chapter 18

I'm Park Jiyeon

Author pov  

Tak ada perbincangan diantara Taeyeon dan Soyeon. Entah tak ada yang mau memulai, entah masih ada amarah atau mungkin rindu. Taeyeon fokus mengendarai kendaraannya sedangkan soyeon fokus melihat ke arah jendala karena mungkin disana jauh lebih menarik dibandingkan bersama dengan perempuan dingin seperti taeyeon.  

Taeyeon menghela nafas kasar. Membuat soyeon memperhatikannya. Dua sahabat yang sangat dekat berubah saling menjaga jarak.

"kenapa jadi canggung gini? Jadi degdegan lagi ada didekatnya." pikir soyeon.

  "so apa kau tak merasa aneh?" tanya taeyeon mengawali pembicaraan.

"iya ya, ini terasa sedikit aneh." jawab soyeon tersenyum tak jelas entah terpaksa atau karena canggung.

"ternyata kau pun merasakan keanehan diantara mereka. Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" taeyeon masih dengan mimik serius.

"mereka?" soyeon sedikit bingung. Bukannya seharusnya kata 'kita' yang digunakan kenpa 'mereka'?

"iya. Hyojoon dan yoona. Aku rasa ada mereka menyembunyikan sesuatu." spekulasi taeyeon.

"sebenarnya yoona hamil." ucap soyeon pelan namun tetap membuat taeyeon menginjak rem secara mendadak karena kaget.

Taeyeon menepikan kendaraannya agar bisa berhenti terlebih dahulu tanpa menggaggu pengguna kendaraan lainnya.

 "kau ingat saat handphone kami tertukar? Mereka dalam keadaan di ranjang." ucapnya pelan. "aku harap kau merahasiakannya."

"rasanya bukan itu yang mereka sembunyikan?" pikir taeyeon di hati. "apa ada hubungannya dengan nama jiyeon? Apa nama itu namja yang merusk yoona." taeyeon tampak berpikir.

Soyeon cemas terhadap taeyeon yang hanya terdiam. Soyeon menyakini bahwa taeyeon sekarang marah besar pada adiknya karena taeyeon sangat menjaga yoona selama ini karena mereka berasal dari panti asuhan yang sama.

"maafkan adikku taey." soeyeon menangis.

Tangan kanan taeyeon mendarat di pipi kanan soyeon. Bukan sebuah tampran tapi sebuah belaian dipipi chubby yang selalu membuatnya gemas. Mengelus pipi halus tersebut menyibakkan air mata yang mengalir di matanya.

Taeyeon mendekat wajahnya. Semakin dekat. Dan membuat soyeon memejamkan matanya. Hidung mereka sudah menempel satu sama lain. Jarak bibir mereka hanya tinggal beberapa inchi. Bahkan tangan kanan taeyeon membelai bagain bawah bibir soyeon.

Cup Soyeon terkejut. Saat kecupan itu jatuh di keningnya. Taeyeon mengelus rambut soyeon dan mengecupnya kembali diubun-ubunnya. Dan menjauh dari soyeon.

"aish, kenapa aku memejamkan mata segala. Aish mengapa aku mengharapan jatuh dibibirku." runtum soyeon dihati dengan wajah yang sudah memerah.

Taeyeon yang menyadarinya hanya tersenyum dingin.

"tapi so,  aku yakin adikmu takkan melakukan itu. Walaupun kami hanya berhubungan via seluler, tapi aku tahu dia adik yang baik." pendapat taeyeon. "pasti ada namja lain. Apa yoona pernah bercerita namja yang sedang beekencan dengannya?" tanya taeyeon dijawab dengan gelengan soyeon.  "atau kau pernah mendengar nama jiyeon atau yoona bercerita tenang jiyeon?" lanjutnya.

"nde?" soyeon terkejut.  

Taeyeon pov

Untuk mengurangi rasa penasaranku, tentang nama itu aku memutuskan untuk bertanya pada soyeon. Aku tak tau ini adalah waktu yang tepat atau tidak tapi rasa penasaranku sungguh tak bisa ditahan lagi. Soyeon seakan kaget saat aku menyebut nama jiyeon. Apa dia benar-benar mengenal nama itu. Kulihat dia menarik nafas berat.

Ekspresi kagetnya berubah menjadi kesedihan. Ditutup wajahnya dengan sepuluh jemarinya. Isak tangis terdengar. Aku hanya bisa menelan ludah. Apakah nama itu memiliki arti tinggi untuknya? Sepertinya aku melakukan kesalahan. Tapi sungguh tak ada maksud untuk membuatnya bersedih. Sungguh akupun sakit melihat tangisannya.  

"maafkan aku So, aku tak bermaksud......." Ucapanku terpotong olehnya.

"Taey, bisakah kau mengantarku ke suatu tempat?" aku mengangguk menyetujui ajakannya.

Selama di perjalanan aku tak berani lagi memulai perbincangan. Aku takut salah bicara lagi. Aku hanya mendengarkan arah jalan yang diberitahukan soyeon. Karena sungguh Aku tak tahu tujuan kita sebenarnya. Sepertinya kita menuju distrik yang cukup jauh dari ibukota.

Sampai akhirnya, mobilku ini berhenti di sebuah pemakaman. Buat apa kita kesini? Soyeon melangkahkan kaki lebih dahulu. Aku mengikutinya dari belakang. Melihat punggungnya seakan memikul beban ratusan kilo.

Sungguh saat ini aku sangat ingin berada disampingnga dan memeluknya hingga menyadarkannya bahwa aku Kim Taeyeon akan selalu menemaninya apapun keadaannya.

"ini dia jiyeon yang aku kenal Taey." ucap soyeon di sebuah pemakaman dengan nisan atas nama Park Jiyeon. Dikebumika  sekitar 15 tahun lalu. Aku hendak bertanya.

"Mungkin Yoona mendengar nama itu dari Hyojoon. Karena Jiyeon adik kami yang meninggal 15 tahun lalu." air mata soyeon sudah merada membuatnya dapat bercerita dengan lancar.

Tapi jikalau yoona hanya mendengar nama jiyeon dari hyojoon, dia tak mungkin memanggil nama jiyeon saat aku tiba di apartemennya.

Kulihat tahun kelahirannya. Jiyeon memiliki tahun kelahiran yang sama dengan Hyojoon. Apa mereka berdua kembar?

"Jiyeon adalah kembar Hyojoon. Walaupu  jiyeon seorang anak perempuan tapi dia jauh lebih gagah dibandingkan hyojoon. Dia selalu memberikan kenyamanan terhadap orang yang berada disisinya. Tapi sayang perasaan nyaman itu sepertinya tak pernah dirasakan kedua orangtuaku. Mereka tumbuh menjadi dua anak yang berbeda Hyojoon dengan kemanjaannya dan Jiyeon dengan kemandiriannya." cerita soyeon

"Saat mendengar kabar mereka kecelakaan aku berada di asrama. Mulanya kabar yang kudengar adalah kematian Hyojoon. Tapi saat aku kembali ke rumah, Hyojoon berada disana bersama ibu yang masih terpukul karena mengira putra kesayanganyya yang meninggal. Aku tak diizinkan untuk melihat jasadnya untuk terakhir kalinya. Aku menangisi adik kesayanganku yang selalu manja padaku bukan pada kedua orangtuaku." soyeon menarik nafas panjang. Air matanya tak terbendung lagi. Aku merangkul pundaknya.

"kenapa kau tak pernah menceritakannya padaku?"

"bagaimana aku bercerita padamu taey? Sedangkan nama jiyeon sudah dianggap bukan keluarga Park lagi. Hingga semua orang tahu bahwa keluarga Park hanya memiliki dua orang pewaris. Park Soyeon dan pewaris utama Park Hyojoon. Bagaimana aku bercerita padamu Taey, jika ayahku melarangku untuk mengingatnya bahkan menganggapnya tak pernah ada dibagian keluarga kami." air matanya semakin tak terbendung.

Aku membawanya dalam pelukkanku. Soyeon menangis tersedu di dadaku. Nafasnya masih tak beraturan.

"aku pernah berpikir kenapa bukan Hyojoon yang mati? Kenapa harus jiyeon? Kenapa dia harus dianggap tak pernah ada di dunia ini? Tapi saat aku menangisi kepergian Jiyeon, Hyojoon menenangkanku dan aku merasa berada di dekatnya, di dekat Jiyeon. Setiap pertumbuhan Hyojoon aku selalu membayangkan Jiyeon atau lebih tepatnya hyojoon berambut panjang. Aku yakin mereka akan sulit dibedakan karena mereka kembar identik. Tapi sayang itu tak pernah mungkin taey." ucapnya dalam isak tangis.

Aku tak banyak bicara hanya mendengarkan ceritanya, membiarkan isak tangisnya keluar jika itu akan membuat amarah, kesediahan dan rasa bersalahnya hilang. Membiarkan air matanya membasahi kemejaku jika itu mampu membuang seluruh kesedihannya.

Tapi aku merasakan ada sesutu yang salah. Ada sesuatu yang menurutku cukup aneh. Mengapa jasad jiyeon tak diperlihatkan? Aku merasa ada yang salah antara Jiyeon dan Hyojoon. Tapi bagaimana aku membuktikannya.

Isak tangisnya mereda. Tapi pelukkannya tak pernah mengendur.

Soyeon Pov

Aku sangat terkejut saat Taeyeon menyebut nama Jiyeon. Nama itu saakan membuka kembali lukaku. Aku bukan melupakannya bahkan setiap melihat Hyojoon aku selalu berharap itu Jiyeon. Bukan tak ingin mengenangnya, tapi ayahku melarang kami menyebut nama itu. Bahkan dengan sadis nama itu tak pernah lagi terdaftar sebagai anggota keluarga Park. Aku membawa Taeyeon kepemakaman Jiyeon.

Aku sudah cukup lama tak mengunjungi makamnya. Terakhir kali aku mengunjunginya sebelum aku menjemput Hyojoon di bandara. Karena melihat hyojoon cukup mengobati rasa rindu yang tak terungkap pada Jiyeon.

Aku menceritakan mengenai Jiyeon pada Taeyeon. Karena ku kihat Taeyeon cukup penasaran denga  nama Jiyeon yang di dengarnya dari Yoona. Tak ada salahnya aku menceritakannya karena Hyojoonpun seertinya menceritakan kesedihan itu pada Yoona.

Aku tak kuat lagi menahan tangis. Hingga aku menangis dalam pelukkan Taeyeon. Aku merindukan kehangatannya. Taeyeon selalu membuatku nyaman , sama saat pertama kali kami bertemu. Dan dia berhasil membuatku tenang dengan kenangan jiyeon.

Sama seperti hari ini, luka yang takkan terasa perih saat melalui bersamanya. Kim Taeyeon aku merindukanmu. Aku tak ingin melepaskan pelukkannya. Tapi aku tak ingin terlalu lama dan membatnya salah mengartikannya.

Tapi ini terlalu nyaman untuk diakhiri. Dipelukkannya tangisanku mereda. Nyaman. Satu kata itulah yang menggambarkan perasaanku ini. Nyaman telah menceritakan masa laluku dan nyaman berada dipelukkannya.

Adikku jiyeon tenanglah di sana. Unnie mu ini baik-baik saja. Aku perkenalkan dia Kim Taeyeon seseorang yang selalu membuatku nyaman dengan sikap dinginnya. Dia sangat mirip denganmu ji. Aku menyanyanginya tapi aku tak pernah mengerti arti semua perasaanku ini. Tolong bantu aku Ji mengartikan semua perasaanku ini.

"terimakasih Taey." ucapku serta memberikan gerakan spontan. Aku mendekatkan wajahku, menghadiahi kecupan yang jatuh dibibirnya.

Aku kembali memeluknya. Dia tak membalas pelukkanku. Jantungnya berdebar kencang. Ada apa dengannya?

"Taey, kok detak jantungmu kenceng banget ya ?" tanyaku penasaran dan membuatnya menjauhkan tubuhku yang memeluknya.

Wajahnya yang putih berubah memerah. "kau sakit taey? Wajahmu sangat merah." ucapku seraya mencoba memegang keningnya namun  ditepisnya.

"i'm okey so." ucapnya meyakinkanku.

"unnie." seru seseorang yang suaranya ku kenali. Berbarengan dengan ucapan taeyeon "So, aku mencintai kamu."  ucapnya pelan bahkan nyaris tak terdengar.

  Jiyeon Pov

"jiyeon-shi, aku ingin mengunjungi makam Hyojoon sekarang." ucap yoona tiba-tiba.

Aku menolaknya, namun Yoona memaksaku dan membuatku mengalah.

Setiba disana, ternyata ada yang lebih dahulu disana sebelum kami. Soyeon dan Taeyeon unnie. Apa yang terjadi dengan unnie kesayanganku? Dia terlihat begitu sedih.

"ahh, itu soyeon unnie dan taeyeon  unnie." ucap yoona mencoba menghampiri mereka.

Namun segera kutahan tangannya untuk tak segera mendekat pada mereka berdua. Kami mendengarkan percakapan mereka. Sungguh sedih rasa mendengarkan cerita kematian diriku sendiri dari unnieku. Cerita kematian dari sudut pandang unnieku.

Mendengar semuanya membuatku mengerti mengapa unniku tak pernah membahas tentang diriku atau jiyeon. Ya, ayahku melarngnya. Jiyeon benar-benar telah mati bahkan dikehidupan keluarga Park. Aku pikir unnie melupakanku, tapi aku salah. Sogeon unnie terlalu mencintaiku. Aku dapat merasakannya.

"soyeon unnie tak akan melupakanmu ji. Bahkan dia merasakan kehadiranmu dalam diri Hyojoon. Dia masih mengenali dirimu walaupun dengan identitas berbeda." yoona memeluk pinggangku.

Dia benar. Kali ini aku setuju dengannya. Mataku berkaca. Antara kesedihan dan kebahagiaan. Benar kata orang, kebahagiaan dan kesedihan itu hanya sebatas tali tipis. Kita bisa merasakan keduanya disaat yang bersamaan.

Aku tak tega melihat air mata unnieku, membohonginya dan membuatnya memedam perasaan bersalah. Tapi disisi lain aku bahagia unnieku masih mengingatku, mengenangku bahkan mengenaliku walau dirimu berada dalam identitas berbeda.

Tapi membongkar identitas asliku sungguh sulit. Aku akan dapat celaan, hinaan bahkan hal yang terparah aku takkan pernah dianggap ada lagi baik sebagai Hyojoon maupun Jiyeon. Aku hanya bisa memilih salah satu untuk bisa bertahan. Bertahan sebagai Hyojoon memang bukan yang terbaik tapi cara paling aman untuk aku bertahan hidup. Terutama dari ayahku.

Soyeon unnie dan taeyeon unnie berpelukkan. Aku tahu taeyeon unnie akan menjaganya dengan baik dan aku tahu soyeon unnie membutuhkannya. Sampai ku melihat hal yang tak wajar.

"jiyeon apa yang mereka lakukan dalam jarak sedekat itu?"  tanya yoona polos.

Mereka berciuman. Bodoh! Aku tak menjawab pertanyaan yoona. Okey ada yang salah dalam hubungan mereka. Aku selalu merasakannya. Rona merah tampak mewarnai wajah putih tayeon unnie.

Yoona berjalan mendekati mereka. Melihat punggungnya rasanya aku bersyukur mengenalnya. Aku bersyukur ada seseorang yang menerimaku sebagai Park Jiyeon. Melihatku sebagai jiyeon bukan Hyojoon. Dia Im Yoona.

"unnie.!" seru yoona dan memutus adegan romantis yang taeyeon dan soyeon unnie lakukan.

"se.. Sejak kapan kalian berada disini?" tanya taeyeon unnie kikuk. Terlihat keduanya salah tingkah.

"sejak soyeon unnie..." aku segera membungkam mulut yoona. Ayolah masa kita harus berbicara jujur melihat adegan ciuman mereka.

"kami baru saja datang nunna." lanjutku yang berjalan masih dalam membekap mulut yoona.

"Hyojoon-ah, kami duluan ya." pamit soyeon.

"Nunna bisakah kalian menunggu di taman dekat pemakaman? Ada yang ingin saya bicarakan dengan taeyeon nunna." pinta Hyojoon.

Dan disetujui oleh taeyeon unnie. Soyeon dan tayeon unnie meninggalkan kami. Yoona sudah berjongkok di depan nisan. Wajahnya terlihat bersedih. Bahkan lama kelamaan air matanya mengalir. Aku tahu pasti dia berharap dia benar-benar menikahi Hyojoon bukan seorang pria jadi-jadian sepertiku.

"apa yang kau tanhisi?" tanyaku membuatnya mengusap air matanya. "Pasti kau berharap, aku yang terkubur di dalam sana. Karena dengan begitu yang kau nikahi adalah seorang pria." spekulasiku.

"tidak jiyeon." ucapnya. "aku bersedih karena kenapa dalam nisan ini harus bertuliskan namamu? Kenapa tak nama Hyojoon saja." ucapnya membuatku kaget.

"Jujur Ji, aku tak menyesal menganalmu dan juga tak menyesali pernikahan kita. Sekarang aku hanya berpikir bagaimana kau bisa bertahan menjadi orang lain? Aku yakin itu sangat menyakitkan." lanjut yoona.

Aku tak bisa berkata-kata lagi. Hyojoon saudaraku, Yoona adalah wanita yang kunikahi. Yoona seseorang yang mengetahui kebenaran diantara kita. Dan Yoona wanita yang sulit di mengerti, entah karena dia terlalu polos dan lugu atau mungkin begitulah cara berpikirnya dengan sebuah ketulusan.  

Author pov

Di tempat berlainan Soyeon dan Taeyeon sedang memperdebatkan. Ada rasa khawatir dalam diri soyeon. Mengkhawatirkan adiknya melihat dia mencium Taeyeon. Sedangkan Taeyeon terlihat begitu santai.

"apa yang akan dibicarakan Hyojoon denganmu Taey?" tanya soyeon cemas. "Apa dia akan menanyakan soal ciuman itu?" lanjut soyeon menegang.

"sepertinya begitu." jawabnya santai.

"aish kenpa kau begitu tenang Taey? Kau harus memberikan alasan tepat."

"aku hanya tinggal bilang. Kau yang menciumku terlebih dahulu." taeyeon kembali menjawab santai. Raut wajah soyeon merona.

"itu.. Karena aku terbawa suasana Taey." ucap soyeon gugup. "Kau jangan berpikir bukan-bukan Taey." soyeon memberikan peringatan. "Itu hanya sebuah kecupan persahabatan." Soyeon mencoba mengklarifikasi.

"Ya aku tahu. Cintaku selalu kau tepis kan?" ucap taeyeon pelan.

"kau ngomong apa Taey?" tanya soyeon yang tak mendengarkan ucapan Taeyeon.

"sudahlah lupakan." taeyeon sedikit kesal.

"ayolah Taey." rajuk soyeon.

Sesampainya Hyojoon dan Yoona, tanpa menunggu lama Hyojoon dan Taeyeon memilih memisahkan diri.

"Nunna apa kau mencintai soyeon nunna?" tanya hyojoon to the point.

"Ya. Aku mencintainya. Aku mencintainya melebihi diriku sendiri." taeyeon sudah mengira pertanyaan itu yang akan dilancarkan hyojoon.

Hyojoon menganggukan kepala. "Pantas saja aku merasa aneh terhadap hubungan kalian." tersenyum.

Hyojoon berjalan menepuk pundak taeyeon. "Nunna tolong jaga nunna tersayangku." pesan HYojoon dan hendak meninggalkan taeyeon.

"aku pasti menjaganya." hyojoon terhenti saat taeyeon kembali berucap. Dia tersenyun mempercayai keseriusan taeyeon.

"apa kau menikahi yoona karena dia hamil?" pertanyaan taeyeon membuat hyojoon kembali membalikkan badan dan menatap kembali sahabat kakaknya.

"Tapi aku yakin bukan kau yang melakukannya." taeyeon kembali melanjutkan ucapannya dengan senyum misteriusnya.

"Bukankah aku benar, Park Jiyeon?"

Mereka saling menatap satu sama lain. Bukan tatapan serangan. Tapi tatapan saling bertanya dan saling melempar pertanyaan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...