nafas yang belum beraturan, Taekwoon menjawab pertannyaan dengan susah payah.
 
Jaehwan melepaskan nya. Kini kedua tangan itu memegang kedua sisi kepala Taekwoon dan mencium bibir Taekwoon dengan kasar. Mencium seakan tidak ada hari esok. Taekwoon berusaha menyeimbangi ciuman Jaehwan. Tapi justru dia kewalahan sendiri.
 
"naiklah." Satu kata dari Jaehwan, dan Taekwoon bisa mengerti. Menempatkan dirinya di atas counter dapur. Menahan tubuhnya dengan kedua sikunya.
 
Jaehwan Manahan kedua kaki Taekwoon dengan tangannya. Sehingga sekarang Taekwoon sedang setengah berbaring di counter dapur, dan kedua kakinya yang di lebarkan oleh Jaehwan memperlihatkan anusnya yang memerah.
 
"sa-sakit! Nghh!" Taekwoon sedikit meringis saat Jaehwan mencoba memasukkan nya tanpa pelumas.
 
"Sebentarhhh.." Jaehwan berusaha memasukkan nya perlahan. Tapi bagaimana dia merasakan kepala nya dipijat oleh dinding-dinding lembab itu, Jaehwan menghentakkan nya dengan keras.
 
"Ahh!" Taekwoon refleks mengkontraksikan lubangnya saat Jaehwan menghentak masuk.
 
"kau terlalu menjepitku, sayang." Dengan tangan yang masih memegangi kedua kaki Taekwoon, Jaehwan mencium Taekwoon lembut. Sekedar menenangkan Taekwoon.
 
"kau tahu? Kau seksi sekali saat mendesah sekarang. Rambut panjangmu itu membuatmu semakin seksi." Jaehwan menggoda Taekwoon saat Taekwoon memisahkan ciuman mereka akibat pasokan udara. Sedangkan orang yang digoda sedang merona dan tak saja mengetatkan lubangnya di bawah sana.
 
"Huh? Kau suka saat aku menbutmu seksi dengan rambut panjangmu itu? kau seperti seorang gadis yang kuperkosa asal kau tahu. Kau bahkan masih memakai baju lengkap. Hanya bagian bawahmu yang tersingkap. Dan peluh mu itu, lihatlah ponimu itu, dia jadi melekat di pelipismu. Padahal aku menyukai poni itu."
 
"berhenti bicara yang tidak-tidak, bodoh." Taekwoon seperti terbakar. Wajahnya sangat merah akibat perkataan Jaehwan.
 
"baiklah, si bodoh ini akan membuat mu menjerit karena nikmat."
 
"Jaehwan! Ahh!" belum berlalu lima detik, dan perkataan Jaehwan benar. Taekwoon kembali mendesah saat Jaehwan mengeluarkan nya dan kembali menghentakkannya dengan keras. Tepat mengenai titik terdalamnya.
 
Dua manusia itu terus menerus memadu kasih dan saling mencumbu. Desahan Taekwoon memenuhi ruangan itu. Taekwoon menikmatinya. saat Jaehwan mengenai titik sensitive itu. saat Jaehwan mencumbu lehernya. saat bibir mereka saling bertaut.
 
"Jaehwan.. hhh!" Taekwoon mendesah saat klimaks hampir menyapa dirinya kembali. Taekwoon memeluk leher kekasihnya itu. sedangkan tubuhnya di tahan oleh Jaehwan di counter dapur.
 
"sebentar lagi. Mhhh…" Jaehwan menahan pinggul Taekwoon. Semakin menambah tempo pergerakkan nya di bawah sana.
 
"N-no! Jaehwan! Hhh! Ahh…. Hae-hh! Jaehwan-ahhh!" sampai. Taekwoon telah mencapai klimaksnya. Dengan nama Jaehwan yang mengalun dengan indahnya di sela desahannya.
 
Tidak, Jaehwan tidak berhenti menggerakkan nya. Justru dia menggerakkan semakin cepat. di tambah dengan Taekwoon yang mengalunkan namanya, membuat Jaehwan semakin dekat dengan klimaksnya. Sementara Taekwoon yang tahu Jaehwan akan segera klimaks, mengkontraksikan anusnya menjepit Jaehwan. Membuat Jaehwan kacau sesaat.
 
"Hyuk! O-ohh! Hh! Hh!" Jaehwan mengeluarkan spermanya di dalam lubang Taekwoon tepat setelah Taekwoon berbisik sesuatu padanya.
 
Keduanya terengah dalam nafas masing-masing. Mengisi pasokan udara di paru-paru mereka dengan tergesa-gesa.
 
"katakan lagi." Jaehwan yang dirasa nafasnya sudah stabil, menodong Taekwoon dengan pernyataan.
 
"apa?" sedangkan Taekwoon yang masih memeluknya hanya berbisik pelan di samping telinganya. Rupanya dia masih mencoba menigisi pasokan oksigen di paru-parunya.
 
"katakan lagi, yang tadi." Jaehwan menjauhkan tubuh Taekwoon dari tubuhnya. menatap mata Taekwoon menuntut sesuatu.
 
"tidak. Itu memalukan."
 
"ayolah. Sekali lagi saja." Jaehwan meminta Taekwoon dengan wajah anak-anak yang tidak berdosa. Uhhh, sulit sekali untuk menolak wajah Jaehwan yang seperti ini.
 
"baiklah." Akhirnya Taekwoon hanya bisa menghela nafas.
 
"ayo, katakan." Kenapa tidak sabaran sekali? Setidaknya itulah yang di pikirkan Taekwoon.
 
"saranghae." Taekwoon berkata dengan mata yang bergerak gelisah. Menahan malu.
 
"ya! Yang seperti tadi. dan tatap aku." Jaehwan mengomel tidak jelas kepada Taekwoon.
 
"saranghae… Jaehwan oppa.." Taekwoon mengulangi perkataan saat berbisik kepada Jaehwan tadi. Taekwoon mati-matian menahan malu.
 
"uhh, manisnya. Kau malu?" Jaehwan malah berakata dengan tanpa beban kepada Taekwoon. Tak lupa senyum macam anak kecil yang polos menghiasi wajahnya. Membuat Taekwoon kesal.
"aish! Idiot!"
"karenamu." Masih dengan senyum bodohnya –menurut Taekwoon–
"dasar bodoh!"
"hanya untukmu."
"Aish! Menyebalkan!"
"kau menggemaskan."
"Lee Jaehwan!" Taekwoon yang merasa di permainkan Jaehwan merasa kesal, berteriak di depan muka Jaehwan. Membuat Jaehwan sedikit memundurkan wajahnya.
"menikahlah denganku." ekspresi yang berbanding terbalik seperti tadi. kini Jaehwan menatap Taekwoon serius.
"eh?" Taekwoon malah seperti orang bodoh sekarang. Baru beberapa detik yang lalu Taekwoon meneriaki Jaehwan, dan sekarang dia mengajak menikah? Otaknya terbentur?
"aku serius. Menikahlah denganku, Hyung." Sedangkan Taekwoon hanya memerah.
"kau melamar ku?" masih dengan wajah yang memerah, Taekwoon mengumpulkan suaranya untuk bertanya. Dan di balasi anggukan oleh laki-laki di depannya kini.
 
"ahh! Sakit Jung Taekwoon!" teriakan itu berasal dari Jaehwan. Mengapa? Karena dengan kuat Taekwoon menjambak rambut Jaehwan.
 
"salah sendiri. Kenapa kau melamarku di saat yang tidak tepat?! Bahkan kita baru saja bercinta, dan mu masih berada di lubangku. Dan–dan lagi! Aku masih memakai pakaian ini! dan rambutku! Oh astaga! Kau menyebalkan Lee Jaehwan! Aish!"
 
"tapi kau tetap cantik–"
 
"aku namja, Lee Jaehwan. Aku tampan." Taekwoon tidak terima.
 
"baiklah terserah. Jadi?" Jaehwan memilih tidak berdebat dengan Taekwoon. Menanti jawabannya.
 
"aku bersedia menikah denganmu." Cicit Taekwoon sangat lirih dengan menatap Jaehwan.
 
"aku tidak mendengarnya." Bohong. Padahal dengan jelas Jaehwan mendengar jika Taekwoon bersedia. Sedangkan Taekwoon yang merasa kesal di permainkan, kembali menarik rambut Jaehwan. Kembali melepas saat Jaehwan meminta maaf padanya
"aku bersedia menikah dengan mu, Lee Jaehwan." Ucap Taekwoon keras dan jelas membuat Jaehwan tersenyum cerah.
"kalau begitu, kita akan melanjutkan hukumanmu lagi. Bagaimana calon istriku?" Jaehwan dengan sengaja menarik Taekwoon ke dalam pelukannya dan menggedongnya ala koala ke kamar Taekwoon. Dan jangan lupakan tentang Jaehwan yang masih berada di dalam Taekwoon itu.
' mengapa kau harus datang ke tempaku hari ini, Lee Jaehwan?! membuatku terjebak dengan pakaian ini!
THE END
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annah_13 #1
Chapter 12: