chap 16

I'm Park Jiyeon

Hyomin pov

  Hari ini aku bisa kembali ke seoul 2 hari lebih cepat dari jadwal penerbanganku. Aku meminta barter jadwal dengan temanku hingga bisa pulang lebih awal.  sebelum pesawat melakukan take off, aku mengirim pesan pada hyojoon mengabarkan aku akan pulang hari ini. Ada sedikit harapan bahwa dia datang menjemputku. Ya walaupun kemungkinan itu sangat kecil mengingat dia baru saja pulang dari jeju tadi malam.  

"kau mengirim pesan pada pacarmu?" tanya qri. Aku membalasnya dengan anggukan. "sebaiknya kau sedikit berhati-hati dengannya, pertama kalian baru kebal beberapa hari, kedua dia itu biasa hidup di barat pasti kebudayaannya pun akan ikut terbawa oleh gaya eropa." terang qri.  

"aku mengenalnya sudah cukup lama, dari sekolah dasar.  dia cinta pertamaku." ucapku tersenyum.

  Qri memilih membaca koran. "wah ternyata kemarin putri tunggal pemilik SM town menikah. Dengan siapa ya?" cakapnya antusias.

  Qri membacanya dengan serius. Sampai ku lihat mimik wajahnya berubah menjadi sedikit ada perasaan kaget dan takut.

  "coba aku lihat." tanyaku penasaran hendak merebut surat kabar tersebut.   Baru saja aku membaca headline news nya Qri kembali merebutnya.

"Sudahlah, korannya sungguh tak menarik."  qri merebut begitu saja. Seakan ada yang ditutupinya.  

Aku tak terlalu memperdulikan tingkah dan perbuhan sikapnya. Aku terlalu bersemangat untuk bertemu hyojoon hari ini.

  "apa kau yakin dengan hyojoon?" tanya qri tiba-tiba dikeheningan diantara kami.

"kenapa kau bertanya seperti itu?" aku penasaran apa yang salah dengan hyojoon atau dengan dirinya.

"sudahlah lupakan." ucapnya pergi begitu saja dengan membawa koran tersebut bersamanya.  

Setelah penantian cukup panjang, akhirnya aku bisa kembali menginjak tanah kelahiranku. Rindu dengan suasana seoul rindu dengan adikku dan pastinya aku sangat merindukan hyojoon.  

Ku melihat sekelilingku saat mencapai ruang tunggu bandara, berharap menemukan hyojoon disana. Tapi kecewa menghampiri tak ada hyojoon yg menanti kedatanganku. Aku terlalu berharap kehadirannya. Pastinya dia kelelahan setelah melakukan pertemuan dan perjalanan di pulau jeju.

  "dia tak datang nenjemputmu?" tanya qri. Aku hanya bisa menggeleng menjawabnya. "kita pulang bersama ya, sudah lama kita tak pulang bersama."  lanjutnya dan aku mengangguk setuju.

  Kami memasukkan barang bawaan kami kedalam taksi.

"hyomin-ah!" seseorang menyerukan namaku. Senyumnya mengembang saat melihatku, nafasnya masih tak beraturan karena lelah atau mungkin dia berlari.

Dia berjalan mendekatiku, senyumnya semakin mengembang. Aku membalas senyumnya. Sungguh aku merindukannya. Park Hyojoon.  

"piane hyominah. Aku terlambat." ucapnya dengan nafas masih tak teratur.

  Aku berpamitan dan meminta maaf pada qri karena tak bisa pulang bersamanya. Qri hanya mengangguk tanpa memberikan jawaban. Qri pun pergi dengan taxinya. Tanpa di perintah hyojoon membawakan barang bawaanku.

  "ternyata barangmu cukup banyaknya." komentarnya "apa kau membawa oleh-oleh untukku?" candanya.  

Kami berjalan beriringan bersama membicarakan hal yang ku lakukan selam di kuala lumpur. Sedangkan Hyojoon mendengarkanku dengan seksama, hanya berkomentar saat dia merasa perlu mengomntarinya. Entah mengapa aku merasa dia sedikit dingin.  

"apa ada masalah?" tanyaku.

Namun hyojoon tetap fokus dengan jalan, tangan kanannya memegang stir sedangkan tangan kirinya membentuk sudut 45 derajat denngan menopang ke sisi jendela. Bahkan terkadang memegang dagu, aku yakin bukan karena gatal tapi ada sesuatu yang sangat dipikirkannya. Aku dapat melihatnya setiap kali keningnya berkerut dengan keadaan dua halis nyaris bersatu. Satu hal lagi yang kuyakini dia tak mendengarkanku sama sekali.

  "apa ada yang kau pikirkan hyojoon-ah?" aku mengulang kembali pertanyaanku namun kali ini tanganku medekat ke tangan kanannya yang memegang stir. Berhasil. Itu membuatnya menoleh beberapa detik padaku.

  "nde?" responnya.

Dan itu artinya aku harus kembali mengulangi pertanyaan sama untuk yang ketiga kalinya.

"kau sedang ada masalah?"

"eh?" dia tampak bingung. "hanya masalah kerjaan dan hasil kerja sama kemarin." jawabnya dengan senyuman mencoba meyakinkanku.

Aku hanya mengangguk-angguk mencoba mengerti situasi yang dihadapinya.

"kalau kau sibuk, kau tak perlu mengantarku pulang. Aku bisa pulang dengan taxi." saranku aku hanya tak ingin membebaninya apalgi sepertinya masalah perusahaannya terlihat sangat serius.

"kau tak usah khawatir dengan pekerjaanku, soyeon nunna telah menghandelnya. Dan hari ini ayah memberiku waktu berlibur." terangnya. "dan hari ini waktuku khusus untukmu." ucapnya memberikan senyuman. "kita ke persemayaman jiyeon dulu ya?" ajaknya  

"baiklah." aku menerima ajakannya karena aku tau tempat itu mungkin tempat yang bisa membuatnya paling tenang sekarang.

  "koran. Koran." tawar penjajak koran saat berada di perempatan lampu rambu-rambu lalu lintas yang menunjukan warna merah.

  "aku ingin membeli koran hari ini. Aku dengar putri tunggal Keluarga Im menikah kemarin."  

"Jangan!" perintahnya dengan penekanan kaget kesal dan marah. "maksudku, berita itu sama sekali tak menarik. Kau tak perlu membuang-buang uangmu untuk berita jelek itu." komentarnya sepertinya sangat tidak suka dengan berita itu.  

"Kenapa kau ini? Kau sama saja dengan qri, dia melarangku untuk membaca koran tersebut. Padahal aku hanya ..."

"Apa qri mengatakan sesuatu tentang isi koran itu?" Tanyanya sedikit gugup bahkan kulihat keringat terlihat di keningnya padahal udara di mobil ini cukup sejuk.

"Tidak qri tidak membicarakan apapun dia hanya berkata beritanya tak menarik. Tapi aku tetap penasaran siapa sih pria yang bisa menaklukannya. Karena tak pernah ada media yang menggembargemborkan masalah kekasihnya. Pria itu sangat beruntung, seakan menikahi putri mahkota. Apalagi yoona itu cantik, kaya, pintar dan kudengar memiliki jiwa sosial yang tinggi." aku memberikan sanjungan  pada calon pewaris perusahaan terbesar di asia.

"kau terlalu memujinya, yang ada yoona itu ceroboh, sedikit kurang sopan, manja, seenaknya sama orang lain. Semua yang beredar di media hanyalah untuk pencitraan. Semua untuk menutupi keburukannya." komentarnya kesal.  

"kau berbicara seolah mengenalnya dengan baik." ucapku heran. "apa kau mantan kekasihnya atau salah satu pria yang ditolaknya?"candaku.

  "aku  memang mengenalnya dengan baik. Karena yoona ituu..." ucapnya terhenti seperti bingung apa kelanjutan kalimatnya. "ya dia teman soyeon nunna." ucapnya membuatku sedikit kaget karena intonasinya yang sedikit meninggi.

"sudahlah! Berhenti membicarakannya. Apa tidak ada topik pembicaraan lain selain yoona? Kau sama saja dengan mereka semua yang memandangnya penuh kekaguman. Menyebalkan." cerocosnya kesal. "Merusak moodku saja." Gerutunya pelan nyaris tak terdengar.  

Aku memilih tak menanggapi pernyataannya. Tak ingin membuat pertengkaran dengannya. Tapi Ada apa dengannya? Dia terlihat kesal dengan nonna Im. Tapi ku lihat dia cukup bersemangat membicarakannya, dibandingkan dengan topik pembicaraan kami awal yang hanya di jawabnya dengan ber oh atau bertanya terus. Ada apa dengannya atau apa hubungannya dengan yoona? Apa mereka dulu....? Ahhh sudahlah lupakan. Lagi pula kalaupun dulu mereka memiliki hubungan tapi itu kan masa lalunya ini.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...