ANGEL’S WINGS

Wild Imagination by doubleAA10

Dia, Lee Jaehwan satu-satunya senior di Universitas ku yg mampu menyita perhatianku. Aku menyukainya, ah tidak, aku mencintainya. Aku mencintai semua yang melekat pada dirinya. Wajahnya terlihat sempurna dengan tulang rahang yang kokoh, matanya yang setajam elang seakan bisa menembus pikiran siapa saja yang berbicara dihadapannya dan kebaikan hatinya yang bisa membuat siapa saja terkesan termasuk aku.

Aku melihatnya di dalam salah satu ruang di pojok Universitasku yang terlihat lebih seperti gudang. Dia duduk di tengah ruangan menghadapi kanvas dan kuas di tangan kanannya sedangkan cat minyak di tangan kirinya. Aku sering mendengar bahwa Jaehwan tertarik dengan seni lukis dan saat ini aku melihatnya sedang melukis sesuatu. Aku mengamatinya lebih dekat, langkahku semakin masuk ke dalam ruangan tempat Jaehwan berada. Aku mengamati sosoknya yang lebih hidup saat dia berkonsentrasi pada karyanya. Alisnya saling bertaut saat dia mencoretkan kuas ke kanvasnya dan tangan kokohnya mantap memegang kuas. Aku seperti kehilangan oksigen untuk beberapa saat…

“Kenapa hanya berdiri? Kemarilah,” kata Jaehwan tiba tiba menoleh dan tersenyum padaku. Tuhan, ambil jiwaku sekarang…. Aku mohon…

Dia bangkit dari duduknya ketika dia menyadari bahwa aku hanya menatapnya kosong tanpa menyahut ucapannya. Dia menyodorkan sebuah bangku di depanku dan menarikku untuk duduk disampingnya.

“Baru kali ini ada seorang teman untuk menemaniku melukis,” ujar Jaehwan . Lagi-lagi dia tersenyum.

Aku hanya mengangguk kaku, berusaha mengendalikan diriku agar aku tidak pingsan ditempat. Konyol sekali kalau itu terjadi.

Dia kemudian melanjutkan kegiatannya melukis. Aku menatap tangannya yang menari di atas kanvas mencoretkan cat dan menghasilkan sebuah karya. Sungguh, bermimpi pun aku tidak berani untuk memimpikan hal ini. Untuk beberapa saat Jaehwan terlihat sangat serius, lagi-lagi sesekali alisnya bertaut melihat karyanya. Aku sangat mengagumi wajah seriusnya seperti ini.

“Apa yg kau lukis?” Tanya ku memberanikan diri mengeluarkan suara dari mulutku yang mungkin lebih terdengar bisikan daripada berbicara. Aku memandang lukisan Jaehwan yang hampir selesai. Sebuah bunga di antara gunung salju, hanya ada satu bunga. Aku mengernyit tak mengerti.

Jaehwan tersenyum pada lukisannya dan menoleh memandangku.

“Kau.” kata Jaehwan singkat lalu melanjutkan aktivitasnya lagi

“Aku? Apa maksudmu?” tanyaku benar-benar bingung.

“Kau adalah bunga Edelweis yang meski berada di gunung bersalju yang sangat dingin tapi tetap terlihat tegap berdiri. Kau adalah bunga Edelweis yang memaksa orang-orang yang ingin menggapaimu harus melalui lereng dan jalan yang terjal.” sahut Jaehwan matanya terpaku pada lukisannya seakan jiwanya berada di dalam sana.

Aku tahu saat ini aku sedang menganga parah. Aku tidak mengerti apa yang dimaksud Jaehwan , meski aku sangat senang mendengar kata-katanya tadi bahwa aku adalah bunga Edelweis yang ada di lukisannya. Tapi kenapa aku? Selama ini aku bahkan hanya melihat dan mengagumi sosoknya dari jauh dan aku yakin Jaehwan juga tak merasakan keberadaan ku. Jika dipikir aku seperti seorang stalker.

“Saranghae.” ujar ku refleks. Aku menekap mulutku segera, sadar akan kebodohanku.

Jaehwan menoleh menatap ku lekat. Mata elangnya seakan mencari kebenaran di balik perkataan ku tadi. Aku menahan nafas untuk beberapa detik. Menyadari bahwa aku bisa sedekat ini dengan Jaehwan adalah suatu hal yg mustahil.

“Nado saranghae” Jaehwan menyunggingkan senyumnya. Tampan sekali…

“Eh?” mataku membulat menatap Jaehwan . Benarkah tadi dia bilang dia juga mencintaiku? Aku tidak salah dengarkan? “Tapi… Mengapa kau mencintaiku? Aku bahkan tidak pernah berbicara padamu kecuali…. Saat ini…”

“Adakah alasan untuk seseorang mencintai orang lain?” Jaehwan melanjutkan lukisannya dan tersenyum.

Seketika hatiku seperti ditumbuhi beribu ribu bunga Edelweis.

———————————–

Aku seperti orang yang paling bahagia di dunia ini. Aku tak tahu bahwa rasanya mendapatkan sesuatu yang diinginkan akan sangat menyenangkan seperti ini. Aku menatap Jaehwan yang sedang berjalan di sampingku dan menggenggam tanganku. Sosoknya yang sempurna kini dengan mudah aku rengkuh. Aku menghirup nafas dalam-dalam merasakan bahwa aku berada di dalam dunia nyata tidak sedang dalam bermimpi.

“Wae ireohke deoweo? Musim panas saat ini Seoul benar-benar mengerahkan kemampuannya dengan sangat baik, nde?” ujar Jaehwan tersenyum padaku sembari menggunakan telapak tangannya di depan wajahnya untuk menciptakan angin.

“Nde Yun~ panas sekali” kataku mengiyakan

“Ah~ kau mau ice cream? Duduklah di bangku itu. Aku akan membelikanmu.” kata Jaehwan tersenyum manis. Wajahnya yang tampan seakan berkali kali lipat hari ini. Aku mengangguk senang dan berjalan untuk duduk di bangku taman yang ditunjuk Jaehwan . Aku mengamati punggungnya yang menjauh menyebrang jalan menghampiri penjual ice cream…

BRAK

Aku seperti terhipnotis melihat tubuh Jaehwan terpelanting ditabrak sebuah bus. Tubuh Jaehwan terjatuh beberapa meter dari tempat ia ditabrak. Seketika kerumunan orang mengerubungi Jaehwan yang tergeletak. Aku berjalan terseok menghampirinya. Ini mimpi kan? Benar ini mimpi. Tapi mengapa terlihat nyata…

Aku menghampiri kerumunan orang dan menerobos agar bisa melihat Jaehwan dengan lebih jelas. Sosoknya yang tegap kini terbujur dengan bersimbah darah, wajahnya yang tampan sebagian tertutup oleh darah segar yang mengalir dari pelipis dan hidungnya dan bau amis darah menyeruak memasuki rongga hidungku. Memaksaku tersadar bahwa ini bukan mimpi, bahwa oksigen yg tadi aku hirup bersama Jaehwan kini digantikan oleh bau amis darah Jaehwan .

Dan ini terjadi pada kencan pertamaku.

———————————-

Aku, Kim Jae Joong bersumpah bahwa separuh nyawaku dibawa oleh Lee Jaehwan . Tidak ada yg bisa menggantikan sosoknya. Aku menatap pemandangan dibawahku mantap. Kakiku menjejak pada pinggiran atap kampusku. Aku melangkahkan kakiku dengan mantap ke udara…

“Kau pikir kau bisa menyusulnya dengan bunuh diri terjun dari atap kampusmu?”

Aku menoleh cepat ke belakang. Mendapati sosok lelaki tinggi, berwajah tirus dan rambutnya tergerak di tiup angin. Dia memajukan langkahnya mendekatiku. Dia menatapku dari atas sampai bawah. Menyebalkan.

“Bukan urusanmu” kataku cepat. Aku membalikkan badanku lagi, menatap mantap pada lahan parkir di bawah sana. Aku akan menyusulmu, Yunnie…

“Aku bisa mengulang waktu dengan kekuatanku. Aku bisa membuatnya hidup kembali…” kata lelaki itu tenang. Seketika aku membalikan badanku dan menatapnya lekat. Aku yakin dia berbohong. Membalikkan waktu? Itu tidak mungkin!

“Geotjimal,” sergah ku cepat.

“Kau meragukan kemampuanku? Hahaha.” Lelaki itu tergelak seakan perkataanku adalah candaan yang paling lucu “Aku Lee Hongbin . Jika omonganku tak terbukti, kau boleh membunuhku”

Aku menatap profilnya menyelidik. Sebagian diriku tidak percaya padanya tapi menghidupkan Jaehwan lagi dan kembali bersamanya itu adalah hal yang sangat kuinginkan.

“Kalau begitu lakukan.” kataku cepat

“Aku akan mengulang waktu setahun yang lalu saat kencan pertamamu. Tapi ada syaratnya, syaratnya adalah aku akan mengurangi waktu hidupmu satu tahun. Misalnya kau hidup 80 tahun maka kau akan meninggal pada saat umurmu 79 tahun.” kata Hongbin menatap ku. Pandangannya seakan mampu membunuh lawan bicaranya.

“Ah~ tidak masalah! Cepat lakukan!” kataku senang

“Pejamkan matamu” perintah Hongbin

Aku menuruti perintahnya menutup mataku tidak sabar bisa melihat Jaehwan hidup lagi. Itu akan sangat menyenangkan.

Tiba-tiba aku merasakan tubuhku berputar dan semuanya menjadi sangat panas dan terang. Aku membuka mataku dan mendapati diriku berjalan disamping sosok yg sangat aku inginkan. Aku kembali ke waktu kencan pertamaku! Lee Jaehwan tersenyum ke arahku dengan senyuman yg membuatku bahagia. Wajah tampannya pun tetap sama. Hongbin tidak berbohong, Jaehwan hidup kembali!

Aku memeluk lengannya erat. Lengan kokoh ini sangat nyata. Benar Jaehwan memang hidup kembali. Ah pria bernama Lee Hongbin itu ternyata membuktikan omongannya. Aku akan berterima kasih padanya saat aku bertemu lagi dengannya.

“Ah~ kau mau ice cream? Duduklah dibangku itu. Aku akan membelikanmu.” kata Jaehwan sembari menunjuk sebuah bangku. Aku terpaku, otakku bekerja dengan cepat melihat Jaehwan yg sudah akan menyebrang jalan untuk membelikanku ice cream. Ingatan ku kembali saat Jaehwan kecelakaan persis di tempat ini.

Aku berlari mengejar Jaehwan , berdoa agar aku bisa menyelamatkannya tepat pada waktunya. Nafasku tersengal tapi aku memaksa kakiku untuk berlari mengejar Jaehwan . Jaehwan melangkahkan kakinya menyebrang jalan raya, aku meneriakkan namanya ketika bus itu semakin mendekat pada Jaehwan . Tapi Jaehwan seakan tuli. Aku terus berlari hingga sampai di tempat Jaehwan menyebrang. Aku mendorong tubuh Jaehwan keras, Jaehwan terjatuh ke trotoar. Jaehwan , aku berhasil menyelamatkanmu!

BRAK

Aku merasakan tubuhku terpelanting dan terjatuh menabrak aspal jalan raya dengan keras. Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali. Darah mengalir dari pelipis, hidung dan mulutku. Nadiku sama sekali tak berdenyut.

Tiba-tiba aku merasakan kehadiran Lee Hongbin di antara kerumunan orang yg mengitari jenazahku. Mulutku tidak bisa bergerak dan mengeluarkan suara. Tapi aku bisa berbicara melalui roh ku dengan Lee Hongbin .

“Kenapa aku yg meninggal? Kau menipuku!” seruku

“Itu perjanjiannya dan kau sudah menyanggupi, Kim Jae Joong.” kata Hongbin tenang

“Perjanjian apa?”

“Syarat bahwa aku akan mengambil nyawamu setahun lebih cepat. Kau memang ditakdirkan meninggal jatuh dari atap kampusmu. Kau ingat saat kau ingin bunuh diri lompat dari atap kampusmu? Itu adalah tahun depan saat kau berusia 21 tahun dan kau sekarang berusia 20 tahun. Jadi tidak ada yg salah dengan itu kan? Dan bersyukurlah bahwa kau yg meninggal bukannya Jaehwan . Kelak dia akan menjadi seorang pelukis terkenal.” Kata Hongbin santai seakan kematian orang adalah hal yg biasa baginya.

“Sebenarnya siapa dirimu…?” tanyaku pelan.

“Kelak ketika kau sudah sampai ke alam mu, kau akan tau siapa aku.”

Hongbin tersenyum seraya meninggalkan jasadku yang tergeletak di tengah jalan raya dengan bersimbah darah…

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annah_13 #1
Chapter 12: