chapter 21

I'm Park Jiyeon

  Hyomin pov  

Karena kemarin aku meminta tukar jadwal dengan Eunjung, hari ini aku baru bisa berangkat ke Jepang. Saat di bandara aku berjumpa Hyojoon. Dia ada pertemuan bisnis di negara sakura itu. Tapi kulihat Hyojoon datang bersama seorang perempuan. Bukan seorang perempuan biasa. Im Yoona pewaris tunggal SM. Katanya Yoona akan mengunjungi suaminya di jepang. Dan sampai hari ini aku penasaran siapa suaminya? Karena kabar pernikahannya tak bisa ku cari di internet.  

Saat mendarat di Jepang. Aku mencari keberadaan hyojoon di  bandara. Tapi aku tak menemukannya. Menghubunginya. Namun handphonenya mungkin masih dalam keadaan mode terbang. Aku memutuskan segera ke hotel. Mungkin saja urusan kerjanya memang sangat mendesak.  

Aku sibuk memandangi handphoneku. Berharap segera dapat kabar dari hyojoon. Cemas rasanya tak dapat kabar. Aku berpikir untuk menghubunginya. Namun selalu ku urungkan. Aku takut menganggu pekerjaannya.  

"sampai kapan kau memandangi handphonemu?" sindir qri. "apa akan keluar makanan jika kau terus melototinya?" sindirnya lagi karena aku sedaritadi belum menyentuh makanan dari mulai tiba di hotel.  

"Aku menhkhawatirkannya." jawabku.

"Aish mengkhawatirkan yang belum tentu mengkhawatirkanmu. Mungkin saja dia sedang bersenang-senang dengan perempuan jepang atauuu dengan Nona Im mungkin?" ucappnya benar-benar bukan solusi untukku.

  "kau mau bertaruh?" ajaknya. "telpon dia dan ajak dia jalan-jalan. Pasti dia akan bilang maaf besok ada pertemuan bisnis. Aku sedang bersama klienku kumatiakan telponnya ya. Pria brengsek itu akan berkata seperti itu."

  Aku segera menelpon hyojoon. Dia tak kunjung mengangkatnya. Aku mulai cemas.

"hallo." jawabnya membuat senyumku merekah.

"Apa kau baik-baik saja?" tanyaku cemas.

Padahal biasanya dia yang mengirim sejuta pertanyaan khawatirnya untukku.

"aku baik." jawabnya. "apa ada yang penting? Aku sedang bersama klienku. " ucapnya berbisik.

Aku menghela nafas. Dugaan pertama qri benar.

"Bisakah besok kita berjalan-jalan?" ajakku.

"piane Hyomin-ah besok aku ada meeting mungkin hingga larut." jawabnya dan menyempurnakan tebakan qri. "aku tutup telponnya ya. Bye."

Tut.tut..tut hanya terdengar panggilan terputusku.  

"Bagaimana?" aku tak menjawabnya.

Karena kuyakini dengan melihat ekspresi wajahku dia sudah mendapatkan jawabannya.

"Sudah kuperingatkan kau harus berhati-hati dengannya. Kau belum mengenalnya."  

Sebisa mungkin kuhilangkan pikiran negatifku. Aku mencoba positive thinking terhadap Hyojoon. Tapi bayangan Nonna Im malah ikut dengannya. Kalau diingat-ingat rasanya sebelum aku menghampiri mereka rasanya Hyojoon menggandeng lengan yoona.

Handphoneku yang berdering, menghentikan lamunanku.  

Siapa ya? Nomer yang tak kuketahui.

"hallo?" jawabku.

"dengan park hyomin-shi?" tanya dibalik telpon suara seorang perempuan.

"Saya Yoona. Im yoona." nama itu membuatku terkejut.

"oh nona Im. Ada apa ya?"

"Panggil yoona saja. Aku mendapatkan nomermu dari Hyojoon. Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan besok. Kebetulan aku sangat bosan bila pergi seorang diri. Apa kau tak keberatan?" tanyanya.

"oh tidak yoona-shi kebetulan saya tak ada kegiatan." jawabku.

"Terimakasih hyomin shi. Aku tunggu di hotel." lanjutnya menyebut nama hotel paling terkenal di jepang.  

Aku mematikan telponku.

"Im Yoona yang telpon?" tanya qri. Aku mengangguk. "Ada perlu apa dia?"

"meminta aku menemaninya pergi jalan." jawabku.

Qri mangguk mangguk mengerti. Aku bergegas untuk tidur. Setidaknya panggilan dari nona im memperbaiki moodku.

"Oh ya Hyom. Kalau misalnya kau menikah kemudian suamimu mengenalkan kau seakan orang lain dan mengenalkan cewek itu sebagai pacarnya. Bagaimana perasaanmu?" tanya qri memberi pertanyaan aneh.

"Kau ngomong apa sih?" tanyaku tak mengerti.

"itu hanya misalkan. Aku ingin tahu pendapatmu."

"Rasanya bakal sakit hati banget ya. Aku Tidak akan  tinggal diam. Aku pasti akan memperkenalkan diriku sebegai istrinya walaupun itu akan membuat suamiku skakmat. Atau parahnya menampar perempuan itu yang menganggu rumah tanggaku." jawabku mencoba memposisikan.

"tapi kalau diam hanya menerimanya, apa mungkin tak cinta?" tanya qri lagi.

"mungkin juga. Atau mungkin terlalu terluka dengan keadaan itu. Atau pernikah mereka hanya sandiwara, itu mungkin saja terjadi." lanjut hyomin. "aish kenapa kau bertanya aneh sih? Aku lelah." ucapku menarik selimut.

"satu pernyatanyaan lagi. Bagaimana kalau kau menjadi pacarnya itu?" tanya qri.

"Kalau aku tak akan pacaran dengan suami orang. Kalaupun aku dibohonginya, itu rasanya membuatku malu entah harus dimana aku menaruh mukaku. Kalaupun pernikahan itu hanya sandiwara, aku akan tetap marah bagaimana mungkin aku membiarkan orang yang aku sayangi hidup dengan perempuan lain. Karena mungkin suatu saat benih-benih perasaan akan muncul diantara mereka seiring berjalannya waktu." jawabku. Rasanya aku benar-benar mengkhayati pertanyaan qri tadi.

  ***  

Di perjalanan aku segera mengabarkan nona Im bahwa aku sedang diperjalanan agar dia bisa bersiap. Cukup lama menunggu hingga panggilan itu dijawabnya.

"yoona shi, aku sudah berada diperjalanan." aku memberi kabar keberadaanku.

"ya kau sudaahhhh..." yoona terhenti menahan sesuatu mungkin rasa sakit ataauu. "kau sudah dijalan." lanjutnya. "tunggu aku di restaurant hotel." katanya lagi mengakhiri panggilanku.

  Aku tersenyum. Mungkin Nona Im sedang bersama suaminya. Dan sepertinya hubungan mereka sangat mesra dan harmonis. Kenapa aku bisa berpikir seperti itu? Aku dengan jelas mendengar suara kecupan. Dan mungkin nona Im sebisa mungkin menahan desahannya. Pasanga muda yang harmonis. Aku harap, aku bisa tetap rukun dan mesra bersama Hyojoon.  

Pikirankupun menjadi ikut bermain. Membayangkan jikalau suatu saat nanti aku dan Hyojoon menjadi pasangan suami istri. Membangunkannya. Mengkin setalah menikah dia bisa sedikit agresif, karena selama kami pacaran dia masih tampak pasif mungkin karena malu dan tak terbiasa.

  Tak terasa aku telah tiba di hotel mewah. Aku segera menuju restaurant lantai dasar. Dan menghubungi nonna im tentang keberadaanku. Aku duduk di bangku nomer 7. Sampai seseorang menepuk pundakku. Membuatku harus memastikan.

Kulihat yoona. Tapi dia tak sendiri. Tapi kenapa Hyojoon bisa bersama nona Im? Bukankah dia berkata dia sedang sibuk?

  Yoona PoV  

Pasti banyak yang akan berpikir aku gila. Aku aneh. Ya aku sendiri merasakan hal itu. Aku merasa bodoh saat jiyeon dengan sukarela menyerahkan waktunya hanya untukku selama di jepang tapi aku malah dengan senang hati membaginya, membagi waktunya dengan perempuan lain. Dan jelas perempuan itu menyukai jiyeon. Okey aku tak tahu hyomin menyukai jiyeon atau hyojoon. Yang jelas rasa harus ada keadilan dalam membagi waktu untukku juga hyomin. Karena aku tahu rasanya diperlakukan tidak adil.

  Apa alasannya terlihat klise? Okey.. Okeyy... Alasan untamanya adalah aku penasaran bagaimana sikap jiyeon pada hyomin. Apa dia sangat perhatian atau dia sedikit cuek? Atau mungkin jiyeon lebih genit dan musem saat bersama hyomin? Aku hanya penasaran apa jiyeon selalu manja dan sering menggoda hyomin? Atau perlakuannya itu hanya padaku? Ada rasa penasaran sejauh mana hubungan mereka. Walaupun aku tahu aku akan sangat tersakiti. Terutama untuk hari ini.  

"oh, Hyomin shi suamiku menyuruh hyojoonshi untuk menemaniku. Apa kau tidak masalahkan?" tanyaku hyomin mengangguk.

"Yoona, bisakah kita bicara sebentar?" ajak jiyeon.

Tanpa menjawab jiyeon langsung menarik lenganku. Membawaku sedikit menjauh dari hyomin. Apa dia tak sadar sikapnya itu akan membuat hyomin cemburu.

"kenapa harus hyomin?" tanyanya lagi. "aku takkan ikut dalam perjalan ini." jiyeon menolak touring.

"kenapa? Aku pikir kau akan jauh lebih senang bila aku mengajaknya." jawabnya. "aku melakukannya untukmu."

"aku takkan ikut." jiyeon cemberut.

Mulai deh aksi ngambeknya.

"kalau kamu tak ikut itu akan lebih mencurigakan. Hyomin akan mencurigai hubungan kita. Bersikaplah seperti biasanya." ucapku lanyas pergi meninggalkannya.  

  Author pov

  Mereka menuju ke Ueno Park. Setelah paus mereka menuju okinawa aquarium. Sepanjang perjalanan tangan hyomin selalu menggandeng tangan hyojoon. Berkali-kali hyojoon menepis namun kembali terpaut. Biasanya hyomin tak seperti ini tapi entah dengan hari ini.

"aku tak enak pada yoona." ucap jiyeon saat mencoba menepis rangkulan hyomin.

"tapikan dia sendiri tahu bahwa kita ini pasangan."jawab hyomin. "entahlah kenapa aku merasa untuk hari ini aku harus overprotektif pada hyojoon. Aku merasa takut. Takut hyojoon direbut yoona. Ketakuan yang aneh bukan?"

Mereka memutuskan untuk beristirahat. Mengunjungi restourant guna memanjakan perut dan lidah.

"Hyojoon-ah, bagaimana acara pertemuanmu dengan klien kemarin malam?"tanya hyomin ingin mengetahui reaksi hyojoon.

Pertanyaan Hyomin membuat Hyojoon tersedak.

"Terimakasih." ucap hyojoon menerima minuman.

Hyomin kembali menyimpan minumannya. Karena air yang diterima Hyojoon adalah air yang di sodorkan yoona. Bahkan air itu sudah jelas sempat diminum oleh yoona. Bahkan tanpa ragu Hyojoon meminumnya. Hyomin mendengus sebal dan semakin curiga.

"kau tak apa?" tanya Hyomin melihat raut wajah hyojoon memerah akibat tersedak.

Hyojoon tersenyum memastikan keadaannya baik. Hyomin mengelus pipi hyojoon. Hyomin tak biasanya bertindak seperti itu. Tapi masalah air tadi sungguh membuatnya cemburu. Dan kini dia ingin melihat reaksi nona im.

Hyomin bermain di area pipi hyojoon. Hyojoonpun mencoba menepis perlakuan aneh hyomin. Namun hyomin tak mau mengalah. Sedangkan yoona berpura-pura sibuk dengan gadgetnya.

Cup.. Hyomin mencium bibir Hyojoon. Bahkan memberikan sedikit lumatan. Hyojoon terkejut dengan perlakuan pacarnya. Bahkan hyomin memperdalam ciumannya. Yoona bergerak pergi. Hyojoon yang melihat kepergian yoona mendorong tubuh hyomin.

"ini di tempat umum park Hyomin." ucap hyojoon tak terlalu keras namun dengan bentakkan.

"maaf entah mengapa aku hilang kendali." ucap hyomin menyesal.

Hyojoon pergi menuju toilet. Ya dia ingin mengejar yoona. Tanpa ragu jiyeon masuk ke toilet perempuan. Mencoba menemukan yoona.

"aish kenapa air mataku ga berhenti sih."gerutu yoona mencoba menghentikan tangisnya bercermin di washtafel.

"jiyeon kenapa kau masuk toilet perempuan?" ucap yoona kaget.

"kau menangis?" tanya jiyeon melihat mata yoona berair.

"tidak aku hanya kelilipan." bohong yoona.

"sudah keluar sana kalau ada yang liat bahaya." usir yoona.

Bukannya menurut, jiyeon menarik yoona. Dan menggiringnya memasuki salah satu bilik toilet.

"Kau apa-apaan sih." yoona mencoba keluar. Jiyeon memeluk yoona.

"Kau sakit kan? Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau menyiksa perasaanmu sendiri?"

Yoona tak menjawab. Tangisan seakan menggambarkan sakitnya.

"aku Park Jiyeon mencintaimu Im Yoona." ucap jiyeon dan menempatkan keningnya di kening yoona.

Jiyeon mencium bibir yoona. Lembut. Melumatnya dengan lembut.

"apa kau mencintai hyomin?" tanya yoona. "kau tak bisa menjawabnya, kan?"

"aku.. Aku tak tahu perasaanku pada hyomin yoona. Yang pasti dan yang aku tahu aku mencintaimu."

"Okey. Sekarang kau putuskan pilih aku atau hyomin?" ucap yoona seraya meninggalkan jiyeon. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...