chapter 12

I'm Park Jiyeon

Sebelumnya saya meminta maaf atas keterlambatan tulisan saya ini. Beberapa minggu ini saya edang mengambil lembur di tempat kerja sata dan yang kedua saya sedikit kurang dapet fillnya di chapter ini. Saya mohon maaf atas penantian panjang kalian semua dan mudah2an part ini sedikit menarik dan tak seburuk apa yang saya pikirkan. Mudah-mudahan saya bisa update cepat lagi. Selamat membaca

---------------------

Author POV

  Soyeon bergerak cepat  kejadian ini segera dikabarkannya pada kedua orangtuanya. Mr dan juga Mrs Park terkejut dengan berita yang dibawa soyeon. Mereka tak menyangka putra kecilnya bisa berbuat seperti itu. Amarah tak bisa terelakkan. Membuat jiyeon atau hyojoon harus berhadapan langsung dengan ledua orang tuanya.

  Jiyeon : "ayah ibu aku tak pernah melakukannya. Semua ini salah paham."  

Ibu mendekati jiyeon dan menghadiahinya sebuah tamparan. Beliau merasa kecewa dengan perkataan putra kesayangannya.

Ibu: "kita tak pernah mengajarkanmu menjadi seorang pengecut yang lari dari tanggung jawab."

  Jiyeon: "tapi ibu bagaimana bisa menghamili yoona jika sebenarnya aku ini..."

jiyeon terhenti tatapan amarah diperlihatkan ayahnya. Dia tak bisa berbuat apa lagi. Dia hanya bisa pasrah menerima tuduhan ibunya. Sedangkan ayahnya yang mengetahui kebenarannya membuatnya harus bungkam.  

Ibu : "ayah kenapa kau diam saja? Harusnya kau memberitahu dan menasihati anakmu dan menyuruhnya bersikap kesatria dengan kesalahan yang diperbuatannya." gerutu ibu yang melihat suaminya sama sekali tidak membantunya menasihati putranya yang telah membuat kesalahan besar.

Ibu :  "apa ayah mendukung tindakkannya?" ibu masih dalam keadaan marah dan semakin kesal melihat suaminya hanya diam sebagai penenonton. "aish, ternyata semua pria sama saja, hanya ingin enaknya saja setelah seperti ini tetap saja wanita yang dipojokkan." gerutu ibu yang terdengar seperti makian bagi kaum laki.

Mr park : "lebih baik kau menenangkan dirimu sayang." ucapnya pada istrinya. "biarkan aku yang menyelesaikaN semua ini bersama hyojoon. Aku akan mengambil keputusan yang terbaik untuk mereka."

mr park memberikan pengertian pada istrinya. Mr park berhasil meyakinkan istrinya bahwa dia sebagai kepala tumah tangga akan mengambil keputusan yang paling bijaksana.  mrs park akhirnya meninggalkan  ayah dan anka itu berdua saja. Membiarkan mereka menyelesaikan dengan berbicara dari pria ke pria.

Mr park : mentap jiyeon "sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan yoona?"

Jiyeon : "semua hanya kesalah pahaman saja ayah. Lagi pula ayah tahu sendiri, aku ini perempuan. Dan tak mungikin bisa menghamilinya."

Mr park : "tapi unniemu itu tak mungkin menuduhmu tanpa alasan.''

Jiyeon : "aku hanya mengantar yoona pulang ke apartemennya saat mabuk. Itu saja." terang jiyeon . "aku dan dia sama-sama perempuan mana mungkin aku berbuat sesuatu." lanjut jiyeon mencoba menghilangkan kecurigaan ayahnya.

Mr park : "sama-sama perempuan?" menatap jiyeon. "bukankah kau memiliki orientasi seksual yang sulit dimengerti?" celetuk ayahnya membuat jiyeon tersentak kaget. "selama ini aku selalu menyuruh orang mengawasimu, aku tahu kau menginap di rumah yoona dan aku tahu kau memiliki kekasih dengan gander yang sama denganmu." berjalan mendekati jiyeon. "park hyomin. Itukan namanya?"

jiyeon menunduk karena dia merasa rahasianya terbongkar oleh ayahnya apalagi selama ini dia berjanji pada ayahnya untuk tak berhubungan dengan wanita manapun.

Mr park : "aku tak peduli dengan orientasi seksualmu. Tapi apakah yoona atau hyomin mengetahui kenyataan sebenarnya?"

Jiyeon : menggeleng "tidak dengan hyomin. Tapi yoona mengetahuinya."

Ayahnya menatap jiyeon tak percaya. Dan kemudian mendorong tubuh jiyeon hingga terhimpit di dinding.

Mr park: "Bagaimana Mungkin yoona mengetahuinya? BAGAIMANA KALAU DIA MEMBERITAHU IBUMU?"

Jiyeon : "aku terpaksa memberitahunya, untuk meyakinkannya bahwa aku tak melakukan apapun padanya. Aku jamin dia takkan memberitahu pada siapapun.." jiyeon terdiam. "dia berjanji menyimpan rahasiku dengan syarat aku harus menikahinya." ucapnya melemas.

Mr park melonggarkan cenggkramannya pada bahu jiyeon. Ada rasa lega mengetahui bahwa yoona akan menjaga rahasia yang telah dibuatnya bertahun-tahun. Namun ada perasaan bingung dengan syarat yang diberikan yoona yang sesungguhnya akan menguntungkan kehidupan bisnisnya.

  ***

  Dua pasang berbeda usia tengah menghabisi waktu bersama di sebuah restaourant yang sengaja telah dipesan khusus untuk pertemuan pasangan beda usia ini. Pasangan dewasa atau lebih tepatnya pasangan suami iatri duduk dengan santai menatap pasangan muda yang sepertinya dilanda ketegangan.

"Jadi ini kekasih  yoona putriku?" tanya pria dewasa yang tak lain adalah ayah yoona. Yoona mengangguk menjawabnya.

"nde. Mr Im. Saya park hyojoon. Senang berjumpa dengan anda." jiyeon memperkenalkan diri.

"Baru kali ini yoona memperkenalkan teman prianya pada kami. Dan sepertinya hubungan kalian sangat serius." ucap ibunya yoona.

Jiyeon melirik yoona dengan sedikit sebal. Ya bagaiman atidak kesal, dia tak memberikan persetujuan apapun mengenai tawarannya tapi yoona bersikap seolah jiyeon menerima semuanya. Dan tanpa sepengetahuan jiyeon, yoona telah mengatur acara keluarga ini.

"ayah.. Ibu.. Kami ingin segera menikah dalam waktu dekat." ungkap yoona membuat jiyeon melotot tak percaya.

"benarkah itu?" tanya ibu yoona melihat jiyeon. "Apa kalian yakin untuk menapaki jenjang pernikahan?" sepertinya ibu yoona membaca mimik ekspresi jiyeon yang terkejut dengan pernyataan yoona.

Dengan sengaja yoona menginjak kaki jiyeon agar jiyeon menjawab pertanyaan ibunya. Yoona tak mungkin selalu menghandel pertanyaan kedua orang tuanya. Karena yoona yakin kedua orang tuanya jauh lebih menginginkan jawaban dari jiyeon dibandingkan darinya.

"Ya Mrs. Im saya ingin segera mempersunting putri anda." jawab jiyeon.

"Apa kalian melakukan kesalahan hingga tergesa-gesa dalam menikah?" tanya mr im curiga.

"ayah! kau tahu sendiri, aku ini bukan penganut free . Bahkan aku tak pernah seserius ini sebelumnya. Dia adalah satu-satunya orang yang berhasil membuatku jatuh cinta selama 25 tahun ini." ucap yoona menyakinkan.

Mr Im melirik jiyeon seakan ingin mendapatkan jawaban keseriusan dari pria dihadapannya yang berniat mempersuntung putrinya.

"Tuan tak perlu khawatir. Hubungan kami selama ini sehat. Walaupun saya hidup di inggris tapi saya tak pernah terperangkap dan terpengaruh  pergaulan bebas di eropa yang terlihat sangat lazim di kalangan anak muda. Saya berharap anda memberikan restu pada hubungan kami ini.'' ungkap jiyeon menyakinkan.

"berapa usia mu anak muda?" tanya mr im lagi.

"22 tahun." jawab jiyeon.

Mr im sedikit mengerutkan kening. Ada perasaan ragu pada pemuda yang usianya 3 tahun lebih muda dari pada putrinya. Jiyeon dan yoona membaca keraguan itu. Yoona mulai tegang takut ayahnya berubah pikiran tentang jiyeon apalagi mengetahui usia jiyeon yang lebih muda.

"anda tak perlu khawatir tuan. Walaupunn usia saya jauh lebih muda dari putri anda, saya janji, saya akan menjaganya dengan baik. Saya dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik. Dan saya akan memberikan kasih sayang yang tulus dari dasar hati saya. Saya berjanji akan membahagiakannya tuan." ucap jiyeon menyakinkan orang tua yoona.

Kalimat yang sebenarnya tak pernah terpikir akan terucap darinya. Runtuyan kata yang muncul dan terucap dari alam bawah sadarnya. Yoona mentap tak percaya pada perempuan yang duduk di sampingnya. Tak percaya kalimat itu keluar dari mulut seorang perempuan. Dan lebih tak percaya lagi, baru saja kemarin perempuan itu menolak pernikahan palsu ini dan sekarang berkata semanis itu. Bukankan jiyeon harusnya senang jika ayahnya meragu? Bukankah itu bisa kenghalangi sifat egois yoona karena tak tahu harus berkata apa tentang kehamilannya pada kedua orang tuanya. Bukankah itu bisa menjadi kesempatan untuk jiyeon melarikan diri dari pernikahan ini? Tapi mengapa jiyeon tak melakukannya?

Seketika wajah yoona memerah. Dadanya berdetak kencang tak karuan. Nafasnya terasa berat. Ya sebuah perasaan yang tak pernah dirasakanya. Perasaan apa yang menggebu dihatinya? Perasaan apa yang bergejolak di jiwanya? Apakah ini yang orang-orang sebut cinta?

"kapan rencana pernikahan kalian akan dilaksanakan?" tanya ibu yoona yang memberikan kode restu untuk hubungan mereka.

"satu bulan lagi ibu." jawab yoona.

"kenapa tidak minggu depan?" tanya ayahnya membuat yoona dan jiyeon tak percaya. "alangkah baiknya dalam waktu cepat. Minggu depan sepertinya lebih baik. Ayah akan tenang meninggalkanmu di korea jika telah ada seseorang yang menjagamu dengan baik. Dua mingu lagi ayah dan ibu akan berangkat ke jerman, alangkah baiknya jika kau ada yang menemani." saran ayahnya.

"Baiklah tuan saya akan segera membicarakannya pada orang tua saya." jiyeon menyetujuinya.

Setelah obrolan serius itu, obrolan menjadi semakin santai tak ada lagi obrolan seserius sebelumnya. Percakapan selalu diiringi guyonan sang ayah yang menceritakan tingkah lucu yoona ketika kecil. Jiyeonpun menikmati cerita itu hingga dia tak segan tertawa membayangkan tingkah lucu yoona. Yoona sendiri semakin bersemu merah karena malu dengan guyonan ayahnya juga karena sikap jiyeon yang terkadang tiba-tiba terasa romantis padahal hanya sekedar mengacak-acak poni yoona atau mungkin menatap yoona dengan tatapan khasnya.

"kenapa kalian tak berdansa?" ungkap ibu yoona ketika lagu romantis mengirungi makan malam ini.

Yoona menggeleng kepala. Jiyeon menatap yoona. Jiyeon bangkit dari tempat duduknya dan dengan gaya bak pangeran mengajak yoona untuk menjadi pendamping dansanya. Yoona hanya terdiam melihat uluran tangan jiyeon. Hingga entah dari kapan saraf sensoriknya memerintahkan tangannya menjabat uluran tangan jiyeon.

Mereka melangkah beriringan menuju lantai dansa. Jiyeon tanpa segan merangkul pinggang yoona bahakan mendorong tubuh yoona hingga lebih dekat padanya. Yoona masih dia tak bergerak. Dia merasa ini terlalu dekat.

"ayolah Nonna Im. Apakah kau tak tahu caranya berdansa?" ledek jiyeon "apa kau ingin membuat orang tuamu ragu dengan hubungan kita?" jiyeon menekankan.

Yoona mulai menaruh lengannya dibahu kiri jiyeon. Dan menatap kedua bola mata jiyeon. Menatap mata itu membuat irama jantungnya nyaris terdengar. Membuat aliran darahnya memompa jantung teralu cepat. Wajahnya bersemu merah.

Mereka bergerak mengikuti irama lagu dansa. Lagu dansa romantia yang dapat menghanyutkan pendengarnya.

"apakah mataku ini terlalu indah? Hingga membuatmu tak bisa berkata apa-apa." sindir jiyeon mendapatkan tatapn aneh yoona.

Yoona menunduk. "ayolah park jiyeon. Kau ini seorang wanita aku tak mungkin menyukaimu." jawab yoona.

"aku tak pernah mengatakan kau menyukaiku, bukan?" jiyeon melarat pernyataan yoona. "aku hanya mengatakan bahwa mataku indah hingga kau terus memandangnya." jelas jiyeon.

Yoona semakin menunduk malu.

Jiyeon tersenyum "nonna im kau harus berhati-hati dengan perasaanmu, jangan kau buat hatimu jatuh padaku. Karena hatiku telah menjatuhkan pilihannya pada orang lain." peringatan jiyeon.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...