PRIDE

Wild Imagination by doubleAA10

Suara musik di klub itu membuat kedua pria yang tengah di depan meja bar harus saling berdekatan dan sedikit berteriak agar tidak menganggu pembicaraan mereka. Kedua pria yang kita kenal bernama Jaehwan dan Wonshik ini sedang meneguk minuman mereka entah yang ke berapa untuk malam itu.

”Hei, aku sedang berpikir,” ujar Wonshik yang masih segar. Benar apa yang pernah diucapkan oleh rekan kerja Wonshik. Pria ini mengerikan. Bahkan setelah minum beberapa gelas (bahkan lebih banyak dari Jaehwan), dia masih bisa tersenyum seperti orang yang sadar. Entah toleransi alkoholnya yang tinggi atau Wonshik memang – coret – mengerikan – coret.

”Apa?” tanya Jaehwan dengan datar. Kesadarannya mulai sedikit mengabur karena sudah terlalu banyak minum, tapi dia mencoba untuk tetap tegar atau siapa yang tahu apa yang akan dilakukan Wonshik terhadapnya. Dia memang mencintai Wonshik, namun entah kenapa dia tidak rela menjadi yang dimasuki. Ada sesuatu yang salah, menurutnya.

”Kita sudah lama berhubungan, hampir 1 tahun, Yun, tapi kita belum pernah, kau tahu, berhubungan intim?” ucap Wonshik. Senyum manis pria itu masih terpasang dan Jaehwan meneguk ludah melihatnya. Senyum itu yang membuat dia jatuh cinta pada pria yang ada di hadapannya ini. ”Sampai kapan kita harus seperti ini, menurutmu?” tanyanya lagi.

”Aku tidak tahu, Wonshikie,” bisik Jaehwan. Sejujurnya dia sendiri tidak tahu. Mereka bukan pasangan hetero yang dapat memiliki resiko untuk hamil. Sebaliknya mereka termasuk dalam kategori aman jika ingin berhubungan. Male pregnancy yang sering dia baca di fanfic hanya ada dalam imajinasi atau ketika sang pria sendiri yang ingin melakukan operasi tersebut. Namun, apa yang menahannya?

Ego. Ya, itu jawabannya. Keduanya memiliki ego sebagai yang dominan selama dalam hubungan mereka sebelumnya dan itu menahan keduanya. Apalagi itu berarti akan menjadi pengalaman pertama mereka yang Jaehwan tahu akan cukup menyakitkan.

”Sebenarnya aku bohong saat aku bilang aku cukup dengan dan kissing. Aku ingin lebih, Yun, apa kita bisa?” tanya Wonshik yang hanya dijawab dengan suara musik klub.

Jaehwan merenungkan pertanyaan Wonshik. Dia sendiri tidak tahu jawabannya. Tiba-tiba saja Wonshik meletakkan gelasnya dengan keras ke atas meja membuat Jaehwan menatap kekasihnya itu dengan heran. ”Aku punya ide!” seru Wonshik seperti anak kecil yang menang undian.

”Wonshikie, apa maksudmu?”

”Kau pasti akan menikmatinya Jaehwan,” ucap Wonshik dengan sebuah seringaian di wajahnya. Dia menatap Jaehwan dengan senang seolah mendapatkan pemecahan masalahnya. Dalam sekejap dia menarik kepala leader DBSK itu dan mencium mulutnya dengan ganas. Seperti biasa, perebutan dominasi lidah tak ada yang menang dan tak ada yang kalah. Kedua lidah saling bertarung sampai akhirnya mereka kelelahan sendiri.

Malam itu, mereka melakukan seperti yang mereka lakukan di malam-malam sebelumnya. Namun, malam itu, Wonshik berjanji akan mengubah semuanya. Semoga saja apa yang dia pikirkan benar.

.

.

Jadi, karena itu, di sinilah Jaehwan sekarang. Berjalan di lorong hotel yang ditentukan Wonshik dengan memakai penyamaran agar tidak ketahuan. Seriously, Jaehwan terkadang tak bisa mengerti jalan pikiran kekasihnya itu.

2612

Langkahnya terhenti di depan pintu kamar yang didapatnya dari pesan yang dikirimkan kekasihnya. Dia menghela nafas sebelum mengetuk pintu. Baru saja dia hendak mengetuk, pintu di hadapannya sudah terbuka menampilkan sosok Wonshik yang menyengir lebar membuat Jaehwan bertanya-tanya apa yang ada dalam pikiran pria itu.

”Wonshikie, kau jangan mengagetkanku,” ucap Jaehwan.

”Ah maaf, aku sudah tidak sabar. Ayo masuk,” serunya sembari menarik lengan Jaehwan. Dia melempar badan Jaehwan ke atas pintu dan kemudian mencium dengan penuh nafsu terhadap kekasihnya itu. Mereka berciuman cukup lama hingga akhirnya melepaskan tautan mereka karena keperluan akan oksigen.

”Apa sebenarnya yang kau rencanakan?” tanya Jaehwan dengan malas.

Wonshik tak menjawab. Dia hanya mendorong tubuh Jaehwan seolah sudah tidak sabar sementara sang leader hanya bisa menghela nafas. Langkahnya terhenti saat tiba di ujung lorong, tempat dia bisa melihat ke arah tempat tidur hotel dengan jelas. Matanya terbelalak lebar menatap apa yang ada di hadapannya. Dia kemudian melirik ke arah Wonshik yang hanya menyeringai dan berjalan menuju ke arah tempat tidur.

Apa yang ada di tempat tidur, kalian tanya?

”Bukankah mereka sangat cantik, hmm?” bisik Wonshik.

Jaehwan masih tak percaya dengan penglihatannya. Di atas tempat tidur terdapat dua orang lain selain Wonshik. Dua orang yang dia tahu dengan akrab.

Shim Hongbin dan Kim Taekwoon .

Masalahnya kalau hanya mereka berdua saja, Jaehwan tidak akan terkejut, tapi kondisi kedua namja itu berbeda. Hongbin dan Taekwoon sama-sama diikat yang Jaehwan tahu sebagai hibari style. Sebuah cara mengikat seluruh tubuh hingga mereka berdua benar-benar tidak bisa bergerak. Kaki keduanya ditekuk di depan sementara tangan mereka terikat di belakang dan tubuh keduanya diikat dan dihias oleh tali. Di mulut keduanya terdapat sejenis gag ball agar tak ada suara yang keluar. Kedua mata mereka terikat sehingga mereka tak bisa melihat kehadirannya.

Tubuh keduanya saling berdekatan dan Jaehwan dapat melihat keduanya berkeringat. Sepertinya mereka sudah lama berada di posisi itu. Getaran tubuh keduanya membuat Jaehwan melihat lebih jauh dan menyadari bahwa ada sesuatu yang memasuki hole keduanya. Wonshik sedang duduk di samping Hongbin, menjilati sang magnae yang sudah menegang sedari tadi.

”Wonshikie, apa maksudnya?” desis Jaehwan. Begitu mendengar suara Jaehwan, kepala Hongbin dan Taekwoon terangkat ke arahnya, seolah sudah menanti kehadiran sang leader. Wonshik sendiri tak mempedulikannya dan masih terus menjilati Hongbin yang kembali membuat sang magnae hanya bisa mengerang di balik gag ball di mulutnya.

Slurp. Slurp.

Kurang lebih hanya suara itu yang mengisi ruangan hotel mereka, juga tak lupa suara jarum jam. Keringat mulai membasahi wajah Jaehwan ketika melihat tubuh Taekwoon yang terus bergetar karena yang berada di dalam sang lead vocal. ”Wonshikie,” panggil Jaehwan lagi. Dia berusaha sekeras mungkin agar tidak dikuasai oleh nafsunya yang mulai meledak.

Wonshik akhirnya menghentikan kegiatannya sebelum memberi gigitan pada Hongbin sehingga Jaehwan bisa melihat ada sedikit cairan merah yang keluar. ”Kurasa kau mengerti maksudku, Yun, mereka juga sudah setuju kok,” ucap Wonshik dengan tenang.

Jaehwan mengerti. Ini adalah jawaban dari hubungan mereka, jawaban yang ditawarkan Wonshik. Dia merasa tidak ada salahnya untuk mencoba. Malam itu, dimulailah sebuah hubungan kompleks yang tidak bisa dijelaskan. Mereka hanya tidak tahu bahwa apa yang dimulai malam itu akan terus berlanjut pada sesuatu yang akan mengubah semuanya.

.

.

Suara desahan keluar dari mulut dua namja yang tengah berlutut dan bertumpu pada tangan mereka. Ikatan pada kaki dan tangan mereka terlepas, namun tidak di tubuh mereka membuat gerakannya keduanya terbatas. Tak lupa juga mata mereka sehingga sekarang mereka bisa melihat yang lain. ”Ahh…ahhh~” desah keduanya bersamaan saat lidah dari dua pasangan dominan itu menjilati punggung mereka.

Jaehwan yang memilih Taekwoon (karena Wonshik sudah memilih Hongbin  terlebih dahulu) sedang memilin kedua pria cantik itu dengan gemas. Tidak melakukan hubungan intim begitu lama membuat dia tak bisa menahan lagi nafsunya saat melihat kedua pria dengan tubuh polos siap untuk dirinya.

Dia menggigit leher Taekwoon membuat sang lead vocal hanya bisa mendesah dan mengerang nikmat. Bagaikan vampir yang seperti haus akan darah, Jaehwan terus menggigit leher putih di bawahnya hingga keluar cairan merah. Lidahnya segera menjilati cairan tersebut dan menghisapnya seolah setiap tetes darahnya begitu berharga. ”Urmh…ahh…Yun…”

Plak.

Pantat Taekwoon dipukul dengan keras oleh Jaehwan saat mendengar namanya dipanggil. ”Sudah dibilang kalau kau hanya boleh memanggil kami sebagai master, kau lupa?” bisik Jaehwan di telinga Taekwoon sementara Wonshik yang melihat hanya menyeringai.

Taekwoon segera menggelengkan kepalanya. ”A..a.ni…mas..ter..ah…hah~”

”Aku tidak menduga kalau kau punya seperti itu, yah, tapi aku juga tak bisa menyalahkanmu. Melihat mereka, kau ingin sekali menghancurkannya, bukan?” ucap Wonshik yang sedang memainkan kejantanan Hongbin dengan pelan.

”Nggh…ahh…faster…please…ahh…” pinta Hongbin dengan nada memelas. Dia ingin sekali keluar tapi dengan gerakan Wonshik yang begitu pelan dan ring pada kejantanannya, dia tak bisa mencapai enya.

Wonshik tak peduli dengan rintihan Hongbin. Dia menggerakkan tangannya untuk menyuruh Jaehwan menuju dirinya yang dilakukan oleh kekasihnya itu. Segera Wonshik menarik Jaehwan dan keduanya berciuman cukup lama hingga keperluan oksigen yang melepaskan mereka. Keduanya tersenyum puas dan kembali lagi pada dua pria yang ada di bawah mereka.

Jari Jaehwan perlahan masuk ke dalam dinding ketat Taekwoon (yang masih berisi tadi) tanpa persiapan membuat yang dimasuki berteriak kencang. ”ARGHHHH!”

Ctar.

Jaehwan menarik tali yang mengikat Taekwoon dan melepaskannya untuk menghukum pria itu. Dia yakin kalau punggung polos itu tak lama lagi akan terdapat bekas tali yang indah. ”Hush. Kau tidak mau kita mendapat keluhan karena suara teriakanmu bukan?” bisik Jaehwan. Walau dia sebenarnya tahu bahwa tidak akan ada yang menggangu mereka karena mereka berada di tempat yang paling atas dan Wonshik sendiri sudah memilih tempat VIP untuk kegiatan mereka saat ini.

.

.

Kalau Jaehwan orang yang sadis dalam melakukan aksinya, Wonshik lebih ke arah sadis yang pasif. Dia menikmati bagaimana Hongbin menggeliat terus untuk menggesekkan miliknya dalam tangan Wonshik. ”Hmm. Sepertinya pelacurku yang satu ini lebih tidak sabar, Yun, lihat dia,” ejek Wonshik. Jaehwan hanya menyeringai dan kembali melanjutkan aksinya untuk memasukkan jarinya di dalam dinding ketat Taekwoon .

”Ah, apa yang kau mau, hmm?” bisik Wonshik. Dia mengecup leher pria di bawahnya dengan lembut membuat Hongbin bergetar karenanya. Tubuh sang magnae mendadak terasa lemah hingga akhirnya tangannya tak kuat lagi menopang dirinya. Kepalanya terjatuh ke atas bantal sehingga pantatnya menungging ke atas membuat Wonshik bisa melihat hole-nya yang sedang dimasuki oleh .

Sang penyanyi senior menjilati bibirnya, menikmati pemandangan di hadapannya. Tangannya meraih dalam tubuh Hongbin, mengeluarkannya dengan perlahan untuk memastikan pria di bawahnya itu merasakan setiap tindakan yang dia lakukan. ”Ngggh,” erang Hongbin di atas bantal.

Tangannya mengcengkram erat sprei untuk menahan desahannya. Dia menggigit bibir bawahnya agar desahan nista dari mulutnya tidak keluar lagi, menahan sakit saat tersebut dimasukkan lagi dengan cepat ke dalam dirinya.

”Sssh, sssh,” bisik Wonshik. Dia menundukkan badannya sehingga dada bidangnya bersentuhan dengan punggung polos Hongbin. Tangannya mengangkat dagu Hongbin, memutar wajah pria itu hingga menatapnya. Wajah Hongbin penuh dengan air mata, entah karena sakit atau apa. Lidah Wonshik terjulur untuk menjilati air mata tersebut dengan lembut hingga menyentuh bibir Hongbin. Sang magnae berpikir bahwa Wonshik akan menciumnya, tapi detik berikutnya kepalanya dihentamkan ke atas bantal.

”Nggh,” erangnya.

Wonshik melupakan hal yang membuatnya melakukan hal konyol tadi. Hampir saja tadi dia mencium Hongbin. Dia segera memutar badan Jaehwan yang sedang berada di kirinya kemudian menciumnya dengan kasar dan panas. ”Hmm….urmm…” desah kedua seme itu. Secepat mereka berciuman, secepat itu mereka melepaskannya.

Tak tahan lagi ingin memasuki dinding hangat Hongbin, Wonshik segera mengangkat badan Hongbin. Dia kemudian terduduk dan bersandar pada sandaran kasur, memosisikan Hongbin di atas kejantanannya yang sudah berdiri tegak sedari tadi. Dengan posisinya, dia bisa melihat Jaehwan yang sedang mengeluarkan dan memasukkan kembali ke dalam diri Taekwoon membuat pria cantik itu mendesah nikmat.

Badan Wonshik bergetar, membayangkan itu adalah dirinya, tapi bukan dirinya. Seperti sebuah paradoks kehidupan tentang kenapa mereka yang berbeda bisa berhubungan. Tanpa memberi persiapan bagi Hongbin, dia menurunkan sang magnae ke atas kejantanannya hingga dinding hangat itu sekarang menyelimuti kejantanannya membawanya terbang ke langit karena nikmat.

”ARGHHHH!” Dia tidak menghiraukan suara teriakan kesakitan Hongbin, begitu pula dengan pasangan yang lain yang juga sedang sibuk dengan kegiatannya. Dia menatap Jaehwan yang mata elangnya juga sedang bertumpu pada dirinya dan Hongbin. Ada sesuatu di dalam diri mereka, sesuatu yang mereka tahu akan merubah hubungan mereka.

.

.

Jaehwan mengerang karena sudah tidak sabar ingin memasuki Taekwoon , tapi dia masih bertahan. Dia masih ingin menyiksa pria cantik itu. Dia melirik ke arah Wonshik yang sedang menatapnya. Kemudian matanya bergerak pada tubuh Hongbin yang diikat dengan tali, begitu indah. Sepertinya dia harus belajar cara mengikat kepada Wonshik nanti. Dia kemudian memperhatikan ekspresi Hongbin yang begitu kesakitan. Tentu saja, pikirnya. Siapapun pasti akan kesakitan ketika melakukan double penetration tanpa persiapan. Menyakitkan. Sangat.

Namun sangat menggiurkan. Dia juga tidak sabar untuk mencoba melakukan itu terhadap Taekwoon . Jaehwan ingin melakukan gaya yang biasa agar bisa melihat wajah Taekwoon saat dia memasuki pria cantik itu, tapi entah kenapa, menyerang dari belakang seperti ini rasanya lebih baik.

”Jaehwan, suruh -mu untuk melakukan pada yang satu ini,” tegur Wonshik dengan seringaian.

Jaehwan mengangguk. Dia menarik tali di punggung Taekwoon dan melepaskannya, seperti sedang mencambuk pria itu. ”Kau dengar apa katanya? Hmm? Lakukan, !” teriak Jaehwan.

Dengan langkah gontai dan tenaga yang tersisa, dia berjalan menghampiri Hongbin yang ada di hadapannya. Jaehwan yang merasa belum puas belum menghancurkan sang lead vocal segera memukul pantat pria itu dengan keras.

Plak.

”Jangan jalan lambat seperti itu, bahkan kura-kura bisa lebih baik darimu, it !” seru Jaehwan. Taekwoon mencoba untuk mempercepat langkahnya dan menghampiri Hongbin. Kepalanya sekarang sudah tepat berada di kejantanan Hongbin yang terus mengeluarkan precum dan begitu merah karena sesak.

Slurp.

Lidahnya terjulur untuk mencicipi apa yang ada di hadapannya. ”Ahhh~” Hongbin mendesah saat lidah Taekwoon menjilatinya. Dia hampir lupa dengan rasa sakit pada bagian bawahnya yang lain. Hampir. Karena Wonshik memastikan bahwa dia akan terus mengingat rasa sakitnya. Penyanyi senior itu kembali memaksa masuk ke dalam dinding sempitnya. ”Ahh…ahh….urgh…”

Taekwoon terus melakukan kegiatannya untuk menjilati milik Hongbin. Mulutnya kemudian melahap milik Hongbin yang besar itu ke dalam mulutnya. Dia sempat tersedak akibat gerakan Wonshik yang berada di belakang sang magnae. Setelah mulai terbiasa dengan kecepatan Wonshik, tiba-tiba saja dirinya serasa terbagi dua.

”ARGNGHH!” teriaknya. Karena itu mulutnya terlepas dari milik Hongbin, tapi tidak dengan tangannya. Detik berikutnya kepalanya didorong secara paksa untuk kembali melahap kejantanan Hongbin membuat dirinya tersedak.

”Dasar, sepertinya kau harus banyak diberi pelajaran. Cih,” desis Jaehwan.

Wonshik hanya menyeringai. ”Sudah, sudah, ahh…Yun, biarkan saja, urgh, dia, aish, kau ketat sekali, Hongbin,” ucap Wonshik.

”Wonshikie…oh…kau selesaikan saja…ah…urusanmu dengan….hah…-mu…oh…” racau Jaehwan.

Dia mendorong miliknya masuk ke dalam dinding ketat Taekwoon yang masih berisi . Getaran  yang dikeluarkan dari itu memberikan sensasi tambahan ke dalam dirinya, membuatnya seolah melihat bintang-bintang. Sudah begitu lama dia tak merasakan hal ini.

Gerakan in dan out dari Jaehwan membuat Taekwoon harus bisa menahan dirinya agar tidak tersedak dengan kejantanan Hongbin di dalam mulutnya. Hongbin sendiri harus dikatakan yang paling beruntung dan sekaligus yang paling tersiksa. Dia mendapatkan kenikmatan dari dua sisi, depan dan belakang, tapi dia tak bisa mengeluarkan enya membuat dia semakin sesak.

Wonshik kemudian menjulurkan lidahnya, menjilati leher Hongbin yang terekspos di hadapannya. ”Ahh…urng…” desah Hongbin. Sang penyanyi senior itu juga kemudian mengikuti Jaehwan untuk menggigit leher Hongbin hingga berdarah dan menghisap cairan merah tersebut.

Merasa sedikit kurang, Wonshik memerintahkan Taekwoon untuk melepaskan dirinya dari Hongbin yang dituruti dengan tanpa perlawanan oleh sang lead vocal. Dia kemudian memosisikan Hongbin seperti dengan Taekwoon , doggy style. Dengan ini dia bisa berhadapan dengan Jaehwan dan kedua uke mereka saling berhadapan.

”Cium!” perintah Wonshik.

Dua pria yang sudah hampir kehilangan energinya itu menatap satu sama lain dengan mata sendu. Tangan Taekwoon perlahan meraih wajah Hongbin dan mencium magnae-nya itu dengan lembut. Ciuman lembut itu kemudian berubah menjadi ciuman ganas saat keduanya saling memperebutkan dominasi. Jaehwan dan Wonshik menyengir, menikmati pemandangan seksi itu.

Seolah tak puas, Taekwoon kemudian bergerak ke leher Hongbin begitu pula yang dilakukan oleh sang magnae. Mereka saling mencicipi leher satu sama lain, menggigitnya, memberikan sebuah sentuhan. Selama 2 jam ke depan, ruangan itu dipenuhi oleh suara kulit saling bersatu, desahan, dan erangan nikmat. 2 jam yang dipenuhi dengan hawa nafsu terhadap satu sama lain.

.

.

Wonshik masih mengingat itu adalah malam pertama bagi mereka berempat. Semua bermula karena dia merasa ada yang kurang di dalam hubungannya dengan Jaehwan dan jadilah dia melakukan hal gila itu. Jaehwan bertanya bagaimana Wonshik bisa meyakinkan dua membernya itu untuk ikut serta. Wonshik tak menjawabnya. Dia hanya menyimpan untuk dirinya sendiri.

Jawabannya mudah. Dua member itu mencintai mereka, dirinya dan Jaehwan. Semua bermula saat Wonshik sedang menunggu Jaehwan di dorm. Dia yang heran mendengar suara asing di dorm, kemudian mencoba menyelidikinya. Dia cukup terkejut melihat apa yang dia temukan di kamar member tertua DBSK itu. Sang lead vocal dan sang magnae tengah bercumbu. Jika hanya bercumbu, Wonshik akan mengabaikannya dan tak akan menganggu, tapi detik berikutnya, dia mendengar namanya dan Jaehwan disebut.

Dan detik berikutnya ide itu muncul. Tentu saja dengan bujukan dan obat perangsang, akhirnya kedua member itu setuju. Setelah malam itu, malam-malam lainnya bersusulan. Namun, Wonshik sudah mulai merasa bahwa hubungannya dengan Jaehwan sudah berbeda. Bahwa mereka sekarang sudah tahu apa yang sebenarnya kurang.

Malam itu, setelah melakukan kegiatan foursome seperti biasa, dia yang haus hendak mengambil minuman. Di dalam perjalanannya menuju ke dapur, dia melihat pintu balkon yang terbuka. Tahulah dia bahwa ini adalah malam untuk meluruskan semuanya. Dia segera memakai boxer dan kemeja putih untuk menutupi dirinya dan menghampiri kekasihnya itu.

Jaehwan sedang bersandar pada teralis balkon sementara matanya sedang menatap ke arah langit malam. Dia hanya memakai wife beater dan boxer. Tangannya memegang sesuatu yang mengeluarkan asap dan Wonshik tahu bahwa kekasihnya itu sedang merokok.

”Aku tidak tahu kau merokok,” ucap Wonshik dengan lembut. Jaehwan sedikit tersentak kaget dan menatap ke arah Wonshik yang bersandar pada teralis di samping kirinya.

”Memang tidak,” jawab Jaehwan. Kepalanya kembali menatap ke arah langit. ”Aku hanya ingin mencobanya sekali saja.”

Mereka berdua terdiam selama beberapa saat sebelum Wonshik menghancurkan keheningan mereka. ”Jadi kurasa, inilah akhir untuk kita, benar Yun?”

Jaehwan mematikan rokoknya dan membuangnya ke tong sampah di dekat mereka. Dia memutar badannya sehingga posisinya sama seperti Dong Wook, bersandar pada teralis sehingga dapat melihat ke dalam kamar hotel, melihat Hongbin dan Taekwoon yang tengah tertidur. ”Aku selalu mencintaimu, Wonshikie. Selalu dan akan.”

Wonshik mengangguk. ”Iya, aku juga, tapi kurasa harga diri kita terlalu tinggi untuk menjadi seorang uke, ya?” ucapnya dengan tenang.

”Kau tahu bukan itu alasannya,” balas Jaehwan. Kedua pria itu menatap lembut ke arah dua pria lain yang tengah tertidur di atas tempat tidur setelah kelelahan tenaganya diperas oleh mereka.

”Sepertinya mereka sudah berhasil masuk ke dalam diri kita, bukankah begitu?” Jaehwan terdiam. Wonshik tersenyum tipis tahu apa jawaban dari pertanyaannya. ”Baiklah, kurasa ini benar-benar akan menjadi akhir bagi kita.” Dia menarik Jaehwan hingga bibir mereka bertemu. Hanya saling menempel. Sebuah ciuman terakhir. Keduanya tak meminta lebih. Mata terpejam untuk menikmati satu sama lain untuk sementara.

”Saranghae,” bisik keduanya bersamaan.

Mereka kemudian terkekeh. ”Baiklah, aku akan bawa Taekwoon ke kamar dulu,” ucap Jaehwan. Wonshik hanya mengangguk. Dia menatap punggung Jaehwan yang berjalan ke dalam hotel. Dia membalikkan tubuhnya dengan cepat sehingga sekarang matanya menatap ke arah lampu-lampu jalan yang bersinar indahnya. Tak terasa bulir bening membasahi pipinya. Dia tidak tahu bahwa saat Jaehwan berjalan ke dalam kamar hotel, hal yang sama juga terjadi pada mantan kekasihnya itu.

.

Dua jiwa yang saling mencintai, tak bisa bersatu karena benang takdir yang terputus, tersambung pada ujung yang berlainan.

Sebuah perjalanan baru menanti mereka dengan jiwa yang berbeda.

.

The End.

.

.

Omake:

”Nggh,” Hongbin mengerang di dalam mimpinya. Matanya perlahan terbuka dan melihat Wonshik sedang terbaring di sampingnya, masih dalam keadaan sadar. ”Dong Wook-shi?” panggil Hongbin perlahan.

”Ne?” tanya Wonshik dengan sebuah senyum lembut.

”Kau baik-baik saja?”

Wonshik mengangguk. Dia tersenyum kemudian mengecup kening Hongbin, hal yang tak pernah dia lakukan sebelumnya. ”Tidurlah, kau besok ada jadwal yang ketat, aku tak mau Jaehwan memarahiku karena kau masih tak kuat,” bisiknya.

Entah kenapa saat mendengar nama Jaehwan, ekspresi Hongbin berubah menjadi sendu, seolah teringat bahwa dirinya tak lebih dari pelampiasan nafsu dari orang yang dia cintai. Dia mencengkram kemeja putih Wonshik dengan keras, kepalanya bersandar pada dada bidang penyanyi senior itu. Hatinya terasa sakit mengingat bahwa pria yang sedang bersamanya sekarang tidak bisa dia miliki. Jika saja Tuhan mau mendengar permintaannya untuk ulang tahunnya malam ini. Dia ingin agar pria yang sedang mendekapnya ini memiliki sedikit rasa terhadap dirinya. Meski sedikit, asal dia berada di dalam hatinya, Hongbin tak keberatan.

Tak berapa lama sang magnae kembali tertidur membuat Wonshik tersenyum lembut. Dia mendekatkan kepalanya perlahan ke arah sang magnae kemudian mengarahkan bibirnya ke lembaran merah yang menggoda itu. Dia mengecup bibir Hongbin dengan lembut, tanpa nafsu. Ketika terlepas dari bibir ranum itu, Wonshik tersenyum. Tangannya mengelus bibir Hongbin sementara mulutnya mengutarkan satu kalimat. ”Selamat ulang tahun, Minku,” bisiknya.

Wonshik tidak tahu bahwa saat dia mengucapkan hal itu, jam di ruangan mereka menunjukkan jam 00.01.

Oh, dan Hongbin juga belum tahu bahwa permintaannya akan terkabul. Ah, malam yang indah untuk memulai hari yang indah bukan?

.

The End

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annah_13 #1
Chapter 12: