stalker

Wild Imagination by doubleAA10
”Taekwoon !” Suara melengking bagai lumba-lumba terdengar di telingaku membuatku panik seketika. Bukan karena suara tersebut yang semakin keras, namun karena nama yang dipanggil oleh sang pemilik suara.
 
Taekwoon .
 
Oh betapa menyebut nama itu saja, tanganku langsung bergetar hebat dan jantungku langsung berdetak kencang. Kalian ingin tahu siapa itu Taekwoon ?
 
Nama lengkapnya adalah Shim Taekwoon dan dia juga adalah seorang namja, tapi meskipun begitu, di mataku dia terlihat begitu manis dan menggemaskan. Kakinya yang panjang membuat dirinya terlihat begitu tinggi, namun untunglah jarak tinggi kita tidak begitu jauh. Badannya sedikit ramping namun atletis dan menggiurkan. Aku pernah melihatnya sekali saat kami semua sedang berganti ke baju olahraga.
 
Pipinya sedikit chubby jika kau melihat ketika dia memajukan bibirnya dan menggembungkan pipinya ketika dia sedang mengambek. Jari tangannya begitu lentik. Dan wajahnya, jangan tanyakan tentang hal itu, karena 10ribu halaman pun tak akan cukup untuk menjelaskan bagaimana sempurnanya wajahnya.
 
Seulas senyuman terukir di wajahku melihat dia mengobrol dengan kedua sahabat baiknya – saudara kembar Kim Junsu dan Kim Jaejoong. Ah, andai saja aku bisa berteman juga dengan dirinya. Tapi, rasanya sangat mustahil, ketika bertemu muka dengannya saja, lidahku sudah mengelu karena kaku.
 
”Taekwoon !” Ah, suara ini, suara yang selalu berhasil menghilangkan senyuman dari wajahku. Kalian tanya siapa pemilik suara itu? Choi Jaehwan . Dan sebelum kalian bertanya lebih jauh, Jaehwan adalah kakak kelas kami yang lebih tua 2 tahun dan yang paling penting adalah dia itu NAMJACHINGU Taekwoon !
 
Semuanya masih mempertanyakan alasan Taekwoon berpacaran dengan Jaehwan yang notabenenya adalah seorang playboy kelas kakap terlebih mengingat Taekwoon itu pertamanya benci setengah mati dengan Jaehwan . Mungkin yang mereka katakan batasan antara benci dan cinta itu tipis benar ya? Hah. Aku hanya bisa menghela nafas melihat bagaimana keduanya saling bertatapan dengan penuh cinta. Tak lupa belaian lembut yang diberikan Jaehwan pada kepala Taekwoon . Andai saja itu diriku yang dipantulkan pada kedua bola mata bening miliknya, pasti aku akan sangat bahagia.
 
Gulp.
 
Aku mengalihkan perhatianku kepada dua orang temanku ketika melihat Jaehwan menatapku sembari menyeringai. Rasanya seperti ada sesuatu yang direncanakannya dan aku berharap bahwa aku tak akan diikutsertakan.
 
Mendengar namaku dipanggil, aku segera menghentikan langkahku yang ingin menuju ke lapangan futsal untuk latihan klub. Betapa terkejutnya aku ketika mendapati Jaehwan memanggilku. Tangannya seolah mengatakan agar aku menghampirinya. Aku melihat ke kiri dan ke kanan dan menunjuk ke arah diriku, memastikan bahwa aku tidak besar kepala. Dengan ragu-ragu aku mendekat ke arahnya yang sedang bersembunyi di antara lorong sempit yang ada di dekat pintu.
 
”Waeyo ..?” tanyaku dengan hati-hati.
 
Jaehwan melihat ke kiri dan kanan seolah memastikan bahwa tak ada yang membuntutiku dan tak ada yang mendengarkan kami. Sepertinya ini akan menjadi pembicaraan yang serius. Mungkinkah dia tahu soal perasaanku terhadap Taekwoon ? Sepertinya mungkin, rasanya hampir seisi kelas tahu tentang perasaanku kecuali orang yang kucintai itu sendiri. Memang benar apa yang kudengar dari orang-orang. Mereka yang kita cintai adalah orang yang paling bebal di dunia. ”Hmm…katakan saja, kau suka dengan Minku, bukan?” Oke, aku sudah menduga bahwa dia akan menanyakan hal itu, tapi tetap saja aku kaget.
 
Gulp.
 
Dia menatapku dengan tajam seolah bisa melihat apa yang kusembunyikan. ”Katakan saja, aku tahu kok sebenarnya banyak yang suka sama dirinya, dasar dirinya saja yang terlalu polos dan bebal dalam hal seperti ini.”
 
”Ba…banyak?” tanyaku dengan perlahan. Aku tahu bahwa Taekwoon memiliki bakatnya dan charm-nya seperti otaknya yang jenius, suaranya yang lumayan, gerakannya yang lentur, dan banyak hal lainnya yang menjadi daya tarik seorang Shim Taekwoon .
 
Kulihat Jaehwan menaikkan alisnya seolah meremehkan pertanyaanku. ”Memangnya kau tidak sadar kalau Junsu melihatnya dengan tatapan yang sama denganmu? Apakah kau juga terlalu rabun sampai tidak menyadari kalau ketua OSIS Choi Siwon itu selalu menempatkan diri mampir ke kelasmu menyampaikan pengumuman meskipun ada banyak anggota yang bisa melakukannya?” Dia menghela nafas melihatku yang baru menyadari semuanya. ”Ah sudahlah, aku bukan mau membahas hal itu.”
 
”Jadi, ada yang bisa kubantu, ..?”
 
”Dengar, aku sedang berbaik hati, katakan saja aku dan Minku sedang mengalami masa bosan dalam hubungan ranjang kami dan aku menyarankan untuk melakukan hal ekstrim.”
 
”Dengan mengajakku? Tidak, terima kasih.” Memangnya dia pikir aku apa? Seorang gigolo yang menyediakan badannya untuk siapa saja? Walau ada kemungkinan aku akan bisa menyentuh Taekwoon , namun bukan ini caranya!
 
Baru saja aku hendak berbalik, Jaehwan kembali bersua, ”Tapi Taekwoon sudah memilihmu,” Pernyataan itu sontak membuatku kaget dan kupandang dirinya tajam-tajam. Dia mengangguk. ”Taekwoon memintaku agar kau ikut serta, kau tahu? Memangnya kau pikir untuk apa aku memanggilmu? Akan jauh lebih baik aku mengikutsertakan Junsu saja, tampangnya lebih uke daripada dirimu yang mutlak seme ini. Sebenarnya aku juga tak mau berbagi Minku, tapi kalau dia sudah meminta hal ini, aku tak mungkin menolaknya.”
 
”Hei, apakah ini Choi Jaehwan yang terkenal playboy itu? Dia bertekuk lutut di bawah perintah seorang Shim Taekwoon ? Humour me,” ledekku.
 
Jaehwan hanya tersenyum simpul, ”Julukan evil pada dirinya itu bukan tanpa alasan, kau tahu? Kuberi peringatan, selagi kau belum terjerat, lebih baik lepaskan dirimu. Dan,” Dia menatapku begitu dalam. ”Tawaran itu masih berlaku. Kalau kau tertarik, datang ke kelasmu sehabis sekolah.”
 
Setelah Jaehwan menghilang dari pandanganku, aku masih mencoba mencerna perkataannya tadi. Apakah baru saja dia menawarkan aku agar ikut serta dalam hubungan mereka karena mereka merasa bosan? Dan apakah aku tidak salah mendengar kalau dia mengatakan Taekwoon yang memintaku?
 
!
 
Kalau begini apa yang harus kulakukan. Tawarannya memang benar-benar menggiurkan, meski tidak bisa memilikinya, tapi kalau bisa mencicipinya sekali tidak ada salahnya bukan? Sepertinya menarik.
 
.
 
.
 
Kugeser pintu kelas itu dengan hati-hati. Lampu di luar semuanya sudah dinyalakan dan pemandangan di luar sudah mulai gelap.
 
”Sudah kuduga kau akan datang.” Suara Jaehwan di sampingku membuatku terkejut seketika. Aku hampir saja berteriak jika dia tidak meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya memberi tanda agar aku diam. Aku mengangguk tanda mengerti dan mengikuti dia ke depan meja guru.
 
Apa yang kulihat sekarang membuat kedua mataku membesar karena kaget. Di sana, di atas meja guru, Taekwoon terbaring di atasnya. Kedua kakinya ditekuk hingga aku bisa melihat hole-nya yang sedang dimasuki oleh berwarna biru tua. Kedua tangannya terikat pada pergelangan kakinya yang ditekuk tadi membuat gerakannya terbatas. Ketika aku mendekat ke arahnya, aku melihat bahwa dia memakai penutup mata berwarna hitam. Mulutnya diikat oleh sebuah kain berwarna putih. Dia sendiri hanya  memakai kemeja putih seragam kami sehingga tubuhnya terlihat begitu menggoda.
 
Gulp.
 
Pemandangan di depanku ini membuat celanaku terasa lebih sempit. Aku melihat Jaehwan berbisik sesuatu ke arah Taekwoon namun dengan suara yang cukup keras, ”Min, lihatlah siapa yang datang.” Jaehwan membuka penutup matanya dengan perlahan sehingga sekarang kedua mata bening yang kukagumi itu sekarang menatap ke arahku. Kedua matanya membesar karena kaget. Tubuhnya meronta-ronta. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang kerasukan. Jaehwan mengelus kepalanya untuk menenangkannya. ”Ssh…” Taekwoon semakin meronta-ronta membuat Jaehwan sedikit kesulitan untuk menahannya.
 
Entah apa yang merasuki diriku hingga aku semakin berjalan mendekat. ”.., sepertinya Taekwoon sudah siap, bagaimana kalau kita mulai saja?” ujarku dengan sebuah seringaian yang terukir di wajahku. Jaehwan mulanya sedikit kaget namun mengangguk semangat.
 
.
 
.
 
Begitu ikatan Taekwoon dilepas, dia terlihat ingin berteriak namun aku yang berada di belakang meja sehingga berada di depan kepalanya segera menundukkan kepalaku dan melumat bibirnya. Ah, seperti yang kuduga, bibirnya begitu lembut dan menggiurkan. Lidahku menjilati setiap inci bibirnya dan memaksa untuk masuk. Ketika dia masih bersikeras untuk menutup mulutnya, aku menggigit sedikit bibir bawahnya sehingga dia mengerang dan memberiku kesempatan untuk menyelinap masuk dan mengeksplor bagian dalamnya. Oh, rasanya hangat dan begitu memabukkan.
 
Selesai dengan bibirnya, aku bergerak ke arah pipi tembennya yang terlihat menggemaskan. Aku menggigitnya dengan bibirku karena terlalu geramnya untuk mencoba rasa pipinya yang begitu empuk. ”Urmm…ahh…” Desahannya keluar ketika kedua tanganku memilin kedua tonjolan di dadanya. Aku melirik ke arah Jaehwan yang sedang menjilati bagian perut Taekwoon sembari tangannya memainkan kedua twinsball Taekwoon .
 
”Hmm…di luar dugaan, ternyata kau mahir juga ya?” kata Jaehwan pada diriku.
 
Aku hanya menyengir lebar. ”Video dan Internet, ..,” jawabku sembari tanganku tetap memilin kedua -nya. ”Kalian apa-apaan?!” teriak Taekwoon setelah berhasil mengatur nafasnya.
 
”Bukankah ini yang kau inginkan, chagiya~?” ujar Jaehwan dengan nada seduktif dan bergerak ke atas untuk menjilat Taekwoon .
 
”.., kita ganti posisi saja. Posisi ini membuat gerakan kita terbatas,” perintahku yang disertai dengan anggukan dari Jaehwan .
 
.
 
.
 
Kali ini posisi kami sudah berada di lantai kelas yang cukup dingin. Merasa cukup kasihan, aku membuka rompi luarku dan meletakannya di atas lantai sehingga tangan dan lutut Taekwoon tak langsung bertemu dengan lantai yang dingin. Tangan dan kaki Taekwoon tadi yang saling terikat terlepas dan membentuk ikatan baru. Dia bertumpu pada tangan dan lututnya sehingga aku bisa melihat hole-nya yang begitu sempit dan menggoda. Hole itu sudah menelan sehingga hanya ujungnya saja yang sedikit terlihat.
 
Aku menjilat bibirku sebelum mencoba mencicipi hole-nya. ”Urm…ngghh…” Desahan yang terdengar di telingaku bagaikan pembangkit gairah dan libido di dalamku. Sesekali ku melirik Jaehwan yang merasa cukup puas dengan pelayanan mulut Taekwoon .
 
”Faster…ohh…” Jaehwan memerintah Taekwoon sembari menjambak rambut Taekwoon agar namja itu menuruti perintahnya.
 
Kembali kufokuskan diriku pada hole yang begitu sensitif ini. Setiap jilatan membuatku menginginkan lebih lagi. ”Urmm…”
 
Slurp. Slurp.
 
”Kau nikmat sekali, Minnie,” ujarku dengan nada yang kubuat seseduktif mungkin. Entah karena mendengar suaraku atau karena masih sibuk melayani milik Jaehwan , aku bisa merasakan tubuh Taekwoon sedikit bergetar namun aku tahu bukan karena rasa ketakutan.
 
”Hei, kau masukkan saja milikmu tanpa persiapan, dia sudah terbiasa kok, iya kan Minku?” kata Jaehwan
 
”Andwae –urgh” Perkataannya terhenti karena Jaehwan kembali memasukkan miliknya ke dalam mulut Taekwoon . Jaehwan melihatku dan mengangguk memberi tanda bahwa dia tidak keberatan.
 
Aku meneguk ludahku. Bisa kurasakan milikku semakin berdenyut dan juga meminta untuk dimanjakan.
 
Zip.
 
Kubuka resleting celanaku dan menyusul Jaehwan yang sudah tidak memakai apapun pada bagian bawahnya. Kulempar celanaku ke sembarang arah. Pikiranku sudah terlalu kalut untuk memikirkan hal lain daripada hole yang begitu menggoda di depanku.
 
”Argh!” Taekwoon berteriak di sela-sela kulumannya terhadap milik Jaehwan ketika aku menarik dari dalam tubuhnya. Tanpa aba-aba aku langsung memasukkan milikku yang sudah menegang.
 
”Urgh.”
 
”Oh…so tight,” ujarku. Begitu aku menembus dindingnya, aku bisa merasakan bagaimana hangat hole-nya menjepit milikku dan setiap kali aku mengeluarkannya, aku bergesekkan dengan dindingnya. Sangat memuaskan. ”Ahh…”
 
”Urng…nggh…” Taekwoon sepertinya tak bisa banyak mengeluarkan desahan karena milik Jaehwan masih setia di dalam mulutnya. Aku salut pada Jaehwan , dia sanggup bertahan selama itu dan belum mencapai e. ”Ohhh…” Desahan kecewa terdengar di lidahku. Kulihat Jaehwan berdiri dan berjalan ke arahku. Dia menyengir lebar dan aku mengangguk tanda mengerti. Kugeser sedikit ke arah samping kanan agar dia bisa berlutut di samping kiriku.
 
”Ready?” tanyanya padaku.
 
”Never been better,” jawabku. Dia menyeringai dan ikut memasukkan miliknya yang sudah cukup membesar.
 
”ARGHHHH!” Suara teriakan Taekwoon bagai melodi di telingaku –entah di telinga Jaehwan terdengar seperti apa. Rasanya dinding Taekwoon semakin menyempit namun sangat memabukkan. Gesekan yang dihasilkan oleh dinding dan milik Jaehwan membangkitkan gairahku.
 
”Ohh…ahhh…” Sepertinya salah satu dari kami berhasil menekan titik prostatnya sehingga Taekwoon mendesah tak karuan. Aku menatap ke arah Jaehwan dan dia juga mengangguk. Ketika kami mengeluarkan milik kami sedikit hingga tersisa ujungnya, Taekwoon mengerang kecewa. Dengan cepat, kami membalikkan tubuh Taekwoon hingga sekarang kami bisa melihat miliknya juga sudah menegang dan dindingnya yang penuh dengan gigitan merah dariku dan Jaehwan .
 
”Hmm…sepertinya dia memang menyukai hal-hal seperti ini ya?” godaku pada Jaehwan .
 
”He, kau tidak tahu apalagi yang bisa dilakukannya, he likes it rough,” desis Jaehwan .
 
Aku hanya terkekeh. Kami kembali melakukan gerakan in dan out bergantian pada hole Taekwoon hingga tak lama Taekwoon mengeluarkan cairan putihnya dan membasahi perutnya yang putih. Sepertinya Jaehwan dan aku masih belum puas. Kami masih terus melakukan gerakan kami dan aku merasa dinding Taekwoon mulai melebar. Aku segera mengeluarkan milikku yang masih mengeluarkan precum-nya. Jaehwan masih setia pada hole Taekwoon dan melakukan gerakannya.
 
Dengan langkah mantap aku mendekat ke arah mulut Taekwoon dan memerintahkannya, ” it.” Dia menurutinya. Kedua tangannya yang terikat menggenggam milikku. Jaehwan memutar badannya sehingga dia kembali pada posisi semula. ”Ohh…”
 
Slurp.
 
Dia sangat lihai memainkan lidahnya, menjilati setiap inci milikku. Aku menjambak rambutnya sedikit seperti Jaehwan tadi dan terus memaju mundurkan kepalanya sesuai dengan tempo yang kuinginkan. ”Faster…ohhh…”
 
”Urmm…”
 
”Yes, Minku, so tight…ahh…”
 
Suara desahan kami bertiga dan kulit saling bersentuhan terdengar menggema di ruang kelas yang sudah tak ada seorangpun. ”Ahh…cumm……” Jaehwan berseru diiringi dengan seruanku juga. Tak lama akhirnya kami berdua mencapai e pertama kami sementara Taekwoon mengeluarkan enya kedua. Cairan putih yang keluar dariku ditelannya. Dia menjilat milikku hingga bersih tak tersisa apapun.
 
Kulap pipi dan wajahnya yang basah oleh cairan putih milikku. Wajahnya terlihat begitu menggoda apalagi dengan tatapannya yang terlihat polos itu. Sekali lagi kulumat bibirnya membiarkan dirinya mengeluarkan desahan-desahan yang membangkitkan sesuatu di selangkanganku.
 
”Round two?” bisik Jaehwan . Aku menyeringai dan mengangguk sebelum memulai ronde kami berikutnya.
 
Seperti yang bisa ditebak, selama beberapa waktu ke depan, suara desahan Taekwoon terdengar menggema di ruangan. Sungguh, suaranya bagai melodi indah di telingaku. Tak heran kalau Jaehwan kecanduan dirinya. Rasanya aku juga sudah terjerat oleh jebakan evil milik Shim Taekwoon .
 
.
 
.
 
”Jadi, kau akan datang lagi nanti?” tanya Jaehwan kepadaku. Kami berdua sedang bersandar pada dinding dekat lapangan futsal. Aku melihat kepada para anggota team-ku yang sedang men-dribble bola dengan lihai menuju gawang.
 
Tanpa menoleh ke arahnya aku mengangguk sembari menggumam, ”Hmm.”
 
”Jadi kau juga sudah terjerat, eh?” ejeknya.
 
”Entahlah,” jawabku sembari mengangkat kedua bahuku.
 
”Dengar, biar bagaimanapun Minku tetap milikku. Kau tak lebih hanya sebagai pelengkap dalam hubungan kami.” Dia berbalik menatapku. Kami bertatapan cukup lama dan aku sadar bahwa dia sangat serius.
 
”Kau sungguh aneh, berbagi dirinya dengan orang lain.”
 
”He, menganggap dirimu hebat sekarang, eoh? Hatinya tetap untukku, badannya? Terserah,” ucapnya dengan tegas sebelum membalikkan badan dan berlalu daripadaku.
 
Aku menyeringai, ”Sekarang dia masih milikmu, Jaehwan , tapi satu saat, aku juga akan merebut hatinya,” gumamku pelan.
 
Angin berhembus pelan menyibakkan rambutku. Cuaca hari ini terlihat begitu bersahabat. Sepertinya hari ini akan menyenangkan.
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annah_13 #1
Chapter 12: