chapter 23

I'm Park Jiyeon

Taeyeon pov  

Aku dibuat gila dengan tiket jepang. Aku tak mendapatkan tiket untuk hari ini. Semua penerbangan jepang hari ini sudah penuh begitupula untuk pagi harinya. Aku mendapatkan tiket di sore harinya. Tanpa membuang waktu sesampainya di jepang, aku mencoba menghubungi yoona ataupun hyojoon. Tapi sayang handphone mereka tak bisa dihubungi.

"Apa kau tak akan mengunjungiku?" Suara itu terdengar saat aku berada di lobi hotel hendak memesan kamar.

"Kau tak perlu memesan kamar taey. Selalu ada ruang untukmu ditempatku taey." Aku menatapnya malas. Aku malas bertemu dengannya. Tiffany.

Tiffany berjalan mendekatiku. "Itupun jika kau menginginkan video itu aman ditanganku." Ancamnya.

"Dimana kamarmu?" Aku mengalah dan dia tersenyum menang.

Untuk situasi seperti ini, alangkah baiknya aku menuruti keinginan tiffany. Video itu harus aku amankan sebelum menyebar. Dan tiffany akan menggunakan video itu untuk mengekangku dan juga untuk menjauhi soyeon.

Entah siapa yang harus aku pertahankan? Hubungan yoona dan hyojoon yang akan berdampak besar baik dua keluarga juga perusahan mereka atau hubunganku dengan soyeon.

Jika aku egois aku biasa saja mengabaikan yoona dan memilih hubunganku dengan soyeon. Toh video itu takkan berpengaruh padaku dan soyeon. Tapi aku tak bosa berpikir seperti itu. Yoona sudah seperti adikku. Aku tahu yoona bahagia dengan pernikahannya. Dan aku tak ingin menghancurkan kebahagiaannya hanya karena video murahan itu. Selain itu, soyeon akan sangat kexewa pada hyojoon. Dan yang paling akan terkena dampaknya adalah perusahaan SM tempatku bekerja dan diberi kepercayaan oleh tuan Im.

Aku mengikuti tiffany. Menaiki lift. Tiffany memijit lantai paling atas. Tiffany mendekatiku memberi jarak yang kecil diantara kami. Menghimpitku ke sisi lift.

Nafasnya sengaja dihembuskan di dekat leherku. Hingga sampai di daun telingaku. Di menjilati telingaku. Nafasku mulai memburu. Wajahkupun mulai memerah. Aku sebisa mungkin menahan nafsuku.

"Apa yang kau lakukan fany? Ini tempat umum." Aku coba memperingatinya.

"Aku merindukan sentuhanmu taey." Ucapnya sensual membuat diriku semakin kalang kabut menahan nafsu.

 "Aku ingin tahu, seberapa kuat kau menahan singa itu untuk tak menerkamku." Ucapnya benar-benar ingin memancing birahiku.

Tiffany mencium bibirku yang rapat. Mencoba melumat bibir bawahku dan mendesak lidahnya agar mulutnya terbuka. aku mendorong tubuhnya agar menjauh dariku. Tapi lengannya yang sudah mengalung di leherku membuatku kesulitan. Namun ternyata kegilaannya belum berakhir. Di gesekkannya dadanya pada dadaku. Aku menahan desahanku. 

Ting. Pintu lift terbuka. Membuatnya menjauh dariku. Aku bersyukur ada yang memasuki lift ini. Setidaknya jika ada orang lain diruangan ini tiffany takkan berbuat macam-macam. Karena sekarang tiffany memunggungiku dab seolah kami tak saling kenal. 

Tapi sayang pikiranku salah. Tangan tiffani yang menyilang di belakang, bergerak nakal. Dielusnya pahaku. Bahkan bergerak hingga keselangkanganku. Aku sedikit bersyukur aku mengenakan celana jeans panjang. Berkali-kali aku mencoba menjauhkan tangannya, tapi tangannya justru semakin berani bergerak di area kewanitaanku. Menekannya.

Ting. Aku menghembuskan nafas berat. Bersyukur telah mencapai lantai yang dituju.

Tiffany melihat kearahku. "Ups taey, sepertinya aku salah memijit nomer." Ucapnya kembali memijit nomer ke lantai 8.

Aku dipermainkannya. Baru kali ini aku dikuasai dirinya. Aku harus segera membalikkan keadaan. Kalau aku terus ditekan seperti ini aku tak dapat melindungi dirku sendiri. Aku harus membalas serangannya guna menghentikan tindqkan nakalnya.

Dengan berat hati aku menggerakkan tanganku. Meremas pantatnya. Tanganya berhenti bergerak diarea v ku. Tubuhnya menegang karena kaget dengan perlakuanku. Walaupu  aku tau dia pasti tersenyum senang. Tanganku bergerak mengelus paha mulusnya. Tiffany yang mengenakan dress satu jengkal di atas lutut membuat tanganku dengan mudah. Mengelus pahanya yang memang terekspose. Tanganku semakin naik hingga keselangkangannya. Mengelus bagian kewanitaannya yang masih tertutup.

Kenapa tanganku bergerak semakin nakal? Tanganku memasng sudah lama tak menyentuh bagian tubuhnya. Sepertinya tangan dan nafsuku tak bisa berkompromi dengan hati dan logika. Aku memelorkan underware bawahnya. Tiffany pun  sepertinya mengerti keinhinanku dengan mempercepat membuatnya turun. Tiffny sedikit menunduk untuk membawa dalamannya. membuat jariku semakin terasa menekan bagian kewanitaannya.

Tiffany melihat kearahku. Wajahnya memelas seakan meminta lebih.

Ting. Pintu luft terbuka. Aku keluar lebih dahulu. Aku telah memotong klimaksnya yang tak jadi. Ayolah fany. Kau takkan menang melawanku.

"Dimana kamarmu?" Tanyaku karena dia bergerak sangat lambat. "Aku sudah tak sabar mengerayamimu." Bisikku vulgar. Aku hanya tak ingin ada orang yang menyadari bahwa dia sedang tak mengenakan penghalang di bagian privasinya.

Tiffany langsung menutup pintu kamar. Lqngsung menyambar tubuhku mencoba menciumi bibirku tapi aku sebisa mungkin aku menghindar dari bibirnya. Aku selalu ingat ucapanku pada soyeon. Bahwa bibirku ini miliknya. Aku hanya akan menciumnya. Setidaknya bagian bibir khusus pada soyeon. 

Karena aku takut kalah dengan  pertahananku, aku segera mencium leher jenjangnya. Menghisapnya. Menjilatinya. Menggigitnya. Membuatnya mendesah. Tanganku tak tinggal diam. Meremas dadanya yang masih terbalut dress. Tangan lainnya bergerak dibagian bawah. Mengelus. Menekan. Bahakan memasukkan jemari ke lubang kewanitaannya.

***

Matahari pagi menyusup. Aku terbangun. Tiffany masih tertidur memelukku tanpa mengenakan sehelai benangpun. Sedangkan aku masih mengenakan underwareku. Aku memainkan rambutnya. Aku merasa sangat bersalah padanya juga pada soyeon. Aku tak bermaksud mempermainkan tiffany atau hanya menjadikan tiffany pemuasku saja. Tapi dia sendiri yang selalu membangun singaku yang tertidur. Dan aku merasa bersalah pada soyeon. Aku mencintainya tapi aku melakukannya dengan orang lain. Tapi setidaknya aku masih menjaga kehormatanku. Karena aku tak pernah mengizinkanku menyentuhku.

Tiffany menggeliat. Terbangun. "Pagi." Ucapnya parau karena serak mengeluarkan desaha  sepanjang malam. 

Tiffany mencoba bangun. "Taey badanku sakit." Keluhnya. Bagaimana tidak? Kita bermain beberapa ronde panjang. Itu bukan salahku, dia yang memintanya melanjutkan permainan.

Aku merubah posisiku. Aku duduk bersender. Dan tiffany pun  menjadi berbaring di pahaku. wajahnya tepat dibagian kewanitaanku yang tertutup underware. Hembusan nafasnya yang menerpa membuatku gila. Aku tahu tiffany hanya pura-pura tertidur dan sengaja menggodaku. Basah. Bukan aku. Tapi sesuatu yang basah menyentuh bagian bagianku. Lidah tiffany sedang bermain dibagian bawah. 

Tiffany hendak menguasaiku yang sudah tak tangan dengan perkuannya. "Aaa..." rengeknya ketika mencoba tubuhnya bergerak. Aku bernafas lega.

Aku bangun hendak ke kamar mandi.

"Aku akan menghapus video itu taey." Ucapnya membuat langkahku terhenti. "Tapi sebagai gantinya aku akan menyimpan video permainanmu kemarin malam." Ucapnya membuatku melihat kearahnya tak percaya.

"Kau tak perlu tegang seperti itu taey. Video itu hanya kenang-kenangan untukku jika aku merindukan  sentuhanmu. Dan mungkin aku akan berbagi denga  soyeon unnie." Lanjutnya lagi.

"Oh ya aku lupa memberitahumu. Aku menyimpan sisi tv di kamar ini. Dan mungkin dalam video itu aku terlihat seperti budak seksmu." Ucapnya. "Kalau kau ingin video itu aman setidaknya, ikutu permainanku. Tidak maksudku permintaanku.

Aku menelan ludah. Ini jebakkan. Rasanya video hyojoon menjadi video yang dibayar sangat mahal. Aku mengorbakan kehidupanku dan perasaanku. Aku tak pernah berpikir tiffany aka  segila ini. Bukankah dia bisa melakukannya pada pacarnya?

***

Siang harinya aku berhasil menghubungi yoona. Yoona sedang perjalanan menuju hotel dan mereka baru saja melakukan wisata ke gunung fuji. Hubungan yoona dan hyojoon sangat harmonis bagaimana ada orang ketiga?

"Mana hyojoon?" Tanyaku saat menemui yoona. Yoona diam tak menjawab. "Apa sedang menemui pramugari itu?" Ucapku membuat mata yoona membulat.

"Pramugari itu temannya." Sanggah yoona sebelum aku berpikir macam-macam.

"Taman? Dengan berciuman dihadapanmu?"ungkapku membuat yoona menjatuhkan gelas yang di genggamnya. "Kau tak perlu bertanya aku tahu darimana. Karena yang pa tas menjelaskan situasinya sekarang adalah kau dan jiyeon." Aku sengaja mengucap nama jiyeon ingin mengetahui reaksi yoona.

"Unnie kami akan menyelesaikan maslah itu. Jiyeon akan segera memutuskan perempuan itu hari ini." Ucap yoona gugup. 

Dugaanku benar. Dia jiyeon. Bukan hyojoon. Walaupun kemarin dia tak mengakuinya. Dan yoona mengetahui kebenaran tersebut.

"Bagaimana perasaan kalian? Apa dia tak mencintai peremouan itu?" Tanyaku sengaja menggunakan kata dia untuk memancing nama jiyeon kembali terucap dari mulutnya.

"Aku mencintainya. Begitupun jiyeon mencintaiku." Ucap yoona terpancing.

"Jiyeon?" Ucapku pura-pura kaget.

Yoona sepertinya baru menyadari ucapannya.dia mencoba menjelaskan walau terbata. Dia mencoba membangun kebohongan akan nama itu dwngan mengatakan nama itu panggilan sayangnya.

"Hyojoon adalah jiyeon, kan? Dia seorang perempuan." Ucapku membuatnya diam.  Diamnya seakan membuatku menemukan jawabannya."sejak kapan kau mengetahuinya? Sejak malam pertama kalian?"

"Aku mengetahuinya sebelum kami menikah unnie. Sebelum aku mempertemukannya dengan orang tuaku." Akhirnya yoona membuka suara. "Unnie kau jangan mengudge ku bodoh atau aneh. Aku tahu aku aneh. Aku mencintai perempuan. Mungkin ini juga alasanku tak pernah tertarik pada pria. Unnie kau jangan bilang pada yang lain." Rajuknya padaku sembari memohon.

Aku menatapnya iba. Aku merasa aku jauh lebih pengecut darinya. Dia mengakui perasaannya  sedangkan aku menutupi perasaanku bahkan soyeonpun sepertinya tak menyadari perasaanku.

Aku mendekatinya. "Tak ada yang salah dengan perasaan. Cinta tak pernah salah memilih. Kau beruntung bisa bersamanya. Sedangkan aku harus menahan perasaanku pada soyeon." Akupun terbawa suasana.

"Unnie menyukai soyeon unnie?" Ungkapnya kaget. Aku hanya mengangguk.

"sejauh apa hubunganmu dengan jiyeon? Apa kau sudah melakukannya?" Godaku. "Kemarin kalian menginap di gunung fuji pasti kalian melakukan sesuatukan disana?"

Wajah yoona memerah. "Kami tak melakukan sejauh itu unnie. Kami hanya berciuman saja." 

"Berciuman dibagian bawah maksudmu?" Godaku. Membuatnya semakin memerah dan meneriakki namaku.

"Bagaimana perasaanmu melihatnya berciumana dengan perempuan lain?" Tanyaku.

"Hyomin pacarnya unnie. Dia memiliki hak yang sama. Aku harus menunggu jiyeon hingga dia memutuskan salah satu diantara kami. Dan sekarang jiyeon akan memutuskannya. Tapi unnie, aku takut. Takut jiyeon berubah pikiran." Terang yoona kemudian memegangi kepalanya.

"Dia sangat kesepian unnie. Aku selalu ingin bersamanya. Tapi perjanjian pra nikah kami membuatku takut uniie. Aku takut.. aku takut....." lanjutnya kembali memwgangi kepalanya.

"Unnie.... unniee... sakit. Sakit ji.. sakit" ringisnya memegangi kepalanya.

Aku panik. "Kau tak apa yoona?" Tanyaku khawatir.

Belum sempat yoona menjawabnya, dia jatuh pingsan. Aku segera menghububgi hotel untuk segera memanggil ambulan terdekat. Sesampaknya di rumah sakit yoona mendapatkan penanganan dari dokter. Aku pun segera menghubungi jiyeon.

***

Hyomin Pov

Aku senang sekali saat Hyojoon menghubungi meminta kami untuk bertemu. Aku merindukannya. Aku ingin menghabiskan waktu dengannya. Kami pergi ke taman dengan stasiun Harajuku. Duduk ditaman, ditemani danau indah. Ku lihat hyojoon tersenyum geli sendiri. Sepertinya dia sedang membayangkan sesuatu.

  "kau kenapa?" tanyaku. Dia menggeleng.

"Entah hanya perasaanku atau bukan akhir-akhir ini kau sering tersenyum atau marah-marah tak jelas saat bersamaku." pendapatku.

"oh ya?" Entah itu jawaban atau hanya untuk memastikan. Yang pasti itu tak menjawab sama sekali hal yang kupikirkanb tentangnya.

"Hyojoonah, aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu. Aku merindukanmu." ucapku mengalihkan perbincangan dibandingkan perranyaan awalku membuat moodnya berubah.

Hyojoon hanya membalasnya dengan senyuman. Dia mungkin lebih sering tersenyum tapi sungguh senyuman itu tak membuatku hangat. Aku merasa senyumannya bukan lagi untukku. Bahkan aku merasa sangat dingin bersamanya.

"bagaimana keadaan yoona sekarang?" tanyaku mengubah topik lagi, berharap dia jauh lebih tertarik.

"dia membaik."jawabku.

"yoona ternyata sama baiknya ya dengan apa orang lain katakan. Dia sangat supel. Aku senang bisa mengenalnya." ucapku yang sedang mengenal nonna im.

"dia menanyakan hubungan kita. Sepertinya dia sangat perhatian padamu."

"apa yang ditanyakannya?" Tanyanya lagi.

Sepertinya nama nonna im memang membuatnya tertarik, atau mungkin hanya perasaanku saja karena semalaman sebelum qri berangkat ke korea dia memanasiku dengan kedekatan hyojoon dan yoona.

"dia menanyakan lama hubungan kita dan sejauh apa hubungan kita. Aku menjawab hubangan kita sudah cukup jauh. Aku bilang saja aku kita pernah melakukannya." jawabku. "karena aku sedikit cemburu sepertinya kalian sangat perhatian satu sama lain." Aku jujur dengan perasaan cemburuku.

"hyominah sebenarnya aku memiliki dua kebohongan besar dalam hidupku. Entah kau akan mempercayainya atau tidak atau mungkin bisa merubah pandanganmu terhadapku." Wajahnya berubah tegang dan menatapku serius

"aku hanya berharap kau menjaga salah satu rahasia terbesarku."

"aku senang kau mau terbuka padaku." ucapnya.

Ya aku senang dia terbuka padaku. Artinya dia mempercayaiku untuk menyimpan dan berbagi rahasinya padaku. Aku senang dia akhirnya menceritakan sedikit kehidupannya

"tapi sebelumnya aku ingin hubungan kita cukup sampai disini. Piane hyominah. " ucapnya melemah.

Aku bagai tersambar petir di siang bolong. Baru saja aku merasa dia hangat namun sedetik kemudian dia menghanguskan harapanku.

"wae? Apa aku berbuat salah?" tanyaku membuat air mataku mengalir.

"aku yang membuat kesalahan. Bukan kau." ucapku. "sebenarnya aku dan yoo........"

Handphonenya berdering membuatnya mengangkat panggilannya. Samar ku dengar hyojoon menyebut nama yoona. Ada apalagi dengan nona im?  Ku dengar hyojoon menyebut rumah sakit. Apa nona im kembali jatuh sakit?

"hyominah piane aku harus pergi sekarang." ucapnya.

"aku ikut." pintaku

Dia menyetujuinya. Hyojoon melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi. Untung saja yang disewanya adalah sebuah sepada motor. Aku memeluknyam. Aku memberikan perunjuk menuju rumah sakit. Aku cukup mengenal jepang. Karena jepang adalah tempat favoritku bila sedang terbang.

  Kami tiba di rumah sakit. Dia belari tanpa memperdulikan aku yang mengikutinya segera menuju ruang informasi hyojoon tampak sangat mengkhawatirkan nonna im.

"Maaf suster dimana pasien bernama Im Yoona berada?" tanyanya menggunakan bahasa inggris.

"maaf anda siapanya?" perawat tersebut bertanya untuk memastikan.

"saya park Hyojoon. Suaminya." Ucap hyojoon membuatku kaget.

Hyojoon melihat kearahku sekilas dan meninggalkanku. Aku masih kaget. Hanya diam. Mematung. Tanpa pergerakan. Air mataku meleleh. Rasanya aku mendapatkan jawaban atas ucapannya yang memintaku mengakhir hubungan kami.

Setelah berhasil menguasai diri. Aku segera ke ICU tempat yoona mendapatkan penanganan. Hyojoon menatapku merasa bersalah. Tapi dia kembali memperhatika yoona yang sedang mendapatkan perawatan dokter.

Melihat kondisi yoona yang kelihatannya cukup buruk. Membuatku merasa bersalah. Bersalah atas perlakuanku kemarin. Membayangkan perasaannya saat hyojoon mengenalkanku sebagai pacarnya dan mengenalkan dirinya seperti orang lain. Ketika aku mencium suaminya tepat dihadapannya dan bermesraan dihadapannya. Saat aku berbohong pada yoona dengan berkata pernah melakukannya dengan hyojoon padahal hubungan kami hanya webatas ciuman.

Aku merasa menjadi penyebab sakitnya nona im. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...