chapter 3

I'm Park Jiyeon

Hyomin POV  

Selama perjalanan dengan Hyojoon tak ada suara yang terdengar darinya. Hanya suaraku yang terdengar bercerita kejadian masa kecil. Hyojoon hanya berdeham atau menjawab dengan kata 'oh' atau mungkin 'oh ya?' tak ada kata lain selain itu. Sikapnya kembali seperti es. Dingin.

Namun setidaknya kini ada senyuman menemaninya. Mungkin dia sibuk memperhatikan jalan apalagi jalanan seoul banyak sekali perubahan.

  "Apa kau mau menemaniku ke pemakaman jiyeon? Aku ingin mengunjunginya terlebih dahulu." tanyanya. Untuk pertama kalinya.  

"Ya, aku akan menemanimu." aku menerima tawarannya.  

"Sebenarnya aku sedikit kesulitan mengingatnya, bisakah kau menunjukkannya?" akunya jujur.

  Aku tersenyum. Lucu rasanya melihat eksperesi malunya. Sudah tahu dia sudah 8 tahun tak pulang ke seoul belaga pulang seorang diri lagi. Dasar. Aku pun menunjukan setiap jalannya setelah dia menyebutkan daerah pemakaman Jiyeon.

  Jiyeon POV  

akhirnya kami sampai dipemakaman. Untung saja aku pergi bersama Hyomin kalau tidak, aku tak tahu bagaimana  nasibku di jalanan. Aku segera membeli seikat bunga untuk kusematkan dekat nisan hyojoon. Hyomin mengikuti dari belakang.

Sungguh miris rasanya saat melihat nama yang terukir di nisan itu. Ya, namaku yang tertulis di sana.

Cuaca tiba-tiba saja tak bersahabat hujan kecil menyertai. Aku tak mengerti dengan perubahan alam ini.  Mungkin alam mengerti kesedihanku, mengerti air mata yang tak pernah menetes. Atau Mungkinkah ini kemarahan Hyojoon karena aku datang sebagai dirinya? Atau mungkin tangisan Hyojoon karena dia menginginkan posisiku datang bersama perempuan yang disukainya. Entahlah.

Aku selalu merasa bersalah setiap kali datang kepemakamannya. Karena aku semua terjadi dan aku mendapatkan hukumanku hingga harus   menjalani kehidupanku yang tak normal.  

Ku buka blazer, dan ku pakaikan pada Hyomin. Dia bisa sakit jika hujan mengenainya. Hyomin tampak terkejut dengan perlakuanku. Namun seketika dia tersenyum sebagai tanda terimakasih.

Handphoneku tak lama berdering. Taeyeon unnie? Apa sesuatu terjadi pada soyeon unnie?  

"ya nunna!" aku menjawab panggilannya.

  Taeyeon unnie menjelaskan bahwa soyeon unnie tiba-tiba saja meninggalkan mobilnya. Dan taeyeon unnie masih mengikutinya karena khawatir.

Taeyeon unnie memintaku menjemput soyeon unnie terlebih cuaca menjadi hujan. Dan aku pun meminta taeyeon unnie untuk terus memastikan keberadaan dan taeyeon unnie.  

"aku mau menjemput soyeon nunna. Apakah kau mau menemaniku?" tanyaku pada hyomin dan hyomin pun bersedia kembali menjadi pemandu jalanku.  

***

Setelah satu minggu berada di seoul, teman-temanku semasa junior school mengajak berkumpul di salah satu club. Aku pun ikut berkumpul bersama mereka disebuah club (tempat hiburan malam). Tidak ada salahnya bertemu dengan teman lama, selama aku masih bisa menahan diri untuk tidak minum minuman beralkohol.  

Aku bersama kelima temanku memilih duduk disofa paling pojok. Memesan minuman beralkohol seperti wine, wiskey ataupun lainnya. Sedangkan aku hanya memesan minuman bersoda ringan.

Aku memang menghindari meminum minuman beralkohol. Aku tak ingin kehilangan kesadaranku dan mulutku berkomat-kamit mengucapkan hal yang tak perlu.

  Nickhun : "Apa kau tak meminum ini?" ucapnya menyodorkanku segelas minuman keras. Aku menggeleng menolaknya

  Lee sun gi : "Aish kau masih sama sekali tak berubah. Selalu mencoba menjadi good boy. Aku pikir setelah kau ke inggris kau akan berubah. Dan terbawa kehidupan mereka." aku hanya tersenyum menanggapinya.

  Jiyeon : "Baekhyun-shi kau terlihat tak bersemangat. Apa kau akan menemaniku menjadi good boy maoam ini?" candaku karena setahuku baekhyun adalah peminum yang handal.  

Lee hyun wo : "hyojoon-shi kau ini banyak ketinggalan cerita mengenai kami.  baekhyun sedang patah hati karena salah satu perempuan diujung sana." aku mulai mengamati perempuan yang berada di ujung. Mereka semua berjumlah 6 orang. "Cintanya baru saja ditolak oleh nunna bertumbuh pendek itu." sembari menunjuk perempuan berambut pirang.

  Loh sepertinya aku mengenal perempuan itu. Kim taeyeon. Aku mulai mengamati satu persatu dari mereka. Sampai seorang perempuan berambut hitam panjang bergabung dengan mereka. Perempuan itu paling menarik diantara lainnya. Senyumnya tipis bahkan tampak tak terlihat. Mengenakan pakaian yang tertutup mengenakan jeans dan jaket hitam agar terlihat cassual. Berbeda dengan rekan-rekannya yang mengenakan pakaian minim.  

Baekhyun : "apa kau tertarik pada salah satu diantara mereka?" Tanyanya membuyarkan pandanganku pada perempuan itu. "kau boleh menyukai siapapun terkecuali Kim Taeyeon." peringatannya.

  Jiyeon : "tenang saja aku tak tertarik dengan wanita bertubuh mungil." aku menutup mata. Dan asal menunjuk diantara kerumuna orang ramain ini. "itu yang kusukai."

  Mereka menatapku tak percaya. Memangnya siapa yang ku tunjuk. Aku mulai memperhatikan arah jari telunjukku yang menunjuk pada perempuan berpakaian serba panjang tadi.

Sejak kapan perempuan itu berdiri disana? Bukankan dia tadi duduk bersama teman-temannya?   Ku lihat nickhun menepuk pundak lee sun gi. Ada apa dengan mereka? Dan lee sun gi sendiri menatapku tajam. Apa yang salah dengan perempuan itu? Atau ada yang salah dengan pilihanku?  

Lee hyun wo : "Perempuan itu bernama Im Yoona putri dari pemilik saham tertinggi SM Town. Dia merupakan target  Sun gi berikutnya. Tapi sayang yoona tak mudah didekati. Kami tak pernah melihat dia dekat dengan lelaki manapun. Makanya sun gi sangat ingin mendapatkannya yang tak pernah tersentuh, termasuk bibirnya." jelasnya.  

Aku tak percaya dengan cerita itu. Menurutku perempuan itu terlihat sedikit bengal. Ya walaupun pakaiannya tertutup. Tapi tak yakin dia tak tersentuh apalagi dibagian bibir. Rasanya tak mungkin.

  Yoona POV  

Aku memiliki janji  bertemu dengan anggota SNSD. Namun aku tak datangsesuai waktu yang dijanjikan. Karena aku menemui soyeon unnie terlebih dahulu untuk mengajaknya bergabung bersama kami. Namun sayang aku tak berhasil membujuknya. Aku memutuskan untuk pergi seorang diri. Dan soyeon unnie memperingatiku agar tak terlalu banyak minum.

  Taeyeon : "kau tak behasil membujuk soyeon?" tanya leader baru kami. Dan menggeleng lemas.

Jessica : "yoona-ah sepertinya lee sun gi terus memperhatikanmu." ucapnya dan aku saa sekali tak tertarik.

Yoona : "Bukan urusanku aku tak peduli."

Sunny : "sepertinya lelaki berkaos putih itu memperhatikanmu juga." membuatku sedikit tertarik. "Sepertinya dia orang baru. Aku tak pernah melihatnya sebelumnya."

Aku mulai mencari pandangaku terhadap lelaki yang disebutkan Sunny. Lelaki tersebut tampak asyik berbincang dengan teman-temannya, termasuk Lee sun Gi salah satunya.

Tunggu! Ada yang menarik dari lelaki itu, sepertinya minuman yang diminumnya bukanlah alkohol mungkin sejenis minuman bersoda. Bahkan tatapan lelaki itu tak liar, dia hanya terlihat terfokus berbincang dengan temannya. Berbeda sekali dengan mata lee sun gi yang liar menatap wanita berpakaian minim. Menjijikan!

Namun tanpa sadar kami saling bertatap. Bagaimana mungkin aku sebut ini tatapan? Sedangkan jarak kamipun terbilang jauh. Sudahlah lupakan tentang laki-laki itu.

Aku beranjak pergi menemani Yuri ke Toilet. Namun tiba-tiba saja Yuri menepuk pundakku keras. Aku menatapnya sebal dan meringis kesakitan.

Yuri : “Yoona-ah sepertinya pria itu menunjuk dirimu.”

Aku memastikannya bahkan aku mengecek sekelilingku memastikan pria itu menunjukku. Tapi tak mungkinkan dia menunjuk pria botak dan gendut yang berada didepanku.

Sekembalinya dari toilet Yuri bersemangat menceritakan tentang lelaki itu. Dan ternyata temanku lainnyapun memperhatikannya.

Jessica : “Kau beruntung Yoona, padahal sedari tadi aku mengincarnya. Tapi kau yang baru tiba langsung mendapatkan lampu hijau. Lihatlah tatapan perempuan lainnya pada lelaki itu, serasa ingin bercinta dengannya. Rasanya aku rela walau hanya jadi partner ONE NIGHT STaND.”

TAeYEON : Tersenyum “Bagaimana kita bertaruh!” semua mata tertuju pada kid leader. “Jika salah satu dari kita berhasil menaklukannya apalagi bisa berciuman dengannya. Kalian dapat meminta apapun yang kalian inginkan selama satu bulan.”

Tiffany : “Aku tak ikut, disana ada Nickhun.” Tiffany langsung mengundurkan diri karena keberadaan pacarnya.

Aku tak ingin melakukan taruhan ini. Taruhan ini selalu kami lakukan. Tiffany dan Nickhun adalah salah satu hasil taruhan kami. Ya, mereka saling dekat kaena taruhan yang kami lakukan. Kami? Maksudku mereka. Karena aku tak pernah terlibat dengan pertaruhan tersebut. Aku dan Taeyeon unnie memang tak penah terlibat. Tapi bedanya Taeyeon Unnie selalu menjadi penggagasnya.

Sunny : “Okey! Aku ikut seperti biasanya. Tapi dengan syarat kalian berdua ikut terlibat dalam misi kali ini. Bagaimana?” tantang sunny yang bernama asli Lee Sunkyu.

Taeyeon : tersenyum “Okey, aku akan terlibat dalam misi ini.” Aku terperanjat kaget. (Aku terlibat karena aku yakin menang. Dan bisa menaklukkan Hyojoon.) “Bagaimana denganmu?” menatapku.

Sooyung : “ayolah Yoona-ah. Kau bukan seorang lesbiankan?” canda sooyung namaun membuat Taeyeon dan Tiffany tersedak bersamaan. Kenapa mereka?

Ottoke? Apa yang harus aku lakukan? Aku tak suka permainan ini. Aku ingin berciuman dengan seseorang yang cintai tulus dari dasar hatiku. Tapi aku tak ingin di cap sebgai penyuka sesama jenis. Ottoke?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...