chapter 22

I'm Park Jiyeon

      Yoona keluar dari toilet seolah semua baik-baik saja. Seolah tak ada yang terjadi.

"kau baik-baik saja yoona-shi?" tanya hyomin

"aku hanya sedikit pusing." jawab yoona. "hyojoon mana?" tanya yoona pura-pura tak tahu.

"tadi keluar sebentar."

"sudah berapa lama hubunganmu dengan hyojoon?" yoona kembali memulai pembicaraan.

"sekitar 2 bulan."

"sejauh apa hubungan kalian?"tanya yoona seakan mengintrogasi membuat hyomin sedikit kaget. "eh maaf aku hanya penasaran dia sedikit cuek."

"iya dia sangat cuek. Tapi kami pernah melakukannya." ucap hyomin tersipu malu.

"melakukannya? ? Ini gila." kepala yoona merasa sedikit tertekan.

"jadi kau tahu hyojoon dan jiyeon ituu..." yoona sulit menjelaskannya.

Hyomin mengerutkan kening "oh iya aku tahu, hyojoon memiliki kembaran yang telah meninggal. Aku dan hyojoon berteman sejak sekolah dasar."

Yoona bernafas lega. Mengetahui bahwa sebenarnya hyomin berbohong kepadanya. Jiyeonpun kembali dari toilet.

"maaf menunggu lama." jiyeon berbasa basi. "aku harus tegas."

"ada yang ingin aku bicarakan Hyom, sebenarnya aku dan Yoona..."

Secara bersamaan handphone jiyeon dan yoona berdering. Yoona terlebih dahulu mengecek handphonenya. Sebuah pesan video masuk. Yoona tergaket melihat video yang sebanarnya baru saja terjadi saat hyomin mencium jiyeon.

'aku tak mengerti bagaimana bisa ada seorang pria bermesraan dihadapan istrinya. Bagaimana kalau aku membagikannya pada media?' bunyi pesannya.

Yoona menjatuhkan handphonenya. Kepalanya terasa sakit. Sangat sakit. Bahkan membuatnya mengerang menahan sakit. Tangannya memegangi kepalanya yang berdenyut dan terasa ditusuk dibagain belakang. Jiyeon panik. Dan segera mendekat pada yoona.

"sakit ji.. Sakit" rancu yoona. "aku mau ke hotel ji." rancunya tak jelas.

Karena keadaan yoona yang tak memungkinkan mereka bergegas kembali ke hotel. Sepanjang perjalanan yoona bersender di bahu jiyeon. Tangan jiyeon memijat kening yoona.

"kenapa hyojoon begitu perhatian pada yoona? Apa mereka memiliki hubungan lebih? Aish kenapa aku berpikir tidak-tidak situasinya sangat tidak mendukung. Keadaan nonna im memang sangat membutuhkan perhatian." geming hati hyomin.

  "alangkah baik kita ke rumah sakit." ide hyomin.

Jiyeon menatap yoona menanyakan pertanyaan sama walau tak terucap. Yoona menggeleng.

"aku hanya kelelahan. Aku hanya perlu beristirahat." yoona mencoba meyakinkan.

"tidurlah."

  ***

  Taeyeon pov

  Aku sedang makan siang dengan soyeon. Hubunganku dengannya membaik. Ya kita kembali sahabat dekat. Soyeon kembali bercerita banyak hal. Dan aku tersenyum mendengarkan setiap ceritanya. Dia pasti akan membuat pernyataan bahwa aku seperti orang gila yang hanya cengar cengir mendengar ucapannya. Aku selalu menjawab akhirnya kau cerewet lagi.  

  "kau tahu taey. Para adikku itu sekarang sedang bersenang-senang di Jepang. Dan alhasil semua kerjaan Hyojoon diserahkan padaku. Itu menyebalkan taey. Aku pun  butuh waktu untuk beristirahat dan belibur." gerutu soyeon.

  "kenapa kau tak belibur saja? Atau kau mengajukan libur pada ayahmu. Dan aku dengan senang hati akan menemanimu." ungkapku memberi saran.  

"Sedari kecil Hyojoon mendapatkan dukungan ibu sedangkan aku berada di bwah dukungan ayah. Ayah biasanya selalu menyuruh Hyojoon bekerja keras. Tapi semenjak dia menikah dengan Yoona seakan dia mendapatkan hak veto. Kebijakan ayah berubah apalagi acara ini memang ide keluarga yoona." lanjutnya.  

"terus jiyeon mendapatkan dukungan dari siapa?" Tanyaku sepertinya jiyeon memang putri yang terlupakan. Soyeon diam tak menjawab. Aku tahu dia berpikiran sama. Bahwa adik perempuannya tak pernah mendapatkan dukungan.

 "intinya kau bisa belibur?" aku kembali bertanya.

"tidak bisa. Tidak mungkin bisa." jawabnya lesu. "kau lihat kantung mataku?" menunjuk matanya. "Ini hasil lemburku menghandel pekerjaan Hyojoon membuatku tidur di kantor." ceritanya.  

"ya kan aku pun menemanimu."jawabku yang eemalaman hingga pagi menemani soyeon walaupun aku hanya membawakan makanan untuknya dan tertidur di kantor menemani soyeon.

  Handphoneku berdering. Kulihat panggila  dari tiffany. Aku mematikannya. Kembali berdering.

"Tiffany kan?" tanya soyeon aku mengangguk. "Angkatlah."

"ada apa?" jawabku malas.

"aish taey begini cara mu menyapa partner mu. apa kau tak merindukan aku? Aku saja merindukanmu." ucapnya manja.

"kalau kau hanya berkata tak penting aku akan...."

"sabar sayang. Aku memberi kabar penting. Kau tahu aku sedang dimana? Dan melihat siapa?" tanyanya yang kujawab dengan diam. "Aku di Jepang sayang. Aku bertemu yoona dan hyojoon. Oh ya tapi aku melihat satu orang lagii. Apa kau tak penasaran mereka bersama siapa?" tanyanya lagi.

"sebagai hadiahnya aku kirim ya video nya padamu" lanjutnya lagi.

Aku membuka video yang dikirimkan tiffany. Aku melotot tak percaya dengan apa yang kulihat. Seorang perempuan mencium hyojoon dihadapan yoona. Aku rasa pernah melihat perempuan itu. Ya di bandara, saat hyojoon kembali ke seoul.

"Bagaimana? video yang bagus kan? Bagaimanan jadinya kalau media tahu soal video ini? Atau mungkin aku perlu memberikannya pada soyeon unnie? Pasti dia akan bangga adiknaya Selingkuh dihadapan istri sendiri." Isi pesan tiffany .

"apa ada masalah?"tanya soyeon.

"maaf sso aku harus pergi." pamitku meninggalkannya.

Aku segera mengecek jadwal penerbangan ke jepang. Berhatap bisa pergi ke sana dengan jadwal hari ini dan berharap masih ada tersisa tiket kosong untukku.  

***  

Author pov

  "ji sampai kapan kau akan tertidur. Sudah jam 10." yoona membangunkan jiyeon.

"bentar lagi. Aku baru bisa tidur tadi pukul delapan karena semalam aku mengkhawatirkanmu." jawab jiyeon masih dalam kantuknya.

Sayup-sayup jiyeon melihat yoona telah siap dengan pakaian rapi dan telah berdandan cantik. Yoona mendekati jiyeon yang terlelap.

"apa ini akan membangunkanmu?" ucap yoona mendekati wajah jiyeon yang terpejam.

Cup. Yoona membuat jiyeon bangun.

"baru saja aku bermimpi dicium bidadari. " goda jiyeon.

Yoona tersenyum dan menyuruh jiyeon untuk segera mandi.

"apa kau sudah baikkan?" sembari memeluk yoona dari belakang. Yoona mengangguk.

"Kita di kamar aja ya?" rajuk jiyeon yoona menggeleng. "tapi ga ngajak hyomin lagi kan? Aku pengen ngabisin waktu sama kamu." ucapnya manja.

"iya. Tapi kita pakai kereta api ya. Kita pakai kendaraan umum ya." pinta yoona selalu aneh-aneh.

"tapi keadaan..." jiyeon melihat ekspresi yoona. "baiklah." jiyeon mengalah.

***

Merekapun segera ke stasiun Tokyo menaiki shinkansen (kereta api cepat). Tujuan perjalanan mereka menuju gunung fuji yang letaknya sekitar 150 Km dari tokyo.  memang tak sempurna rasanya jika pergi ke jepang tanpa mengunjungi gunung fuji. Gunung tertinggi di jepang ini memiliki eksotika yang tinggi. Jadi tak heran banyak yang akan tergila-gila dengan pemandangan alamnya.

  Lebih dua jam akhirnya mereka tiba di gunung fuji. Udaranya cukup dingin membuat yoona mempererat rangkulan lengannya pada jiyeon. Jiyeonnpun tak menolak. Dengan senang hati menghangatkannya.

Mereka menikmati keindahan gunung fuji walaupun tak tertutup jelas namun tetap memanjakan mata.

  "sayang sekali ya puncaknya kurang terlihat. Kabutnya terlalu tebal." ucap jiyeon memberi tanggapan tentang keindahan alam yang disaksikannya.

ya sekarang memang akan memasukki musim dingin, hujan dapat saja menutupi keindahan sang Gunung. Tapi aura keindahannya tak bisa ditutupi oleh kabut.

"Hujan dapat saja menutupi keindahan sang Gunung. Tapi aura keindahannya tak bisa ditutupi oleh kabut setebal apapun”. Yoona melanjutkan, "Kita mungkin tak bisa melihat Fujisan, tapi Fujisan pasti melihat bisa melihat kita." ucap yoona tersenyum menikmati keindahan alam.

Jiyeon sangat setuju dengan pendapat yoona. Auranya terlalu dalam.

"Apa kau tahu legenda yang ada dalam gunung fuji?" tanya jiyeon.

"legenda putri kaguya?" yoona meyakinkan. Jiyeon mengangguk. "aku sudah mendengarnya tapi aku aku ingin kau menceritakannya untukku."

"okey baiklah aku akan bercerita untukmu." ucap jiyeon merangkul pundak yoona agar lebih dekat.

"di sebuah gunung hidup sepasang kakek nenek. Sang kakek yang bekerja sebagai pengambil bambu, suatu hari menemukan bambu bercahaya. Ada seorang bayi mungil di dalamnya. Dan pasangan tua itu merawatnya. Hingga kehidupan mereka berubah menjadi kaya raya karena setiap mereka memotong kayu mereka menemukan emas." jiyeon menarik nafas.

"Dia tumbuh menjadi putri yang cantik. Karena kecantikannya yang tidak tertandingi semua memanggilnya Putri Kaguya. Hingga banyak pria dari berbagai golongan mencoba meminangnya. Namun semua lelaki tersebut ditolaknya. Sampai seorang kaisar penasaran dan jatuh hati padanya. Saat musim gugur tiba putri kaguya semakin murung. Dia akhirnya menceritakan identitas aslinya. Bahwa dia merupakan penduduk bulan. Dan saat bulan purnama tiba dia akan dibawa kembali ke tempat asalnya."

"ketika bulan purnama tiba kaisar memerintah pasukkannya untuk melindungi putri kaguya. Namun sayang, kepergiannya tak bisa dihalangi. Sebagai tanda mata putri kaguya memberikan obat keabadian kepada kaisar. Namun kaisar merasa tanpa putri kaguya dia tak perlu hidup selama-lamanya. Kaisar memerintahkan untuk membakarnya di puncak suci. Di bakar obat tersebut di gunung tertinggi. Dan itulah yang membuat gunung dikenal dengan Fujiyama." akhir cerita jiyeon.

"Apa kau tahu ada putri kaguya di zaman modern ini?" tanya jiyeon.

"oh ya?" tanya yoona antusias.

Jiyeon mengangguk meyakinkan.

"Dia tinggal di sebuah panti asuhan sampai keluarga im mengadopsinya Saat itu keluarga Im belum sekaya sekarang. Kehadiran dia membuat kesejahteraan mereka semakin berlimpah. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik. Semua pria menggilainya, berlomba menarik perhatiannya. Namun banyak pria pula ditolaknya. Dia bernama Yoona. Im yoona."jiyeon tersenyum.

"oh ya ada satu lagi. Ada seorang kaisar yang jatuh hati dan membuatnya jatuh hati. Kaisar tersebut sangat gagah. Samapai dia berkata, jika tanpa Im Yoona aku tak perlu hidup selamanya. Tapi saat bersamanya aku akan merasa hidup selamanya." jiyeon tersenyum. 

"Ada lagi yang terlewatkan. Kaisar tersebut berharap bahwa putri kaguya modern ini tak pernah meninggalkannya. Berharap putri kaguya modern ini bisa mendapinginya selamanya. "

"apa kaisar modern itu tak berbohong?" tanya yoona. "Karena aku merasa kaisar itu sulit di mengerti, dia memiliki dua cinta dihatinya." pernyataan yoona seakan membuat skak untuk kembali di jawab jiyeon.

"esok pergilah bersama hyomin. Buat keputusanmu hari esok. Aku atau hyomin ." yoona lagi-lagi mengatakan itu.

Jiyeon menatap yoona. "aku mencintaimu Im Yoona. Kau adalah kehidupanku. Dan aku tak mungkin bisa meninggalkan kehidupanku."

Jiyeon mencium bibir yoona. Ciuman tulus ciuman kasih sayang. Mereka saling membalas satu sama lain. Ciuman tanpa nafsu. Ciuman penuh cinta. Dan fujiyama menyaksikan keindahn cinta mereka.  

***  

Jiyeon pov  

Kupandangi wajah yoona yang masih tertidur. Kami semalam tak kembali ke tokyo memilih menginap di dekat gunung fuji. Aku merapikan rambut yoona. Yoona menggeliat. Mengucek matanya.

"pagi." sapa yoona. Tapi yoona memilih memejamkan matanya bersender di dadaku.

"kok tidur lagi?"ucapku membelai rambutnya. "morning kiss nya mana?"godaku.

Cup. Sekilas. Dan yoona kembali memelukku.

"kau harus belajar morning kiss sepertinya." godaku aku hendak menguasainya namun yoona memelukku erat.

"aku ingin memelukmu." ucap yoona. "aku takut keputusanmu berubah. Jadi biarkan seperti ini." ucapnya meragukanku. "Jadi mungkin saja ini terakhir kali aku bisa memelukmu seperti ini."

Aku  mencari dagu yoona. Dan menggiringnya untuk menengadah melihat mataku. Agar dia tahu aku takkkan mengubah keputusanku. Dia takkan terganti.

Yoona tersenyum. Aku mencium yoona melumatnya. Dia membalas lumatanku. Aku bermain diarea telinganya.

"ji, seberapa jauh hubunganmu dengan hyomin?" tanya yoona.

"aku dengannya?" aku terhenti dari aktifitasku. Aku membawanya dalam pelukkanku.

"hanya sebatas  ciuman." jawabku.

"ciuman apa? Bibir?" tanya yoona.  aku mengangguk. Yoona mendorongku ekspresinya cemberut.

"Tapi hanya beberapa kali dan ciuman itu tak pernah seliar ciuman kita." jawabku membuat rona wajahnya memerah.

"tetap saja sebelum kau menciumku pasti kau lebih dulu mencium hyomin." yoona cemberut lagi.

Sepertinya yoona lupa kejadian pertama kali aku berciuman dengannya. Aku mendekatkan wajahku. Wajahnya menegang. Kupegang pipinya. Dia memejamkan matanya. Cup. Ciuman kami terhalang oleh dua ibu jariku. Kau berbaring kembali disampingnya kembali memeluknya.

"itulah pertama kali kita berciuman." ucapku yoona masih tak percaya. "Aku terbuai olehmu kala itu. Mungkin aku sudah jatuh cinta dari pandangan pertama hanya saja aku tak mengakuinya. Dan saat itu aku belum memiliki hubungan apapun dengan hyomin."

"Aishh.. Kau mencuri ciuman pertamaku. Kau tahu, aku gila karena ciuman itu." runtuk yoona.

Aku tertawa renyah. "Sepertinya ciuman itu menjadi takdir kita." aku mengecup keningnya.

"Oh ya apa kau  mencintaiku karena ciuman pertamamu itu?" tanyaku penasaran.

"tidak. Tidak sama sekali." jawab yoona. "aku tak pernah ingat apa yang terjadi setelah aku mabuk. Dan aku benar-benar tak ingat wajahmu itu. Yang aku tahu ada seorang pria gila yang menciumku." yoona menarik nafas.

"Aku mencintaimu saat kau menemui orangtuaku. Saat orangtuaku mempermasalahkan usiamu. Kala itu bisa saja kau memanfaatkan itu untuk membuat ragu kedua orangtuaku. Tapi kau menjawab akan menjaga, mencintaiku dengan seluruh kehidupanmu. Saat itulah aku menyukaimu. Saat aku mengenalmu sebagai park jiyeon." ucapnya membuatku senang karena yang dicintainya park jiyeon bukan hyoojon . Aku semakin erat memeluknya.

"Bagaimana dengan video itu? " tanya yoona.

"Aku akan mengurusnya setelah urusanku dengan hyomin selesai. " jawabku.

"Bagaiman caramu berbicara dengan hyomin? Apa kau akan mengatakan juga bahwa kau seorang perempuan?" Tanya yoona. Aku mengangguk.

"Pasti ini akan sulit untuknya. Dan pasti kau harus siap kehilangan sahabat sebaiknua." Ucap yoona yang kemudian menciumku.

 

  ***

Saat matahari berada di puncaknya. Aku berasama Hyomin pergi ke taman dekat satasion Harajuku. Entahlah apa namanya. Aku lupa.

Kami duduk ditaman memandang keindahannya. Kalau saja aku pergi bersama yoona aku sudah menciumnya. Atau mungkin aku dan yoona sudah saling mengejar denga  penuh tawa. Yoona pasti akan merasa sangat bosen bila hanya terduduk seperti ini. Aku tersenyum memikirkan hal gila itu.

  "kau kenapa?" tanya hyomin. Aku menggeleng sebagai petunjuk aku baik-baik saja.

"Entah hanya perasaanku atau bukan akhir-akhir ini kau sering tersenyum atau marah-marah tak jelas saat bersamaku." pendapat hyomin.

"oh ya?" aku memastikan.

Bagaimana tidak? Bayangan Yoona setiap hari memenuhiku. Tawanya sikap cerewetnya manjanya selalu memenuhi pikiranku. Walaupun awal-awal pernikahan aku bersikap ketus padanya tapi jujur saja itu hanya untuk mengenyahkan perasaanku dan meyakinkan diriku  sendiri bahwa aku hanya mencintai Hyomin. alhasil aku malah uring-uringan tak jelas atau kesal tanpa sebab saat bersama hyomin karena aku masih bisa saja meraskan bayangannya.

"Hyojoonah, aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu. Aku merindukanmu." ucapnya.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Rasanya aku tak tega menyakiti hyomin. Bahaimana caranya aku mengatakan bahwa aku dan yoona telah menikah? Dan aku memtuskan untuk tetap bersama yoona. Apa dia takkan terluka?

"bagaimana keadaan yoona sekarang?" tanya hyomin.

"dia membaik."jawabku.

"yoona ternyata sama baiknya ya dengan apa orang lain katakan. Dia sangat supel. Aku senang bisa mengenalnya." ucap hyomin.

"dia menanyakan hubungan kita. Sepertinya dia sangat perhatian padamu."

"apa yang ditanyakannya?"

"dia menanyakan lama hubungan kita dan sejauh apa hubungan kita. Aku menjawab hubangan kita sudah cukup jauh. Aku bilang saja aku kita pernah melakukannya." jawab hyomin. "karena aku sedikit cemburu sepertinya kalian sangat perhatian satu sama lain."

Melakukannya? Pantas saja tiba-tiba kesehatan yoona drop.

"hyominah sebenarnya aku memiliki dua kebohongan besar dalam hidupku. Entah kau akan mempercayainya atau tidak atau mungkin bisa merubah pandanganmu terhadapku." hyomin menatapku serius.

"aku hanya berharap kau menjaga salah satu rahasia terbesarku."

"aku senang kau mau terbuka padaku." ucapnya.

"tapi sebelumnya aku ingin hubungan kita cukup sampai disini. Piane hyominah. " ucapku melemah.

"wae? Apa aku berbuat salah?" tanyanya membuat air matanya mengalir.

"aku yang membuat kesalahan. Bukan kau." ucapku. "sebenarnya aku dan yoo........"

Handphoneku berdering membuatku mengangkat panggilanku dari taeyeon unnie.

"ya nunna."

........

"apa yoona masuk rumah sakit?"

.........

"aku akan segera ke sana."

"hyominah piane aku harus pergi sekarang." ucapku.

"aku ikut." pintanya.

Aku menyetujuinya. Aku melajukan kendaraanku dengan kecepatan tinggi. Untung saja yang aku sewa adalah sebuah sepada motor sehingga aku takkan terkena macetnya kendaraan roda empat. Hyomin memelukku. Aku melewati satu demi satu kendaraan. Dan untung saja Hyomin mengetahui jalan menuju ke rumah sakit tersebut. Membuatku dapat dengan menemukan rumah sakit tersebut.

  Aku bergegas menuju ruang informasi.  

"Maaf suster dimana pasien bernama Im Yoona berada?" tanyaku menggunakan bahasa inggris.

"maaf anda siapanya?" perawat tersebut bertanya untuk memastikan.

"saya park Hyojoon. Suaminya." 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...