chapter 8

I'm Park Jiyeon

Taeyeon pov  

Aku meninggalkan soyeon di cafe setelah tiffany datang. Sebenarnya aku tak ingin meninggalkannya. Tapi saat dia berkata pergi saja rasanya itu pengusiran yang diatunjukan. Apalagi kata-katanya yang sebelumnya saat dia berkata 'bukankah kau yang menjauhiku lebih awal? Aku hanya mempermudah jalanmu.'. Menyakitkan.

Aku memang yang terlebih dahulu menjauhinya saat dia memutuskan berpacaran dengan oh jong hyuk. Aku marah saat itu, cemburu dan kesal. Hatiku terasa sakit. Sampai akhirnya aku sadar sakit itu karena perasaanku. Ya aku mencintainya. Mencintai sahabatku park soyeon.  

Tapi bukankah kali ini hasil kita seri? Dia sekarang menjauhiku. Bahkan menjauhiku hingga keluar dari SNSD. Siapa yang kekanakkan? Aku butuh alasan kenapa dia marah dan dingin padaku. Apa karena aku pernah mencium bibirnya ketika aku mabuk? Atau karena cewek yang kini duduk disampingku?

"Kau kenapa taey?" suara itu samar terdengar aku terlalu asik dengan lamunanku. "Kim Taeyeon, Apa kau mendengarkanku?" ucapnya sedikit membentak.

"aku tak apa fany." jawabku dingin.

"kau aneh. Mungkin ragamu berada di dekatku tapi kenapa jiwamu serasa tak disini. Apa kau SENGAJA meninggalkan jiwamu bersamanya?" ucapnya memberikan penekanan.

Kau benar tiffany. Pikiran dan jiwaku bersama soyeon tidak untukmu.

"Fany-ah, aku baru ingat aku harus menjemput ibuku di bandara. Sepertinya kau pergi sendiri saja." ucapku seraya memberhentikan kendaraanku.

"Apa kau mau menurunkanku ditengah jalan seperti ini? Kau Tega Taey." ucapnya marah diliputi rasa kecewa dengan sikapku.

"maafkan aku fany, aku akan memanggilkan taxi untukmu. Besok aku akan kerumahmu." ungkapku.

"kau tak perlu repot memanggilkan taxi, aku akan menyuruh nichkhun menjemputku." ucapnya memanasiku seraya keluar dan membanting pintu mobilku.

Aku segera melaju, aku mengembalikan arah tujuanku. Aku akan ke tempat semula. Ya ke cafe tersebut. Aku ingin menemui soyeon kembali. Entahlah aku merasa khawatir padanya.

Sesampainya di cafe aku tak menemuka soyeon disana. Apa dia telah bertemu dengan yoona? Aku mencoba menghubungi handphone yoona, namun soyeon atau yoona tak mengangkatnya. Aku semakin khawatir. Sampai seorang pelayanan menghampiriku.

"maaf nonna, apakah anda teman dari Park soyeon?" tanyanya dan aku mengangguk mengiyakan."nonna soyeon menitipkan ini untuk nonna." ucapnya eeraya memberikan secarik kertas.

"gamsahamida." ucapku dan pelayan tersebut meninggalkanku. Ku baca kertas kecil tersebut.

'Yoona, aku tunggu kau di club biasa. Suasana hatiku sedang buruk.'

Tanpa berpikir panjang, aku memacu kendaraanku ke club yang baru kemarin malam ku kunjungi. Tak sampai 20 menit aku telah sampai disana.

Aku mencoba mencari keberadaannya diantara orang banyak. Sampai kulihat dia tengah minun di bar. Samping kanan kirinya bersama lelaki hidung belang yang menggodanya. Mencolek tubuhnya.

Aku kesal dentan sikap lelaki hieung belang itu. Aku segera menghampirinya. Dan menarik tangannya. Soyeon tampak kaget menemukanku di tempat yang sama. 

"kim taeyeon?" ucapnya tak percaya. "sudahlah! Kau pergi saja. Urus saja tiffany mu itu." ucap soyeon menolakku. "Aish kenapa kau menjadi terasa nyata." Gerutunya kembali minum "dia kan tak mungkin kemari dia pasti sedang bersenang-senang dengan tiffany." Gerutunya lagi kesal menganggap aku yanya ilusi.

"nonna jangan kau memaksa kehendaknya. Atau kau mau bergabung dengan kami." Salah satu lelaki mencoba menghalangi soyeon pergi.

"jangan sentuh dia." ucapku dingin. "dia kekasihku." ucapku kembalu membawa soyeon dalm pelukkanku.

Aku menggiringnya keluar club. Soyeon berjalan sempoyongan karena mabuk. Seberapa banyak minuman yang diteguknya? Bukankah dia memiliki batas telolir yang tinggi.

Kusandarkan punggungnya ke kursi mobil bagian penumpang disisi kemudi. Ku kencangkan seatbeltnya membuat tubuhku haruss menunduk.

Ketika mendongkahkan kepalaku wajah kami sangat dekat. Tidak aku tidak akan menciumnya. Aku sangat nyaman melihatnya yang memejamkan mata tenang. Aku membenarkan rambutnya yang berantakkan. Kurasakan ada tangan yang melingkar di pinggangku.

Soyeon membuka matanya. Sontak membuatku kaget dan segera bersiap menjauh. Namun tangannya melinggkar terlalu kuat.

"aku merindukanmu Taey."ucap soyeon.

CUP. Bibir kami saling menyatu. Bukan aku yang memulai. Tapi soyeon. Aku tak bisa berbuat apa-apa aku terlalu terkejut.

"apa kau tak menyukai ciumanku? Apa ciuman tiffany lebih menyenangkan?" ucapnya dekat telingaku nafasnya menerpa daun telingaku memberika sensasi menggelitik.

Aku sebisa mungkin menahan nafsuku. Soyeon mulai berani mencium leherku. Bahkan aku yakin ciuman itu akan memberikan bekas. Sebisa mungkin aku menahan desahanku.

Namun tiba-tiba dia mendorong tubuhku. Ada apa dengannya? Apa dia hanya memanfaatkanku? Atau dia marah padaku yang tak membalas perlakuannya? Ayolahso aku sedang menikmati tindakan nakalmu.

 Aku mencoba melupakan kejadian tadi dan membawanya ke apartemntku. Ku baringkan dia di kasurku. Dia telah tertidur.

Segera ku hubungi hyojoon agar dia tak mencemaskan keberadaan kakaknya. Setelah itu aku menyimpan nomer ponselku dihandhphone kerjanya begitupun sebaliknya. Dengan seperti ini aku bisa mudah menghubunginya.

Aku mulai mengamatinya yang tertidur. Mendekatinya  dan ku elus rambutnya. Mencium keningnya. Ciumanku mulai menjelajahi area lainnya. Kelopak mata. Bahkan bibir. Aku hanya menempelkannya. Tak ada lumatan atau permainan nakalku.

Sampai kusadari tangan soyeon melingkar di leherku. Dia memberikan lumatan dibibirku hingga terasa lembab. Apa dia tak tidur? Pikiranku mulai tak rasional. Aku mulai membalas lumatannya. Bahkan kini kecupanku lebih berani. Turun hingga lehernya. Bahkan tangan nakalku sudah sangat tidak sabar menggerayangi bagian lainnya. Tanganku mengelus bagian payudaranya hingga elusan tersebut berubah menjadi remasan.

"ahh." suara deaahan terdengar dari mulutnya.

Aku  memastikan bahwa soyeon dalam keadaan tertidur. Kulihat dia masih memejamkan mata.  sampai mataku jatuh tepat pada gundukan tersebut. Aku hendak mendekatkan wajahku, ingin memainkan lidah dibagian kenyal itu. Aku memejamkan mata menarik nafas panjang.

Aku salah. Bukan seperti ini caraku mencintainya. Ku benarkan pakaiannya. Ku tarik selimut menutupi tubuhnya. Kuelus  kening hingga jatuh ke mahkotanya.  cup  mencium keningnya.

"maafkan aku so, karena aku begitu mencitaimu." ucapku baukan air mata ini menetes mentenai keningnya. "maafkan aku atas perbuatan bodohku."  

***

Soyeon POV

Sesaat menunngu yoona di cafe, pemandangan tak menyenangkan terlihat dipelupuk mataku. Bukan hanya satu bahkan dua kali. Pertama taeyeon dan tiffany. Bahkan sepeninggalan mereka, perasaanku dirasuki amarah dan rasa kesal.

Belum habis amarah dan kesalku, ku melihat Oh jong Hyuk bersama perempuan. Perempuan lain selain diriku, aku kekasihnya. Bergandengan mesra tanpa canggung, memberikan kecupan tanpa rasa risih. Dalam amarah berat, ku melabrak mereka. Dan tanpa mendengar penjelasan apapun dari kekasihku  yang buaya darat itu, aku memutuskannya. Tak peduli dia menerima atau tidak, yang pasti mulai detik ini kamu tak memiliki hubungan apapun.

Harusnya dulu 3 tahun lalu, aku mendengarkan taeyeon bahwa lelaki itu hanya memanfaatku. Memanfaatkan harta keluargaku dan memanfaatkan kepolosanku. Aku memutuskan pergi ke club. Tak lupa kutinggalkan pesan agar yoona dapat menemukanku. Setidaknya aku tenang walau aku pulang dalam keadaan mabuk.

Aku segera menghabiskan beberapa gelas wiskey. Berharap minuman ini bisa meluapkan amarah dan melupakan masalahku. Gelas pertama dan kedua kupersembahkan untuk taeyeon dan tiffany, berikutnya untuk ciuman mereka, selanjutnya untuk sikap dingin taeyeon, dan juga Gelas berikutnya yang selalu ku ucapkan hanya nama taeyeon.

Bukankah masalahku hari ini bukan hanya dia? Bukankah masalah terbesarku adalah tunanganku yang mengkhianatiku? Oh God. Apa aku telah benar-benar mabuk? Aku merasa dia ada disini. Bahkan berjalan mendekariku. Menggenggam tanganku dan berbicara.

Apakah sebuah halusinasi bisa begitu terasa nyata? Apa karena aku memang menginginkannya berada disini? Sampai aku menyadari sosok taeyeon adalah nyata. Dia menggiringku ke mobilnya. Aku yakin dia mengira aku mabuk. Ayolah kim taeyeon apa kau lupa batas telolir alkoholku cukup tinggi. Aku tak mungkin mabuk bila hanya beberapa gelas.

Taeyeon memasangkan seatbelt padaku. Kupura memejamkan mata. Dia membenarkan poniku yang berantakan. Ku lingkarkan tanganku dipinggang rampingnya. Dia sangat ramping. Sejak kapan dia menjadi sekurus ini?

Ku buka mataku dan berkata ''aku merindukanmu taey.''

Aku tak memberikan kesempatan padanya untuk menjawab. Ku cium bibirnya, melumat bibirnya. Dia tak melawan atau menjauhkannya. Apa dia tak suka? Atau dia sedang menikmati ciumanku karena biasanya dia yang selalu mencium bibirku paksa.

"apa kau tak menyukai ciumanku? Apa kau lebih menyukai ciuman tiffany?" godaku tepat di daun telinganya.

Aku kembali menjalankan aksiku mencium tengkuk lehernya. Aku yakin dia sedang menahan desahannya. Rona merah terpancar jelas di mimiknya. Sengaja ku tinggalkan kissmark di leher putihnya. Aku yakin jejak ini akan membuat pertengkaran antaranya dengan tiffany.

Ku dorong keras tubuhnya. Aku kembali tertidur. Aku yakin dia pasti sangat kesal. Entah sejak kapan aku sudah berbaring di sebuah kasur empuk.

Aku merasa bermimpi taeyeon mencium bagian wajahku. Mencium bibirku tanpa pergerakkan. Karena kesal ku mulai melumat bibirnya mengalungkan lenganku dilehernya.

Lama kelamaan dia membalasanya. Peganganku mulai mengendur ketika lidah dan bibirnya bermain diarea leherku yang tak sejenjangnya. Bahkan tangannya sudah menyusup kedalam pakaianku menyentuh lembut bagian payudaraku sampai akhirnya sentuhan itu berubah meniadi remasan

"ahh!" aku mendesah tak sanggup lagi menahan nafas dan nafsuku.

Tidak ada aktifitas lagi. Hingga aku hendak sadar dari mimpiku. Ini bukan mimpi. Ini nyata.

Dia membenarkan pakaianku menarik selimut untuk menutupi tubuhku. mengelus rambutku dan memberikan kecupan dikeningku.

"maafkan aku so karena begitu mencintaimu." ucapnya dia kembali menempelkan bibirnya dikeningku.

Kurasakan air membasahi keningku. Apa dia menangis.?Seorang kim taeyeon yang dingin menangis?

"maafkan atas perbuatan bodohku." ucapnya lagi.

Aku hanya bisa pura-pura tidur. Sampai sinar matahari masuk dari celah-celah fentilasi udara. Aku terbangun. Ku lihat taeyeon masih tertidur.

Tidak! Bukan tidur dismpingku di kasur ukurang king size. Tapi di sebuah kursi. Apa dia tak pegal tidur seperti itu? Kenapa dia tak tidur bersamaku saja? Aku heran menatapnya yang sangat lucu saat tertidur.

Aku bergegas membersihlan diri. Dan  tanpa berpamitan aku langsung meninggalkan taeyeon. Ada penyesalan atas kebodohanku malam ini.

***

Aku menyusuri koridor apartemen yang belum terlalu ramai. Sepanjang perhalanan aku meruntuki sikapku semalam yang begitu berani pada taeyeon. Aku hanya tak ingin taeyeon salah paham dengan ciumanku. Aku sendiri menyesali kebodohanku. Aku tak ingin taeyeon salah paham. Kenapa aku tak bisa menahannya? Padahalkan aku tidak dalm keadaan mabuk berat.

Tapi tangis dan ucapan terakhinya mmbuaku sakit, entahlah mengapa begitu menyakitkan.

Ku pijit 6 digit angka tuk membuka pintu masuk kamar apartemen. Ku masuki apartement setelah pintu terbuka. Ku lihat sebuah sepatu pria di dekat pintu masuk. Sepatu siapa? Setahuku yoona tak pernah membawa pria ke rumahnya. Ya aku berada di apartement yoona untuk menukar kembali handphoneku yang tertukar.

Kudengar suara desahan di kamar utama. Untuk mengurangi rasa penasaran, aku segera memastikannya.  ku buka pintu kamar yoona yang tak terkunci.

Di lantai kamar kulihat pakaian dan underwear berhamburan dimana-mana. Belum usai keterkejutanku, pemandangan lain ku lihat di atas ranjang. Seorang pria setengah telanjang berada diatas tubuh yoona yang kupastikan tanpa busana.

"apa yang kalian lakukan?" tanyaku membuat sang pria kaget dan memalingkan wajahnya melihatku.

"park hyojoon?" ucapku tak percaya bahwa adikkulah yang ku lihat.

"soyeon nunna ini tak seperti yang kau bayangkan." terangnyapanik  seraya bangkit dari tubuh yoona.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...