chapter 6

I'm Park Jiyeon

     Author POV  

Tiga wanita berbeda usia sedang sibuk memasak. Menyiapkan sarapan sebelum aktifitas  pagi dimulai. Harum makanan terasa semerbak membuat lidah terasa ingin secepatnya bergoyang dengan sensasi rasa makanan tersebut.   Tak lama berselang, makanan telah tersaji rapi di meja makan. Minuman juss sehat dan segar menjadi teman makan lainnya.  

Mr Park : "Wow sepertinya menu sarapan kali ini sangat special."

Mrs Park : "iya kan buatan dua gadis muda dan cantik." Dua gadis tersebut tersenyum mendapatkan pujiaan. "Sso, panggilkan Hyojoon untuk segera turun dan sarapan."

Soyeon : "yoona bisakah kau panggilkan adikku? Aku belum bersiap untuk keperluan kantor." tanpa penolakkan yoona merimanya. "terimakasih. Kamarnya ada disebelah kamarku." soyeon mencoba mengingatkan.

  Yoona segera ke lantai atas. Bergegas menuju kamar jiyeon. Mengetuknpintu namun tak ada sautan. Memanggil nama Hyojoon namun tak ada jawaban. Dengan terpaksa Yoona masuk ke dalam kamar Hyojoon yang tak terkunci.  

"Hyojoon shi! Aku Im Yoona." tetap tak ada sautan.

  Yoona memanggil namun matanya tak henti menjelajah mengamati kamar hyojoon. Karen ini kali pertamanya memasuki kamar seorang pria. Kamarnya tak semengerikan pikirannya. Cukup tertata rapi. Dinding bersih tanpa poster. Hingga matanya tertuju pada sebuah bingkai foto yang terletak di lemari kecil dekat tempar tidur berdekatan dengan lampu tidur.  

Yoona duduk di atas ranjang jiyeon yang berukuran king  size. Memperhatikan foto dua orang anak kecil memiliki wajah serupa namun memiliki perbedaan mencolok di bagain rambutnya. Yoona mengerutkan kening?

  "apa soyeon unnie memiliki adik perempuan? Kenapa dia tak pernah bercerita?" gumam yoona pelan.

"jangan pernah menyentuh barang-barangku." suara itu mengagetkan yoona hingga membuatnya terperanjat bangun.

Jiyeon merebut kembali foto tersebut dan menaruhnya ketempat semula.

  "apa yang kau lakukan di kamarku?" tatapan marah jiyeon membuat yoona gugup.

  Yoona tersungkur ke atas ranjang. Ide jail jiyeon kembali berulah. Entahlah dia merasa senang menjaili yoona. Jiyeon mendekat menelungkupkan tubuhnya dan memegang kedua tangan yoona erat. Yoona tampak panik wajahnya memerah entah karena ketakutan atau karena gugup.

  "aku.. Aku hanya ingin bilang bahwa sarapan telah siap hyojoon shi." ucapnya gugup.  

'kenapa wajahnya memerah? Apa dia gugup? Seru nih kalau menjailinya lagi.' ucap jiyeon dihati.

"kau tahu sarapan yang paling menyenangkan?" tanya jiyeon membuat yoona mengerutkan kening. "morning kiss!"

Jiyeon melepaskan pegangannya, memegang pipi yoona yang semakin memerah. Jiyeon akhirnya mengerti arti rona tersebut. Jiyeon yakin bahwa yoona menyukainya. Jiyeon mendekatkan diri. Dan semakin dekat hanya beberapa mili kini jarak diantara mereka. Cup. Yoona kaget. Jiyeon segera berpindah dan tersenyum.

  'dia tak menciumku. Rasanya ciuman ini de javu.' ucap yoona dihati.

  "pergilah!" usir jiyeon dingin.

  ***  

Keluarga Park telah berkumpul di ruang makan. Namun sajian tak kunjung disantap.  

"Nunna, tidakah sebaiknya kau memanggil temanmu?" ucap jiyeon selalu melirik jam yang melingkar dipergelangan kirinya. Karena takut terlambat dengan janji yang telah dibuatnya.

"kalau gitu aku akan sarapan diluar saja. Aku ada janji dengan temanku, dan aku akan terlambat menunggu teman nunna yang aneh itu." lanjutnya mulai bangun dari duduk dan segera beranjak pergi.  

"Itu Yoona sudah keluar." seru soyeon membuat jiyeon memalingkan wajah mencoba melihat sosok yang dibicarakan.

  Yoona menuruni tangga. Entah aura apa yang dimilikinya hingga selalu dapat menyedot perhatian banyak orang. Walaupun dengan pakaian casual, tapi wajah cantiknya rambut halus dan panjang yang dibiarkan terurai, selalu menuai pujian. Indah.  

"ehm!" deham soyeon unnie membuat jiyeon tersadar sedari tadi dia tak bisa melepaskan tatapannya dari yoona.

  "maaf menunggu lama." ucap yoona disertai senyuman dan rasa penyesalan.  

Yoona mulai menggeser kursinya. Duduk disebelah jiyeon. Dan jiyeonpun mengurungkan niatnya untuk sarapan diluar.  

"tak masalah yonna. Kau sudah kami anggap seperti anak kami sendiri." ucap mrs park.

"bukankah kau akan makanndiluar Hyo?" sindir soyeon pada adiknya dan sontak membuat sang adik memberikan tatapan tajam.

"aish, kau terpesona pada yoona kan?" sindirnya lagi dan tatapn itu kembali semakin tajam.

"sudah lebih baik kita mulai makan." ucap mr park mengakhiri pertengkaran kecil kaka beradik itu.

"senang sekali jika mempunyai anak menantu sepertimu Yoona. Kau cantik, berbakat, berpendidikan dan jago masak. Sepertinya putraku pun tertarik terhadapmu. Apa kau tak tertarik hyojoon?" ungkap mrs park.

Yoona tersenyum merasa tersanjung. Sedangkan kedua pria di meja makan tersebut secara tersedak dan terbatuk secara bersamaan.

Tuan park menantap hyojoon atau lebih tepatnya jiyeon dengan tajam. Dengan perhatian nyonya park mendekatkan air minum untuk suaminya. Sedangkan karena Yoona duduk berdampingan dengan hyojoon, yoona sebisa mungkin memberi perhatian dengan melakukan hal sama dilakukan nyonya park.

"minumlah Hyojoon-shi." ucap yoona namun mengagetkatkan jiyeon dan membuatnya tak sengaja menghempaskan tangan sedikit karas hinyga membuat gelas tersebut pecah.

"maaf." ucap jiyeon nyaris tak terdengar. "Mom, saya harus pergi dulu. Saya memiliki janji dengan teman saya." pamitnya tak lupa diiringi bow penghormatan pada kedua orang tuanya.

***

Yoona POV

  Aku pun segera berpamitan pada kedua orang tua soyeon unnie. Dan aku meminta maaf atas kekacauan yang diakibatkan olehku. Aku bergegas ke apartement ku mengingat kedua orang tuaku memang sedang berada diluar negeri. Aku kembali bersiap untuk menggantikan setiap pertemuan yang dilakukan oleh orang tuaku di seoul.  

Aku malas harus membawa mobilku sendiri, ku memutuskan untuk menghubungi supir pribadi dan menjemputku di apartemant. Aku bergegas ke pertemuan pertamaku mengingat pertemuannya dibagian paling utara soeul dan memiliki jarak tempuh yang cukup lama. Sehingga aku bisa beristiraat sejenak dalam mobil.  

Aku terpejam. Ku mendengar alunan lagu mengalun lagu For You dari t-ara. Lagu sendu itu membuatku semakin terlena dalan tidur.  

I’m Falling For You
Dagawa nal heundeureojwo
Aetaeuji malgo nae mam gajyeoga
Soljikhage malhaebwa

I’m Falling For You
Nae gwitgae soksagyeojwo
Seodureuji malgo nae mam gajyeoga
Jom deo gakkai naegero wa

"Nonna. Nonna." supir pribadiku mencoba membangunkan.

Perlahan aku membukakan mata.

"maaf nonna membangunkan anda." ucapnya menyesal. "handphone anda terus menerus berdering." ucapnya menyadarkanku bahwa lagu t-ara itu berasal dari tasku.  

Handphoneku? Rasanya aku tak ingat menggunakan lagu tersebut sebagai nada deringku. Setahuku aku menggunakan lagu Lion King dari Girl Genaration. Untuk memastikannya aku membuka tasku dan segera mengecek handphoneku. Hanya sebuah angka tertera tanpa ada nama pemanggil. Siapa yang telepon?  

"yobseo?"aku menjawab telepon.

"thank's Sso akhirnya kau mengangkat telponku juga." ucap dibalik sambungan yang kurasa aku mengenal suara itu.

"Maaf anda siapa ya?" tanyaku memastikan.

"aish, patk soyeon, apa kau menghapus nomer telponku di handphonemu? Sebegitukah kau membenciku? Aku butuh alasannya untuk semua arti sikapmu ini." cerocosnya.

Sekarang aku tahu suara itu.

"taeyeon unnie?" ucapku memastikan namun sepertinya dia masih kaget. "taeyeon unnie jika kau mau menelpon soyeon unnie kau telpon nomernya jangan telpon nomerku. Aku im yoona." ucapku. "unnie kau ganti nomer ponselmu?" ucapku memastikan karena tak ada nama tertera dalam identitas penelpon.

"Yak, im yoona aku tak mungkin salah karena aku menyimpan nomer soyeon dengan nama ca...." terhenti.

"sudahlah lupakan. Bukankah tadi malam kau menginap di rumah soyeon?" aku segera membenarkan.

"periksa handphonemu aku yakin kau salah mengambil handphone." ungkapnya membuatku langsung memastikan.

Aku ceroboh. Kenpa aku bisa mengambil handphone soyeon unnie? Aish, bisa-bisa mengacaukan pertemuanku.

"Ya unnie ini bukan handphone ku." aku melemas merasa bersalah.

"okey tak apa. Dengan seperti ini aku dapat memastikan bahwa soyeon sudah menghapus nomerku." jawabnya melemas.

"kau tak apa uniie?" tanyaku memastikan keadaannya yang terdengar sangat sedih. "aku akan segera mengembalikan handponenya sore ini. Jadi unnie bisa segera menghubungi soyeon unnie lagi dan menyelesaikan masalah kalian. Sungguh unnie aku merindukan tawa kalian berdua. Tak enak rasanya berada diantara kalian yang saling dingin satu sama lain." ungkapku jujur menginginkan mereka segera berbaikan.

Setelah menghubungi soyeon unnie mengabarkan kecerobohanku ternyata soyeon unnie telah berkali-kali menghubungi ponselnya yang dipegangku tapi tak iunjung ku angkat. Lagi-lagi aku melakukan kesalahan. Mengingat aku tak mungkin kembali sekarang, kita akan bertemu di cafe biasa nanti setelah melakukan pertemuanku yang terakhir.  

***  

Soyeon PoV  

Im yoona selalu saja membuat masalah. Apa dia masih mabuk hingga dia tak sadar mengambil handponeku? Untung saja semua kontak seluler relasi bisnis tak menggunakan handphone tersebut, hingga kecerobohannya tak merugikanku.  

Waktu telah menunjukan 5:21 PM. Aku segera ke cafe biasa sesuai dengan waktu yang telah kami tentukan. Semoga saja dia tak terlambat. Jadi aku tak perlu lama menunggu kedatangannya.

Aku memasuki cafe yang cukup ramai kebanyakan para pria muda. Dan pasangan muda mudi. Aku mencari tempat duduk yang kosong.

"apa kau mengikutiku kemari Park soyeon?" suara itu sangat ku kenal.

Aku celingukkan mencari arah suara. Seseorang dari belakang menarik tanganku membuatku terkejut. Kini aku telah duduk berhadapan dengannya. Kenapa aku bisa bertemunya disini? Terlebih lagi aku memang sedang sangat tak ingin berjumpa dengannya. Ya semua disebabkan karena ciumannya dengan Tiffany yang selalu saja membuatku marah, jengkel dan sebal jika mengingatnya.

"sebaiknya aku mencari tempat lain." aku beranjak pergi.

''duduklah disini." ucap taeyeon namunnku abaikan. "apa kau tak dengar? Aku minta kau duduk di sini." serunya sedikit membentak membuatku kaget.

Aku mengurungkan niatku untuk pindah kursi ku memilih kembali duduk bersamanya. Sebenarnya, harus ku akui aku bersyukur dengan keberadaannya di cafe ini. Setidaknya tak membuatku kesepian selama menunggu yoona.

Aku lebih memilih sibuk dengan handphoneku. Lebih tepatnya pura-pura sibuk. Namun tiba-tiba saja taeyeon betanjak pergi. Membuatku kembali melihatnya.

"aku tak bisa seperti ini. Aku dihadapanmu tapi aku seolah tak tampak dipelupuk matamu. Aku akan duduk di kursi belakangmu." ucapnya pamit.

Aku tak bisa menghalanginya. Kini dia duduk di meja nomer 6 tepat dibelakangku. Dan duduk tepat dibelakangku. Hingga kita duduk saling memunggungi satu sama lain. Taeyeon kenapa sikapmu selalu membuatku bingung, ada apa denganmu?

"sso apa ini membuatmu nyaman?" tanyanya.

Benar katamu Taey, ini nyaman. Sangat nyaman saat bisa bersender dekat punggungmu lagi. Andai aku bisa mengatakannya taey, aku kerindukanmu.

"apa kau marah karenanya? Kau marah karena aku dan riffany.." aku segera memotong pembicaraannya.

"buat apa aku marah tak ada hakku tuk marah. Mau kau bersama siapapun apa urusanjya denganku." ucapku sedikit nyolot.

"sikapmu dan cara bicaramu menunjukan bahwa kau cemburu." ungkapnya.

"sudahlah taey, bukankah kau yang terlebih dahulu menghindariku? Sekarang aku hanya mempermudah jalanmu." ungkapku masih dalam keadaan sangat kesal.

Tak ada lagi kata yang terucap darinya. Tak ada lagi pembepaan darinya. Taeyeon selalu kalah bila berargumen denganku.

''soyeon unnie ternyata kau juga ada disinu." ucap seorang yeoja yang mulanya aku kira yoona.

"tiffany!" seru taeyeon.

"hai taeyeon unnie!" sapanya ramah. Dan langsung mendekati taeyeon menggandengnya mesra.

"loh kenapa kalian dimeja terpisah?" tanyanya heran.

"aku.. Aku tak tahu taeyeon ada disini." ucapku berbohong. Dan tiffany hanya ber-ohh ria.

"taey, ayo kita pergi sekarang. Kamu jadikan mengantarku pergi ke mall?" rajuknya manja.

Aku mencoba tak memperdulikan keberadaan mereka. Taeyeon melirik ke arahku seakan meminta persetujuanku.

Aku menarik nafas panjang. "pergilah, kalau kalian memang sudah ada acara. Lagi pula aku sedang menunggu yoona. Dia sedang diperjalanan." ucapku menyakinkan mereka.

"unnie aku pergi dulu ya." pamit tiffany.

Sedangkan taeyeon melintasiku tanpa senyum apalagi kata pamit. Aku hanya bisa mendengus kesal. Menggebrak meja walau tak begitu keras. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...