chapter 4

I'm Park Jiyeon

Jiyeon pov

  Lee su  gi : "hyojoon-ah bagaimana kalau kita bertaruh."  jiyeon mengerutkan kening. "aku yakin semua perempuan disini sedang menjadikanmu bahan taruhan. Aku hanya ingin tahu seberapa tahan kau menahan godaan mereka."  

Lee hyun wo : "Hyojoon shi, bagaimana kita mulai bergabung dengan mereka." aku hanya tersenyum.

  Aku terpaksa mengikutinya. Sebisa mungkin mencoba mengikuti irama tapi rasanya tak bisa. Apalagi tangan nakal perempuan itu mulai menyentuhku. Berkali-kali ku mencoba menepis mereka. Ada pula yang bertindak lebih berani menari stripis dihapanku. Ayolah girl, kalian terasa murahan kalian merendahkan kaum kita.

  Dua orang dari teman taeyeon unnie mendekati. Aku tak tahu pasti siapa mereka, yang pasti perbedaan mencolok diatara mereka. Perempuan bertubuh tinggi dan yoeja bertubuh mungil. Namun mereka sama-sama berambut sebahu.

Mereka sepertinya mencoba menarik perhatianku. Dengan mencoba meliuk-liukkan tubuh dihadapanku.  

Aku mungkin berada di dance floor ini tapi tubuhku sama sekali tak menikmati alunan musik DJnya. Aku hanya berdiam diri seperti patung di tengah keramaian. Bahkan pikiranku pun tak berada disini. Pandanganku pun bukan pada penari didekatku tapi pada wanita yang tiba-tiba saja meneguk setiap gelas minuman beralkohol. Wanita itu gila! Aku yakin wanita itu tak biasa minum minuman beralkohol atau mungkin kadar tolelirnya sangat rendah. Tapi mengapa wanita itu memaksakan diri? Bahkan temannya termasuk taeyeon unnie mengacuhkan perbuatannya.

Tatapan mereka rasanya tertuju padaku. Okey aku terlalu PD.

  Aku sampai tak menyadari 2 orang perempuan itu menghilang entah sejak kapan dan kembali bergabung dengan taeyeon unnie dengan wajah sebal. Wanita mabuk itu berjalan sempoyongan menuju dance floor tanpa menaripun tatapan lelaki tertuju padanya. Tanpa pakaian minimpun dia dapat mempesona banyak lelaki.

Taeyeon unnie mengikuti dari belakang.   Mereka berdua mendekatiku. Tapi kedua temanku tampak tak senang. Baekhyun dan Lee Sun Gi menghalangi mereka mendekatiku. Kedua perempuan itu menolak mentah-mentah keberadaan dua pria keren dihapadannya.

Berjalan mendekatiku. Menari dihadapanku. Walaupun perempuan itu menari tak sesensual taeyeon unnie. Perempuan itu hanya menghentakan tubuh mengikuti irama. Walau terkadang diselingi liukkan ringan.

Tanpa sadar akupun mengikuti iringan lagu.  

Tapi ada yang lebih tak kusadari taeyeon unnie mencium pipiku. CUP. Kilas cepat. Aku melihatnya yang hampir kuabaikan.

  "bisakah kita berciuman beberpa detik Hyojoon-ah?" pintanya.

"apa maksudmu nunna?" tanyaku kaget.

"aku tahu kau tertarik dengan temanku. Kau hanya tinggal pilih menciumku atau menciumnya." ucapnya berani.

  Aku terdiam, tapi sepertinya taeyeon unnie mengetahui jawabanku. Dia menjauh dariku. Tersenyum tipis nyaris tak terlihat. Entah dari kapan, perempuan itu semakin dekat denganku.

  "hanya tinggal satu menit." ucapnya lirih dan tak ku mengerti.

Tanganku mulai nakal berani memeluk pinggangnya yang ramping.

Tanpa babibu, dia memegang kedua pipiku.

CUP.

beberapa detik mungkin lebih dari lima detik. Tatapan sekitar menatapku tajam. Lee sun gi seakan menusukkan belati tepat di jantungku. Sangat menakutkan. Padahal baru saja aku dapat meredakan tatapan amarah baekhyun karena taeyeon unnie.

  Tunggu! Ada yang perlu aku klarifikasi. Apa ini bisa disebut dengan ciuman? Sementra kedua ibu jarinya berada diujung bibirku. Kami tampak berciuman tapi kenyataannya bibir kami sama sekali tak menempel. Bibir kami terhalang kedua ibu jarinya. Dia melepaskannya dan tersenyum.

  "terimakasih, walaupun tanpa berciuman nyata tapi aku akan mememenangkan permainannya." ucap gadis itu.

  What? Aku hanya jadi bahan taruhan? Dan artinya aku kalah taruhan dengan teman-temanku. Rasanya ini tak adil. Aku kalah hanya karena ciuman palsu itu. Perempuan itu harus membayar semuanya. Membayar kerugianku.  Aku tak akan peduli lee sun gi semakin tak menyukai, karena dari awal kita selalu bersaing dalam sefala hal, dan aku ingin menunjukkan aku unggul dalam segala hal. Termasuk menaklukan perempuan yang menjadi incarannya.

Yoona POV  

Sunny dan soyoung menjadi peserta penggoda pertama. Waktu kita hanya 10 menit untuk menaklukannya.  aku tak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku gugup. Tanpa sadar aku mulai meneguk wisky yang dihadapanku.

Aku gugup dengan permainan ini. Bagaimana mungkin aku memberikan ciuman pertamaku pada lelaki yang ku kenal? Entah berapa gelas yang telah kuteguk padahal batas toleransiku hanya 2-3 gelas. Karena gugup aku jadi tak pandai berhitung.

  Sunny dan sooyoung kembali dengan wajah masam. Bagaimana tidak, mereka sangat diabaikan pria tersebut. Bahkan pandangan pria itu tak tertuju padanya. Bukannya aku sok kePDan tapi aku merasa tatapannya tertuju padaku.

Kini gikiranku dan taeyeon unnie. Aku yakin mereka semua meremehkan kami.

  Aku mulai mengikuti irama musik. Meliukkan tubuh masih dalam batas wajar. Pandanganku tak terlalu jelas, inilah yang selalu terjadi kalau aku terlalu banyak minum. Penglihatanku menjadi kabur. Dan aku tak bisa jelas melihat wajah pemuda itu.  

Taeyeon unnie mencuri start terlebih dahulu. Dia berhasil mencium pipi pemuda itu. Kemudian berbisik pada pemuda itu. Entahlah apa yang mereka bicarakan. Aku tak dapat mendengarnya. Tapi mereka terlihat tak canggung satu sama lain. Aku pikir mereka saling mengenal. Namun sedetik saja taeyeon unnie meninggalkan pemuda itu, aku pikir taeyeon unnie akan mencium bibirnya.  

"dia sepertinya sangat menyukaimu, yoona-ah." bisik taeyeon unnie ketika melewatiku.

  Aku berjalan mendekatinya. Aku tak dapat menggambarkan wajahnya secara detail. Karena penglihatanku kabur akibat minum melebihi dari batas tolelirku. Padahal aku ingin melihatnya secara dekat. Aku bukan tertarik hanya penasaran saja seberapa tampan lelaki itu sampai hampir semua mata perempuan bermain nakal menggodanya. Yang unik sikap dingin sang pria. Dia tak tergoda karena he is good guy atau he is a gay.

  Aku menari dihadapannya. Tak ada penolakkannya seperti yang dilakukan pada wanita lainnya. Apa dia benar-benar tertarik padaku? Okey bahkan sekarang dia berani mengikuti irama musik setalah dari tadi mematung. Entah sejak kapan lenganya melinggkar dipinggangku. Ini kesempatan baik untuk mencium bibirnya.  

"Tersisa satu menit lagi." Ucapku setelah memastikan waktu yang kubutuhkan untuk menggodanya.

Aku memegang pipinya. Sengaja kusimpan dua ibu jariku di sisi bibirnya berlawanan.

CUP.

aku menciumnya. Aku tak mencium bibirnya tapi mencium ibu jariku sendiri. Dia tampak kaget. Aku tak mungkin menyerahkan ciuman pertamaku begitu saja. Aku hanya membutuhkan keyakinan teman-temanku bahwa aku menciumnya. Walau kenyataannya tidak.

  Aku menjauh darinya, setelah mendapatkan yang aku inginkan. Kepalaku semakin berputar dan aku semakin sempoyongan.

Lelaki itu menarik lenganku dan mebawaku kedalam pelukkannya. Kini aku berada dalam pelukkannya. Berada di dekapannya. Badannya tak terlalu berisi. Tingginya pun  tak terlalu tinggi, bahkan hampir menyamaiku saat aku mengenakan high heels 5cm.  

"akan aku ajari kau cara berciuman yang benar." ucapnya dingin tepat ditelingaku dan nafasnya membuatku terasa terkena sengatan listrik berjuta-juta volt.   Wajahku tanpa sadar memerah. mungkin dia tahu aku hanya memanfaatannya.

Tidak! Bagaimana kalau dia mendapatkan ciuman pertamaku?  

Belum sempat aku  mengalanginya bibirnya telah mendarat tepat dibibirku. Bukan sekedar kecupan tapi sebuah  ciuman. Dia melumat bibirku dengan lembut. Dan entah apa yang kurasa, sepertinya milyaran kupu-kupu baru menetas dari perutku dan seakan berterbangan ingin keluar.

    ***

  Aroma wewangian yang entah datang dari mana terasa menyegarkan paru-paruku. Aroma parfum bersatu dengan air terasa khas. Dan berhasil membuatku membuka mata. Kupegangi kepalaku yang masih sedikit pusing.

  Aku mulai memperhatikan sekelilingku. Aku berada disebuah kamar. Tapi ini bukan  ruanganku. Aku ada dimana? Aku benar-benar lupa apa yang terjadi malam itu setalah berciuman dengan lelaki itu.

Berciuman? Aku panik saat mengingat kejadian malam itu. Ku buka selimut yang menutupi tubuhku. Aku bernafas lega karena aku tak bertenjang. Aku masih mengenakan tanktop dan short pan ku.  

Suara pintu terbuka yang masih berasal dari ruangan ini. Suara berasal dari kamar mandi. Aku terkejut melihat seorang lelaki keluar dari kamar mandi. Lelaki itu bertelanjang dada dan melingkarkan handuknya di pinggangnya.

 "aaaahhhh!" teriakku histeris.

  Kenapa ada dia? Dia itu siapa? Apa aku melakukan one night stand dengan pria ini? Kenapa aku rela menyerahkan keperawananku pada seseorang yang tak kukenal? Air mata nyaris meleleh. Aku bangun dan menutupi tubuhku dengan selimut. Rasanya aku malu walaupun aku tak dalam keadaan telanjang.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...