they saw the real HER

The Secret of her

 

Akhirnya aku memutuskan untuk pulang.

“kim, kau dimana?” teriakku ketika baru masuk rumah.

“aku di kamar.” Teriaknya balik, akupun segera mendatangi kamarnya.

“kim, aku pinjam mobilnya ya.” Tanyaku dengan puppy eyes.

“its OPPA! OP-PA! arasseo?” sahut manager.

“ara ara. Kim oppa, aku pinjam mobilnya ya.” Ulangku lagi, kali ini menggunakan oppa.

“mau kemana?” tanyanya yang langsung menghentikan kegiatannya melipat-lipat baju.

“mau shopping. Lagi bosen aku. Bingung mau ngapai. Boleh yaaaaaa, jebaaaaalllll” pintaku dengan puppy eyes mode maximal.

“oke. Jangan beli yang nggak penting. Oiya, jangan lupa beli sepatu, sepatu bututmu sudah waktunya dimuseumkan.” Katanya.

“iya iyaaaa. Kuncinya?” tanyaku sambil menengadahkan tangan.

“ini, sekalian isi tanki nya ya.” Katanya sambil melemparkan kuncinya kearahku.

Akupun melenggang pergi dari kamar manager. Aku segera ganti baju dengan mini skirt dan kaos lengan pendek gambar kucing. Akhirnya aku bisa memakai wedgesku, karena sehari-hari aku harus memakai sneaker. Akupun mengeluarkan mobil H*NDA C*TY dari garasi dan melajukannya ke mall. Aku segera menuju butik untuk membeli beberapa kemeja untuk kuliah dan baju santai, serta dua pasang wedges dan stiletto. Kemudian aku menuju ke stand C*N*ERSE untuk membeli dua sneaker sebagai ganti sneaker buntutku. Tidak terasa sudah jam setengah tujuh malam. Akupun segera keluar dari mall dan melaju ke pusat makanan jalanan dekat kampusku. Aku parkirkan mobilku dan aku segera memasuki kawasan yang ramai saat malam hari itu karena banyak pedagang makanan jalanan. Perutku sudah berkaraoke lagu LAPAR dan aku melihat toko Ramyeon, aku langsung membelokkan kakiku.

“ahjumma ramyeon porsi jumbo satu ya.” Pesanku ke ahjumma penjual ramyeon.

Toko itu sedang ramai, untung aku dapat tempat di bar dekat dengan ahjumma penjualnya. Ada beberapa orang yang bekerja di dapur dan ada beberapa pelayan yang melayani tamu atau membersihkan meja. Ketika aku sedang khitmat melihat dari kejauhan rameyon yang di buat oleh orang di dapur, tiba-tiba……

“hana?” Tanya orang dibelakangku.

“ah, youngmin?” tanyaku balik dan juga kaget.

“ini beneran hana?” youngmin masih tidak percaya.

“eungh, iya ini aku hana.” Jawabku ragu sambil memelankan suaraku.

“gongchan sini, ada hana!” teriak youngmin ke gongchan yang sedang membersihkan meja didekat pintu.

“wah, iya hana. Kamu beda” komentar gongchan ketika akhirnya mendekatiku.

“beda? Ah, pasti karena aku nggak pake kacamata ya?” tanyaku sambil tersenyum manis.

“ah ani ani. Kamu kelihatan cantik.” Sahut gongchan dan disambut anggukan setuju dari youngmin.

“ini cantik pesanannya.” Kata ahjumma sambil menyodorkan pesananku.

“wuaaaah, kamu pesan porsi jumbo????” youngmin sampai melotot tidak percaya.

“ah iya, aku lapar sekali.” Jawabku sembari mengambil sumpit.

“kamu mau minum apa?” tawar gongchan.

“ada air mineral botolan tidak?” tanyaku.

“ada, mau yang dingin apa biasa? Tanya gongchan.

“dingin aja.” Jawabku kemudian gongchan mengambilkan pesananku.

“memang porsi makanmu segini ya hana?” Tanya youngmin yang sepertinya masih tercengang.

“kalau mau ngobrol nanti saja selesai kalian kerja. Aku tungguin kok, gimana?” usulku, youngmin mengangguk setuju dan kemudian melanjutkan kerjanya.

Gongchan datang membawa pesananku dan akupun memakan ramyeon porsi jumboku. Ternyata enak sekali ramyeon disini. Beruntung aku membelokkan setir mobilku kesini. Akupun mencoba menu ramyeon yang lainnya tapi kali ini dengan porsi biasa. Total semuanya aku habis 1 ramyeon ukuran jumbo dan 2 mangkok ramyeon ukuran biasa, serta dua botol air mineral. Dan akhirnya jam kerja gongchan dan youngmin selesai sudah. Jam pun sudah menunjukkan jam sepuluh malam.

“kalian sudah lama kerja disini?” tanyaku ke gongchan dan youngmin.

“ini kedai keluargaku dan gongchan kerja disini. Rumahnya disebelah ini.” Jawab youngmin.

“aaaah arasseo. Padahal kalian terlihat seperti saudara, tapi kenapa anak-anak dikampus bisa bilang kalau kalian gay sih. Aneh deh mereka.” Komenku.

“ya kan pemikiran orang berbeda-beda hana. Tapi ngomong-ngomong kenapa kamu bisa disini?” Tanya gongchan.

“aku tadi habis belanja terus laper. Eh pas lewat sini kok jalan ini ramai penjual makanan, jadi ya aku mampir aja.” Jawabku enteng.

“kamu sendirian?” Tanya youngmin.

“yup. Kenapa? Mau nemenin?” godaku, langsung disambut muka merah youngmin.

“kamu naik motormu?” Tanya gongchan penasaran.

“ya enggak laaaah.” Jawabku menjitak kepala gongchan.

“pantes. Mana mungkin kamu naik motormu sambil pake rok dan sandal tinggi itu.” sahut gongchan sambil mengelus-elus kepalanya.

“sandal tinggi? Kau ini kuno sekali. Ini wedges.” Kataku ke gongchan.

“iya iya, apalah itu. kenapa nggak berpakaian seperti ini saja dikampus?” Tanya gongchan polos.

“memangnya kamu mau tanggung jawab kalau aku tiba-tiba digodain dikamar mandi sama namja-namja di kampus?” tanyaku balik.

“iya juga sih. Berarti dandananmu yang culun itu Cuma kamuflase aja?” sekarang youngmin ikut berkomentar.

“ya begitulah.” Jawabku enteng.

“berarti kita beruntung ya bisa melihat aslinya hana.” Kata gongchan ke youngmin, youngmin mengangguk girang.

“kalian ini lucu. Eh, aku pulang dulu ya, sudah malam. Oppaku pasti sudah marah-marah.” Pamitku ke mereka.

“oke, hati-hati ya.” Kata mereka berdua berbarengan.

Akupun segera pulang ke rumah. aku melirik jam tanganku, sudah jam 11 pas dan pas juga aku sampai depan rumah. setelah aku memarkirkan mobil di garasi, aku segera masuk ke rumah.

“dari mana saja?” Tanya managerku dingin seperti hantu.

“eungh anu, eungh dari ketemu teman.” Jawabku sambil membawa belanjaanku.

“kenapa sampai malam sekali? Dan kenapa belanjaanmu banyak sekali gadis bodoh?!!” manager akhirnya meluapkan amarahnya.

“ini semua diskonan kok, tenang saja. Periksa saja tagihannya kalau tidak percaya. Aku tadi mampir di kedai rameyon eh ternyata itu milik temanku, jadi ya kami mengobrol sampai tidak terasa.” Alasanku yang menyembunyikan aku makan ramyeon 3 mangkok.

“besok pagi bangun jam setengah 6. Jogging 15 putaran dan sit up 100 kali.” Kata manager dengan nada memerintah.

“aaaah, kenapa tiba-tiba…” rengekku.

“lihat perutmu. Memangnya kau makan berapa mangkok ramyeon? Satu lusin??” sindir manager sambil mencubit perutku yang baru aku sadar kalau menggembung gara-gara makan ramyeon tadi.

“aww. Iyaa dehh.” Akupun pasrah dan segera masuk ke kamar.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LS35879
#1
Chapter 1: bagus cerita nya!! hebat kamu!!