SADISTIC

Wild Imagination by doubleAA10
2 orang yeojya berkemeja putih lengan pendek dan memakai rok hijau terlihat sedang berjalan di lorong sekolah lantai 1. Saat itu, hari sudah sore dan para murid sudah pulang ke rumah masing-masing. Beberapa masih tinggal untuk ikut kelas tambahan dan klub contohnya 2 yeojya ini yang baru saja keluar dari ruang memasak. Salah seorang dari yeojya itu mulai berbicara, ”Eh, kau dengar bunyi aneh dari ruang musik tidak?”
 
”Ne, padahal ruang musik itu kan sudah ditutup ya?” angguk temannya.
 
”Serem. Katanya sih ada yang bilang kalau di sana ada roh anak yang bunuh diri karena ditindas teman-temannya.” lanjut yeojya yang tadi.
 
Temannya bergidik ngeri dan segera memeluk tubuhnya yang mulai mendingin. ”Ah, sudahlah jangan bicara yang seram-seram, aku jadi takut tahu!”
 
Bruk.
 
Karena tidak hati-hati yeojya yang pertama menabrak pundak seseorang –seorang mahasiswa dengan postur tegap dan wajah tampan. ”Eh, Jaehwan -shi?”
 
Namja yang bernama Jaehwan tersenyum lembut ke arah 2 yeojya itu memperlihatkan lesung pipinya yang memukau. ”Mianhae, aku tidak sengaja.” ujar Jaehwan .
 
”Ah, gwenchana Jaehwan -shi.” ujar yeojya itu dengan nada manja. ”Kau tidak pulang?” sambung yeojya itu lagi.
 
”Ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan dulu. Kalian lebih baik pulang, hari sudah semakin gelap. Tidak baik yeojya pulang malam-malam, arasso?” Perkataannya disambung dengan senyum yang bisa membuat kedua yeojya tersebut melambung ke langit tertinggi. Dengan patuh kedua yeojya itu segera mengangguk dan berlalu dari hadapan Jaehwan .
 
”Aigoo, ketua Osis Jaehwan itu tampan sekali ya.”
 
”Iya, udah tampan, pintar, dia juga berasal dari keluarga kaya lagi, dan dia juga baik hati. Beruntung sekali ya yang jadi pacarnya.”
 
Tanpa mereka sadari sebuah seringaian terpasang di wajah Jaehwan ketika mendengar perkataan mereka.
 
Srag.
 
Pintu geser ruangan musik terbuka oleh Jaehwan . Setelah kakinya melangkah masuk ke dalam, dia kembali menutup pintu tersebut dan menguncinya, tidak ingin ada yang masuk. Semua jendela juga sudah dia tutup agar tak ada yang bisa mengintip. Ketika cahaya akhirnya memenuhi ruangan yang tadinya gelap itu, Jaehwan mencoba menyesuaikan pandangannya. Ruangan musik itu kosong, tak ada apapun kecuali sebuah piano tua yang sudah lama tak digunakan dan sebuah meja guru.
 
Krosak. Drr…
 
Jaehwan pun berbalik dan melihat asal dari sumber suara. Sebuah senyuman terpasang di wajahnya ketika melihat yang ada di hadapannya sekarang. Di hadapannya sekarang terdapat seorang namja yang hanya memakai sebuah kemeja yang ukurannya lebih besar daripada tubuh rampingnya karena kemeja tersebut sedikit longgar. Dia tak memakai celana memperlihatkan paha putihnya yang mulus dan menggoda iman. Bibir merahnya diikat oleh sebuah dasi berwarna hitam. Kedua tangannya berada di belakang namja itu terikat oleh borgol begitu pula dengan pergelangan kakinya. Matanya sendiri ditutup oleh sebuah sapu tangan jadi siapapun tak bisa melihat matanya yang indah.
 
Drap. Drap.
 
Setiap langkah yang diambil Jaehwan membuat namja Snow White itu gemetar mengantisipasi apa yang akan dilakukan oleh sang ketua osis. Begitu sampai di depan namja yang tadi terbaring tak berdaya di atas sebuah kemeja agar badannya tak langsung menyentuh lantai yang dingin, Jaehwan segera membuka ikatan di matanya memperlihatkan orbs hitam kecokelatan yang begitu bening. Sepasang mata itu dipenuhi oleh nafsu dan sayu. Air mata mengalir di pipinya sementara wajahnya dipenuhi oleh peluh keringat.
 
”Urm…urm…” Namja itu mencoba untuk berbicara namun karena mulutnya terikat, apa yang diucapkannya tidak jelas membuat Jaehwan hanya tersenyum melihatnya.
 
Perlahan, Jaehwan pun melepaskan ikatan dasi di mulut namja itu. Sebelum sempat mengucapkan apa-apa, bibir sang namja sudah dibungkam oleh Jaehwan . Lidah Jaehwan menjilat-jilat bibir namja itu, merasakan manisnya bibir tersebut. Dia mencoba masuk ke dalam namun namja tersebut masih bersikeras mempertahankan dirinya. Gigitan kecil terhadap bibir bawah sang namja membuatnya akhirnya terpaksa membuka mulutnya karena sakit dan tentunya Jaehwan tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk masuk ke dalam. Dengan lihai, lidah Jaehwan bertarung dengan lidah sang pemilik rumah yang tentu saja dimenangkan oleh sang ketua OSIS. Lidahnya sekarang sedang mengeksplor setiap inci dari bibir tersebut, mengabsen satu-satu gigi yang ada di dalamnya.
 
Kedua tangan Jaehwan tak tinggal diam. Tangan kanannya mengelus sang namja yang masih tersembunyi di dalam kemeja putih. Sementara tangan kirinya mulai bergerak masuk menyelinap ke dalam kemeja tersebut dan meraba setiap inci dari tubuh namja yang lebih kecil darinya. ”Hmm…ah…” desahan keluar dari bibir namja itu di sela-sela ciuman mereka. ”Hah…hah…ahh…~” Ketika akhirnya tangan kiri Jaehwan memilin milik namja itu, desahan nikmat kembali keluar dari miliknya.
 
Bibir mereka akhirnya terlepas, saliva terlihat saling bertautan satu sama lain. Mata sang namja tertutup mencoba untuk mengatur nafasnya. Tangan kanan Jaehwan menyentuh pipi kiri sang namja dengan lembut. ”Taekwoon-ah. Bummie.” Merasa namanya dipanggil, namja yang bernama Taekwoon kembali membuka matanya dan menatap tajam ke arah Jaehwan .
 
”Choi Jaehwan ! Lepaskan ah~” ucapannya terhenti ketika bibir Jaehwan menyentuh leher putihnya yang begitu mulus dan menggoda. ”Ahh…hah…” Desahan demi desahan dikeluarkan ketika Jaehwan menggigit lehernya menghasilkan tanda-tanda merah dan ungu di lehernya. ”Hmm…ah…” Sementara itu, tangan kanan Jaehwan dengan ahli membuka kancing-kancing kemeja yang menutupi tubuh indah di bawahnya. ”Nnghh…”
 
Bibir Jaehwan bergerak ke bawah dengan gerakan perlahan, menikmati setiap inci dari tubuh Taekwoon. Leher. Pundak. Dan sekarang lidahnya berada di kanan Taekwoon yang sudah mulai menegang. Lidahnya menjilati tersebut seperti seorang bayi yang ingin minum susu dari ibunya. Tangan kanannya memilin kiri Taekwoon sementara dua jari dari tangan kanannya dimasukkan ke dalam bibir Taekwoon yang langsung dijilat dan diemut oleh Taekwoon.
 
”Hah…nnn…ahhh…S…top…hah”
 
Bibir Jaehwan sekarang turun ke perut Taekwoon yang polos memberikan beberapa gigitan-gigitan merah membuat tubuh Taekwoon sedikit melengkung ke atas meminta lebih dari sentuhan Jaehwan . Lidah Jaehwan menjilati setiap tubuh Taekwoon yang sudah mulai dipenuhi keringat. Rasanya sedikit asin, namun nikmat bagi Jaehwan .
 
”S…stop…hah.”
 
”Kau menyuruhku berhenti namun lihat betapa kau sudah menegang seperti ini.” ejek Jaehwan ketika sekarang dirinya sudah berada di depan kejantanan Taekwoon yang mulai mengeluarkan cairan precumnya. Tangan kiri Jaehwan sudah ditariknya dan sekarang sedang memberikan sentuhan halus kepada milik Taekwoon yang terdapat sebuah ring menahan Taekwoon untuk tidak bisa e.
 
Gerakan Jaehwan tiba-tiba terhenti membuat Taekwoon mengerang. ”Hah…”
 
”Kau memintaku berhenti kan? Sekarang aku sudah berhenti.” desis Jaehwan . Seringaian tak pernah lepas dari wajahnya. Taekwoon hanya bisa menatap Jaehwan dengan tatapan memelas meminta sang ketua OSIS untuk melanjutkannya lagi. ”Kenapa? Bukannya kau ingin aku berhenti?”
 
Taekwoon menggigit bibirnya, berpikir keras apakah dia harus mengatakannya atau tidak. ”Kalau kau tidak mengatakan apa-apa, aku akan meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini sampai besok pagi dan membiarkan penjaga sekolah menemukanmu. Siapa yang tahu? Mungkin mereka malah tertarik untuk melakukannya denganmu saat itu juga.”
 
Mata Taekwoon membesar mendengar ancaman Jaehwan yang serius. Dia tetap menggigit bibirnya sampai terdapat luka di bibir bawahnya. Perlahan dia mengangguk pelan. ”Please?” ujarnya pelan. Dia menelan ludah dan mengulang perkataannya. ”Please?”
 
Jaehwan tersenyum. Kedua tangannya dilipat di depan dadanya menyaksikan seorang Kim Taekwoon mencoba memohon pada dirinya. ”Please apa, Taekwoon-shi?”
 
Taekwoon menundukkan kepalanya dan berbisik pelan. ”Please me.”
 
”Maaf?” Jaehwan mengangkat alisnya meminta Taekwoon untuk mengulang permintaannya.
 
”Please me!”
 
Tanpa peringatan, Jaehwan segera melumat bibir Taekwoon dengan ganas. Tangan kanannya memainkan twinsball Taekwoon dengan lihai mendatangkan desahan dari bibir merah ranum milik Taekwoon di sela-sela ciuman panas mereka. ”Ahhh…hah…”
 
Ketika Jaehwan melepas ciuman mereka, dia menarik dirinya dan membuka ikatan pada kaki Taekwoon, tapi sebelumnya dia memberi peringatan. ”Kalau kau macam-macam, aku akan menghentikan semuanya saat ini juga dan meninggalkanmu dengan yang menyala maksimum di dalam holemu.” Taekwoon mengangguk dengan lemah. Tersenyum puas, Jaehwan melepaskan ikatan Taekwoon dan membuka kakinya lebar-lebar sehingga sekarang hole pink milik Taekwoon terlihat jelas di depannya. Jaehwan menjilat bibirnya yang mulai mengering. Kepala Jaehwan sedikit menunduk dan segera menjilat bagian paha yang dekat dengan selangkangannya. Kedua tangan Jaehwan masih setia memegang dengan erat kedua kaki Taekwoon untuk merentangkannya.
 
Slurp. Slurp.
 
”Ahh…hah…” Taekwoon menggigit bibirnya mencoba menahan desahan dari dirinya.
 
”Keluarkan saja (jilat), Bummie. Aku ingin mendengar (jilat) desahanmu.”
 
”Hah…argh…nggghh…ahhh…”
 
Hole Taekwoon yang sudah diisi oleh terlihat sudah melebar membuat Jaehwan tersenyum puas. Dia menarik tersebut dengan hati membuat badan Taekwoon sedikit melengkung dan menggeliat pelan. ”Hmm…ahhh…”
 
”Hmm…such a ty hole.” Jaehwan mulai membuka celana seragamnya dan melemparkannya entah ke mana. Dia menurunkan boxernya dan kemudian kejantannya akhirnya terlepas dari kesesakan tadi. Milik Jaehwan tentunya lebih besar dari punya Taekwoon membuat namja yang masih terikat itu harus meneguk ludah membayangkan bahwa kejantanan Jaehwan akan masuk ke dalamnya nanti. ”Karena kau sudah dipersiapkan, kurasa aku tidak perlu mempersiapkanmu lagi kan?”
 
Taekwoon hanya mengangguk pelan, lagipula dia juga sudah tidak tahan lagi. Dia sangat menginginkan milik Jaehwan di dalamnya saat ini juga. ”Arghhhh….urgh…” teriak Taekwoon ketika Jaehwan memasukkan miliknya ke dalam dindingnya yang sempit. Kedua kaki Taekwoon melingkar di pinggang Jaehwan sementara Jaehwan setengah berdiri untuk bisa menyesuaikan dirinya. ”Argh….hah…ahhhhh~” Jaehwan berhasil menyentuh titik prostat Taekwoon setelah beberapa kali sentakan.
 
Taekwoon merasa holenya mulai penuh ketika milik Jaehwan semakin membesar dan mengeluarkan precumnya. Dia sendiri sudah ingin melakukan e dari tadi, tetapi dengan ring yang menghalangi dirinya, mau tidak mau dia harus menunggu sampai Jaehwan sudah mau mencapai enya. ”Shii…wonhh….ssshhh…aaahhh…cumh…puh..lease?”
 
”Sebentar lagi, Bummie…ah…you’re..ah..tight..as usual…hahh…”
 
Kurang lebih 10 menit kemudian, Jaehwan akhirnya menarik ring dari kejantanan Taekwoon. Begitu dilepas, Taekwoon langsung mengeluarkan cairan putih miliknya disusul oleh Jaehwan . Cairan putih dari Taekwoon menyebar ke bagian perutnya yang sudah tak tertutup sehelai benangpun dan mengotori kemeja Jaehwan . Badan Jaehwan sedikit menunduk untuk mencoba mengatur nafasnya.
 
”Hah…hah…” Jaehwan memeluk tubuh Taekwoon dengan pelan dan mengangkat dirinya dengan Taekwoon yang masih saling berhubungan. Taekwoon tak mengerti dengan tindakan Jaehwan , tapi dia tahu untuk lebih baik mengikuti si ketua OSIS. Dia menyandarkan kepalanya di pundak kanan Jaehwan agar tidak terjatuh karena tangannya masih setia terikat di balik punggungnya.
 
Akhirnya Jaehwan duduk di atas kursi piano dengan hole Taekwoon masih mendekap juniornya dengan ketat. Setelah duduk di atas kursi dengan Taekwoon berada di dalam pangkuannya, Jaehwan segera melahap bibir Taekwoon dengan ganas. ”Hmm…ahh…” Taekwoon membalas ciuman Jaehwan , tak ingin membiarkan sang ketua OSIS memenangkan pertarungan ini tanpa perlawanan. Namun tentu saja Taekwoon kalah karena Jaehwan memilin Taekwoon mendatangkan erangan sehingga bibirnya sedikit terbuka. ”Hah…hahh…”
 
Jaehwan menyeringai ketika ciuman mereka dilepas. Sungguh indah apa yang dilihatnya sekarang. Rambut hitam Taekwoon yang pendek terlihat basah karena keringat. Pendingin dalam ruangan itu disetel Jaehwan sesuai dengan suhu ruangan agar tidak terlalu dingin ataupun panas, namun kegiatan mereka terlalu ’panas’ sehingga pendingin itu tidak terlalu berguna. Bibir Taekwoon yang merah mulai membengkak karena terus-terusan dilumat oleh Jaehwan . Pipi Taekwoon mulai memerah dan sungguh saat ini Taekwoon terlihat imut sekali di mata Jaehwan . Matanya terlihat sayu, namun Jaehwan bisa melihat nafsu di baliknya.
 
Lidah Jaehwan menjilat daun telinga Taekwoon dan kemudian berbisik. ”Ride me, Bummie.” Jaehwan membuka borgol di tangan Taekwoon dengan kunci yang dikeluarkannya dari tangannya seperti seorang pesulap. Taekwoon mengangguk, tak ingin berargumen. Kedua tangan Taekwoon diletakkan pada pundak Jaehwan untuk menjadi pegangan. Perlahan tangan Taekwoon menekan pundak Jaehwan dan menaikkan badannya dengan susah payah. Jaehwan membantu Snow White dengan meletakkan kedua tangannya di pinggang Taekwoon dan membantunya menaikkan badannya.
 
Begitu Taekwoon terangkat hingga ujung junior Jaehwan berada tepat di depan holenya, Taekwoon segera menurunkan dirinya sehingga dindingnya langsung mendekap junior Jaehwan dengan cepat tanpa aba-aba. ”Arghh…” Taekwoon terus melakukan kegiatannya beberapa kali, namun karena tenaganya sudah mulai habis, dia pun akhirnya berhenti sejenak. ”Wonh..Wonnie…akuh…lelah…hah…”
 
Jaehwan mengangguk dan kemudian mengangkat Taekwoon tanpa mengeluarkan juniornya yang sudah mulai membesar dari hole Taekwoon. Sembari berjalan ke arah meja, bibir mereka saling bertaut. Kedua tangan Taekwoon melingkar di leher Jaehwan untuk memperdalam ciuman mereka sementara tangan Jaehwan berada di pantat Taekwoon dan memapahnya agar tidak bergulir jatuh.
 
Brag.
 
Dengan sedikit kasar, Jaehwan menjatuhkan tubuh Taekwoon di atas meja dan membaringkannya. Kedua kaki Taekwoon melingkar di pinggang Jaehwan dan Jaehwan segera memajumundurkan miliknya untuk mendapat gesekan-gesekan dari dinding Taekwoon. Taekwoon sendiri sudah hampir e terlebih ketika titik prostatnya terus menerus ditusuk oleh Jaehwan . ”Errm…ahh..Wonnie, ghhh~”
 
”Mee…tooohhh…ahhh.” Akhirnya merekapun mencapai e dan cairan putih yang berada di dalam hole Taekwoon perlahan menetes keluar mengotori lantai karena hole Taekwoon begitu penuh dengan cairan putih dan junior Jaehwan . Tubuh Taekwoon sendiri sudah dilukisi oleh cairan putih miliknya sendiri. Jaehwan menjilati cairan putih di tubuh Taekwoon dengan lembut. Perlahan naik ke atas sampai akhirnya kedua bibir mereka saling bertemu.
 
Taekwoon melingkarkan tangannya di leher Jaehwan dan menarik ketua OSIS itu ke dalam ciuman panas mereka sekali lagi.
 
”Hah…aku bisa membayangkan bagaimana wajah penjaga sekolah ketika melihat hasil perbuatan kita.” ujar Jaehwan sambil terkekeh pelan.
 
”Bukankah sudah tugasmu untuk memikirkan alasannya, Jaehwan -shi?” tanya Taekwoon dengan nada manja. ”Andai mereka tahu kalau ternyata kau ini seorang sadistic, bagaimana ya?” goda Taekwoon.
 
Jaehwan tertawa pelan. ”Khekhe…dan bagaimana kalau mereka tahu kau itu seorang masochist, Bummie-chagiya.”
 
Taekwoon memajukan bibirnya terlihat imut di wajah Jaehwan . Dia memberikan kecupan singkat di bibir Taekwoon dan menarik juniornya dari hole Taekwoon dengan perlahan. Cairan putih miliknya keluar perlahan dari hole Taekwoon. Dengan tenaga yang tersisa, Jaehwan mengambil kemeja yang ada di lantai untuk menutup tubuh Taekwoon. Taekwoon sendiri masih berada di atas meja mencoba membuat dirinya dalam posisi duduk.
 
Jaehwan menelan ludahnya ketika memutar dirinya dan melihat apa yang dilakukan oleh namjachingunya itu. Taekwoon yang masih duduk di atas meja berhadapan dengan Jaehwan memasukkan empat jarinya ke dalam holenya dan kemudian menjilat cairan putih yang berada di tangannya. Tak perlu waktu lama bagi Jaehwan untuk merasakan sesuatu di tengah selangakannya mulai menegang. Dia menjatuhkan kemeja yang digenggamnya ke atas lantai. ”Eh, Wonnie?” Jaehwan pun segera menerkam Taekwoon dan memulai sekali lagi kegiatan mereka di dalam ruangan musik itu.
 
.
 
.
 
Esok paginya.
 
”Aigo, anak zaman sekarang itu sukanya yang aneh-aneh.” Seorang namja dengan wajahnya yang tergolong kecil menggeleng-geleng kepalanya melihat ruang musik yang penuh dengan cairan putih dan bau dan seks di mana-mana.
 
Sepasang lengan melingkar di leher sang namja dengan wajah kecil tersebut. ”Yunnie, kayak kau dulu tidak saja.” ujar pemilik lengan itu yang adalah seorang namja cantik dengan nada manja.
 
Tiba-tiba terlintas sebuah ide di dalam pikiran namja yang lebih tampan itu dan itu berkaitan dengan ruangan musik dan namja cantik yang memeluknya sekarang.
 
Sepertinya tidak perlu dijelaskan lebih lanjut tentang apa yang terjadi di dalam ruang musik itu bukan?
 
.
 
.
 
”Tuh kan benar, ruang musik itu ada setannya. Sekarang saja terdengar bunyi ’Ah…hah…’ dari dalam sana.” 2 yeojya yang sama dengan kemarin melewati ruangan musik itu sekali lagi dan mendengar bunyi-bunyi aneh dari dalamnya.
 
”Kau benar. Lebih baik kita cepat-cepat pergi dari sini yuk!”
 
”Oohhh…hah…” 2 yeojya itu makin mempercepat langkahnya ketika mendengar bunyi terakhir itu.
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annah_13 #1
Chapter 12: